Akhirnya setelah
menarik nafas dalam-dalam terlebih
dahulu untuk meredakan gejolak di dalam dadanya, barulah Ki Rangga menjawab
sambil menyembah, “Ampun Pangeran. Jika diperkenankan, hamba akan menjelaskan
tentang Rara Anjani dalam hubungannya dengan hamba.”
Pangeran Pati mengerutkan
keningnya. Tampak Putra Mahkota itu sedikit ragu-ragu. Namun katanya kemudian,
“Ki Rangga, bukan maksudku untuk mengungkit masa lalu Rara Anjani. Aku sudah
menerima dia sebagaimana adanya,” Pangeran Pati itu berhenti sejenak. Lanjutnya
kemudian, “Yang sebenarnya ingin aku sampaikan kepada Ki Rangga adalah kesetiaannya kepada Mataram. Rara
Anjani adalah bekas murid perguruan Tal Pitu yang dengan jelas telah berpihak
pada Kadipaten Panaraga pada saat pemberontakan Pamanda Jayaraga. Apakah Rara
Anjani dapat dipercaya atas kesetiaannya kepada Mataram?”
Untuk beberapa saat Ki
Rangga justru telah membeku. Dia tidak pernah menduga bahwa arah pembicaraan
Pangeran Pati itu justru telah mengarah kepada peran kedua guru Rara Anjani
pada saat terjadi pemberontakan Adipati Panaraga.
“Ampun Pangeran,” jawab Ki Rangga
pada akhirnya setelah gelora di dalam dadanya sedikit mereda, “Hamba memang
telah terlibat perang tanding dengan kedua guru Rara Anjani, Goh Muka dan Roh
Muka. Kedua orang guru Rara Anjani itu adalah murid dari perguruan Tal Pitu.
Mereka menuntut kematian guru mereka, Ajar Tal Pitu.”
Pangeran Pati
mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya kemudian, “Rara Anjani telah bercerita
kepadaku tentang perang tanding itu,” Pangeran Pati berhenti sejenak. Lanjutnya
kemudian, “Bukankah Ki Rangga telah mengajukan syarat Rara Anjani sebagai
taruhannya?”
“Hamba Pangeran,” jawab Ki
Rangga, “Hamba mempunyai panggraita bahwa kedua guru Rara Anjani itu pada
akhirnya pasti akan berbuat curang dengan mengeroyok hamba. Padahal perjanjian
perang tanding itu hanya dengan salah satu dari mereka. Untuk itulah hamba
berusaha memancing kemarahan mereka dengan mengajukan syarat Rara Abjani
sebagai taruhannya.”
“Dan ternyata Ki Rangga lah
yang keluar sebagai pemenang,” sahut Pangeran Pati cepat.
Berdesir dada Ki Rangga
mendengar ucapan Pangeran Pati itu. Namun dengan cepat Ki Rangga segera
menghilangkan segala syak wasangka dengan menjawab, “Sendika Pangeran. Atas pertolongan
dan dikabulkannya doa hamba kepada Yang Maha Agung, hamba masih diberi keselamatan
sampai saat ini.”
Pangeran Pati sejenak
menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-angguk kecil. Setelah terdiam beberapa
saat, barulah Pangeran Pati mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat jantung
Ki Rangga berpacu kencang kembali.
“Bagiamanakah selanjutnya nasib
Rara Anjani? Apakah Ki Rangga jadi membawanya ke Menoreh?”
“Ampun Pangeran,” jawab Ki
Rangga sambil beringsut dari duduknya setapak, “Setelah kedua gurunya tewas,
sebenarnya hamba mengira Rara Anjani akan bela pati, namun ternyata Rara Anjani
merasa bersyukur telah terbebas dari cengkeraman kedua gurunya,” Ki Rangga
berhenti sejenak untuk sekedar membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba saja
menjadi kering. Lanjutnya kemudian, “Mohon beribu ampun Pangeran, setelah
mengetahui keadaan Rara Anjani yang sebenarnya, hamba telah memberikan
kebebasan kepadanya untuk memilih sendiri masa depannya dengan pertimbangan bahwa Rara Anjani sama sekali tidak terlibat dengan pemberontakan di Panaraga.”
Kembali calon pewaris tahta
Mataram itu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Ki Rangga. Namun pertanyaan
selanjutnya telah membuat jantung Ki Rangga yang sudah agak tenang itu melonjak-lonjak
kembali.
“Menurut pengakuan Rara
Anjani, dia lebih memilih mengikuti Ki Rangga ke Menoreh,” berkata Pangeran
Pati selanjutnya, “Apakah keberatan Ki Rangga yang sebenanya jika Rara Anjani
memang berkeinginan untuk menjadi bagian dari keluarga Ki Rangga di Menoreh?”
Sampai disini Ki Rangga
benar-benar tidak mampu untuk menjawab. Berbagai pertimbangan memang bergolak
di dalam dadanya dan ingin disampaikan kepada Pangeran Pati. Namun hati
kecilnya telah mencegahnya. Ki Rangga merasa lebih baik diam saja dan menunggu
titah dari Pewaris Mataram itu.
Melihat Ki Rangga hanya diam
termangu tanpa menjawab pertanyaannya, Pangeran Pati pun maklum, tentu ada
sesuatu yang menyebabkan Ki Rangga tidak mampu menjawab pertanyaannya.
Untuk beberapa saat suasana
di ruang dalam Ndalem Kapangeranan itu menjadi sepi. Di luar lamat-lamat
terdengar kentongan ditabuh dengan nada dara muluk, menunjukkan malam telah
sampai kepuncaknya.
“Sudahlah Ki Rangga,”
berkata Pangeran Pati kemudian, “Malam sudah semakin larut dan Ki Rangga harus
beristirahat untuk mempersiapkan perjalanan besok pagi,” Pangeran Pati itu
berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian “Aku mengerti jalan pikiran Ki Rangga. Memang
untuk sebagian laki-laki, dengan mudahnya mereka akan mengambil selir tanpa
rasa ewuh pekewuh. Namun bagi Ki Rangga mungkin akan sangat sulit untuk membagi
cinta dengan perempuan lain. Tapi percayalah Ki Rangga, menyia-nyiakan sebuah
cinta dan harapan yang tulus dari seorang perempuan adalah termasuk sebagian
dari dosa, jika kita tidak mampu menjelaskannya secara bijak. Dan semua itu
akan menjadi sebuah penyesalan yang
tiada akhirnya sepanjang kehidupan kita
nantinya.”
Kalimat demi kalimat dari
Pangeran Pati itu satu demi satu bagaikan ujung sebuah pisau bermata rangkap yang terhujam ke
jantungnya perlahan-lahan. Menimbulkan rasa sakit dan pedih yang tak
terperikan.
sangu malem minggon, jd pembaca pertama
BalasHapus...tadi pas akan posting...tiba tiba listrik Ki Adi dan Ki Wid padam.....
BalasHapusTak seterang hatimu ....tak seterang apa maumu...Ki RAS....
Lho koq tau...Ki Dik Har team cyber ya ah jadi gemetar....hehe....bukan listrik yg padam,tapi signalnya kelap kelip....hihi
HapusMatur nuwun sanget Mbah Man...tambah wawasan lagi kalau menyia nyiakan cinta tulus seorang wanita sangatlah berdosa....agar terindar dari dosa terpakasa harus buat woro woro..."Tolong jangan mencintaiku dengan rasa tulus karena aku tak ingin berdosa karena kurang adil"....hehehe
Pangeran Pati koq gremet sudah menghamili malah mengungkit masa lalu...apakah Ki RAS disuruh nerusin dengan hadiah beberapa kerbau dan sawah....hihihi
...benar sekali Ki Adiwa...saya termasuk team cyber pencari jejak penggemar berat gudeg Mbok Pariyem....hehehe....
HapusKabarnya tetangga sebelah Ki Adi sudah berhasil meng-export gudeg kaleng yang bisa awet 2 warsa tanpa diberi bumbu pengawet....
.....tentang Pangeran Pati....ah...sudahlah....yang terpenting saya sangat terharu dan setuju dengan woro woro ..."Tolong jangan mencintaiku dengan rasa tulus karena aku tak ingin berdosa karena kurang adil"....hehehe......nek ora lali (kecuali lupo...)
Pangeran Pati hanya menguji ilmu kekebalan Ki RAS sebelum berangkat tugas dengan Aji rumpi yang menggrigis yang langsung sasarannya jantung dan hulu hati karena kalau pakai aji gelap ngampar jantung Ki RAS telah teruji....karena Pangeran Pati takut lawan Ki RAS nanti menggunakan ilmu licik Aji ngerumpi bisik bisik tetanga...yang akan menghilangkan penalaran Ki RAS....bukan begitu Ki Dik Har.....hehehe
HapusMatur nuwun Mbah Man, bekal weekend ..... tetap semangat !
BalasHapusMatur nuwun mbah man. Tetap semangat membaca wedaran dan menunggu wedaran selanjutnya.
BalasHapusMatur nuwun mbah...
BalasHapusHups.....
BalasHapusbaru bisa sambang taman.
matur suwun Panembahan
Maturnuwun mbahman, gandeng samoun ngantuk kulo namung saget matur agengin panuwun kawula awit lontar ingkang sampun kulo sinauni ndalu.menika
BalasHapusMatur nuwun mbah man .... malem malem mampir ternyata ada wedaran buat malam minggu .....
BalasHapusKalau benyamin malem minggu pergi ke bioskop nonton koboy, disini malem minggu mampir taman baca rontal
Tapi pulangnya harus nginjek gituan....mendingan malam minggon di taman tidak harus nginjek gituan kalau pulang.....hehehe
HapusWilujeng enjing....sedoyo
wkwkwkwkwk Ki Adiwaswa ..... berarti muter taman harus bawa sentir biar tidak nginjek gituan ....
Hapussalam super ki ...
Matur nuwun Mbah_man, isuk isuk ono rontal...anjani nggawekno dengkul ki ras lemes..😂😀
BalasHapuskenapa gak bisa komen,
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man.
Matur sembah nuwun
BalasHapusSugeng ndalu Ki Iman Supardi ....monggo Ki 😊
Hapusmatur suwun mbah
BalasHapusSugeng ndalu sedanten ...... wedaraaan sebentaaarrrr lagi ,,,, hehehehehe mudah mudahaaaannn
BalasHapusRiwayat pendidikan Ki Rangga Agung Sedayu sbb:
BalasHapus1. Institut ilmu kejuruan Ki Sadewa - S1 dgn predikat cumlaude
2. institut ilmu jurusan cambuk - S2 lulus cumlsude
3. Untuk mengambil jenjang S3 jurun ilmu kudu
3.1 Ilmu kudu kebal racun
3.2 Ilmu kudu kebal senjata
3.3 Ilmu Kudu bisa terbang jurusan meringan tubuh
3.4 Ilmu kudu bisa mendengar,melihat,pangrasa dan kedapsuara
4.Untuk mersih gelar Doctor dan Profesor
4.1 Ilmu semu kakang pembarep adi wuragil
4.2 Ilmu pancaran sorot mata
4.3 Ilmu Pengangen Angen
4.4 Ilmu pangrupak jagad
Dan Agung Sedayu berhak menyadang gelar Prof,DR,MM,Msc,dll dan diterima kerja jadi prajurit hanya dengan pangkat Luran dan naik setingkat jadi Rangga...tapi sikapnya tetap biasa itulah kelebihan cerita yang penub makna bahkan putus cinta karena dibawa oleh penguasa tetap legowo..
Mari kita renungkan sambil menunggu rontal selanjutnya....😆😆🙏
Terima Kasih Mbah Man
BalasHapus