Jumat, 03 November 2017

STSD 07_16

Dengan bergegas Ki Jayaraga segera bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke tempat Ki Bango Lamatan tergeletak. Ketika langkah Ki Jayaraga semakin dekat, tampak tubuh orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu mulai bergerak-gerak.

Dalam pada itu, Ki Gede Matesih bersama Ki Kamituwa dan para pemimpin kelompok pasukan pengawalnya sedang berunding. Mereka mencoba mencari cara untuk menembus pintu gerbang yang terlihat sangat kuat dan kokoh itu.

“Apakah tidak sebaiknya kita kembali ke rencana  semula, Ki Gede? Menggunakan sebatang pohon untuk mendobrak pintu gerbang itu?” bertanya Ki Kamituwa.

“Apakah perisai kita mencukupi untuk melindungi mereka yang memanggul batang kayu itu nantinya?” Ki Gede balik bertanya.

“Aku kira cukup, Ki Gede,” jawab salah seorang pemimpin kelompok pengawal yang berkumis tipis, “Selain itu, pasukan pemanah kita juga akan membantu mengurangi tekanan serangan mereka dengan cara membalas serangan anak panah dan lembing yang datang dari atas dinding.”

“Bagaimana dengan para pemanah itu sendiri?” bertanya Ki Kamituwa kemudian, “Apakah masih cukup perisai untuk melindungi mereka?”

Pemimpin kelompok pengawal yang berkumis tipis itu tampak sejenak terdiam. Jika para pengawal yang membawa perisai dikerahkan untuk melindungi para pengawal yang memanggul batang pohon itu, tentu masih diperlukan beberapa perisai lagi untuk melindungi pasukan pemanah.

Di saat pemimpin kelompok  pengawal itu sedang kebingungan menjawab pertanyaan Ki Kamituwa, tiba-tiba saja mereka telah dikejutkan oleh suara sorak sorai yang lamat-lamat terdengar dari arah kaki bukit.

Serentak  pandangan mata mereka pun segera tertuju kepada serombongan pasukan pengawal yang berjumlah cukup besar sedang menaiki lereng bukit. Walaupun masih cukup jauh, mereka segera mengenali pasukan itu adalah pasukan pengawal dari Tanah perdikan Matesih.

Pasukan pengawal itu tampaknya dipimpin sendiri oleh pemimpin pengawal perdikan Matesih, Ki Wiyaga.

“Syukurlah,” desis Ki Gede tanpa sadar sambil mengangguk-anggukkan kepalanya begitu melihat pasukan pengawal yang dipimpin oleh Ki Wiyaga itu semakin dekat.

“Mereka membawa perisai yang cukup banyak Ki Gede,” bisik Ki Kamituwa dengan suara bergetar. Menahan perasaan suka cita yang tiada taranya.

Ki Gede tidak menyahut. Hanya tampak sebuah senyum menghiasi bibirnya.

Ketika pasukan pengawal yang dipimpin oleh Ki Wiyaga itu kemudian telah bergabung dengan kawan-kawan mereka, Ki Wiyaga selaku pemimpin pengawal segera menghadap Ki Gede.

“Ki Gede,” berkata Ki Wiyaga kemudian sambil mengangguk hormat, “Tugas membawa Nyi Gede ke Matesih telah selesai dilaksanakan dengan selamat. Selanjutnya kami beserta pengawal perdikan Matesih yang masih tersisa, telah siap bergabung untuk membantu pasukan Ki Gede.”

“Terima kasih, ki Wiyaga,” jawab Ki Gede dengan raut wajah penuh syukur, “Semoga semua ini adalah awal dari kebangkitan perdikan Matesih yang selama ini di bawah cengkeraman bayang-bayang orang yang mengaku Trah Sekar Seda Lepen itu.”

Yang mendengar kata-kata Ki Gede terlihat mengangguk-anggukkan kepala.

“Nah,” berkata Ki Gede selanjutnya, “Beberapa pengawal segera memotong pohon yang cukup besar. Selebihnya yang lain mempersiapkan perisai serta pasukan pemanah untuk mengimbangi serangan orang-orang padepokan pada nantinya.”

Ki Wiyaga selaku pemimpin pengawal segera tanggap. Segera diperintahkan beberapa pengawal untuk menebang sebuah pohon di sekitar tempat itu yang sekiranya memadai digunakan sebagai alat untuk mendobrak pintu gerbang padepokan.

Dalam pada itu, Ki Jayaraga telah berhasil membantu Ki Bango Lamatan untuk segera menemukan kesadarannya kembali. Dengan memegangi lambung kanannya yang bagaikan hancur, Ki Bango Lamatan pun kemudian mengikuti Ki Jayaraga bergeser ke balik lebatnya gerumbul perdu dan pohon-pohon yang banyak tumbuh di halaman sebelah barat padepokan.

“Marilah Ki Bango Lamatan,” bisik Ki Jayaraga sambil membantu memapah Ki Bango Lamatan selangkah dua langkah, “Luka dalam Ki Bango Lamatan agaknya cukup parah. Memang aku tidak melihat setetes darah pun. Namun aku khawatir mungkin ada tulang rusuk yang patah," Ki Jayaraga berhenti sejenak sambil mengamati lambung kanan Ki Bango Lamatan yang tampak biru lebam. Lanjutnya kemudian, "Apakah Ki Bango Lamatan membutuhkan waktu sejenak untuk mencoba memperbaiki tata letak urat dan aliran darah di dalam tubuh?”

Ki Bango Lamatan tidak menjawab hanya mengangguk kecil. Ketika Ki Jayaraga kemudian dengan perlahan membantu Ki Bango Lamatan duduk di balik sebuah gerumbul lebat, betapa wajah orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu terlihat sangat pucat.

“Gila!” geram Ki Bango Lamatan dalam hati sambil berusaha untuk duduk dengan nyaman walaupun lambung kanannya rasa-rasanya bagaikan dihujam berpuluh pisau belati, “Orang itu benar-benar gila! Adalah kesalahanku sendiri yang memutuskan untuk membenturkan ilmuku dengan aji mahesa kurda tadi. Dia benar-benar telah bersiap untuk mati sampyuh. Seandainya aku tadi memilih melindungi kedua lambungku, tentu dadakulah yang hancur menerima srudukan kepala kerbau gila itu.”

Sambil meringis menahan rasa sakit yang luar biasa, Ki Bango Lamatan pun kemudian berusaha duduk bersila dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.


Sejenak kemudian, orang yang kini telah menjadi kepercayaan Pangeran Pati di Mataram itu segera tenggelam dalam samadinya.

7 komentar :

  1. Alhamdulillah. Matur nuwun Mbah

    BalasHapus
  2. Matur nuwun Panembahan.
    Semoga senantiasa diberi kesehatan.
    Aamiin

    BalasHapus
  3. Alhamdulillaah. Matur nuwun Mbah Man.
    Tercatat 3 orang tokoh sakti telah tumbang di Pihak Perguruan Sapta Dhahana. Adapun Pengawal Perdikan Matesih telah bertambah kekuatannya dengan kedatangan pengawal yg dipimpin Ki Wiyaga. Sepertinya perguruan di Lereng Tidar itu akan segera runtuh... Hemh... Tapi dimana Ki Rangga sekarang ya?

    BalasHapus
  4. Matur sembah nuwun wedaranipun mbah Man

    BalasHapus
  5. 7
    Supaya komen berjumlah ganjil
    ^_°

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.