Jumat, 10 November 2017

STSD 07_18

Berdesir dada Ki Jayaraga. Jumlah cantrik yang datang dari arah belakang padepokan itu tidak sedikit. Sebenarnyalah Ki Jayaraga tidak begitu mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Namun yang membuat Ki Jayaraga khawatir adalah keadaan Ki Bango Lamatan.

“Cepat periksa seluruh tempat ini..!” tiba-tiba terdengar suara orang yang dipanggil kakang itu berteriak lantang, “Mereka tentu masih di sekitar sini!  Mungkin mereka telah tersadar dan berusaha bergeser menjauhi tempat ini! Namun aku yakin, mereka tidak akan dapat pergi terlalu jauh. Mereka pasti masih bersembunyi di sekitar tempat ini!”

Kembali desir yang tajam menggores jantung guru Glagah Putih itu. Tanpa sadar dia berpaling ke belakang ke tempat ki Bango Lamatan sedang duduk bersamadi dengan tekunnya.

Akan tetapi, alangkah terkejutnya orang tua  itu. Rasa-rasanya jantungnya bagaikan telah terlepas dari tangkainya. Tidak dilihatnya lagi Ki Bango Lamatan yang sedang duduk bersamadi di tempatnya semula.

“Gila!” geram Ki Jayaraga dalam hati dengan jantung yang berdentang semakin keras sambil mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, “Di manakah Ki Bango Lamatan? Apakah seseorang telah berhasil meringkusnya justru di saat dia sama sekali tidak berdaya?”

Namun pikiran itu segera dibuangnya jauh-jauh dari benaknya. Ki Jayaraga yakin sepenuhnya  bahwa orang kepercayaan Pangeran Pati Mataram itu bukanlah orang kebanyakan yang dengan mudahnya akan dapat ditaklukkan.

“Dalam keadaan wajar, adalah sebuah pekerjaan yang mustahil bagi para cantrik itu untuk menangkapnya,” tiba-tiba sebuah angan-angan menyelinap dalam benaknya, “Namun Ki Bango Lamatan sekarang ini sedang dalam keadaan terluka parah. Pada saat dia sedang  bersamadi, tentu dengan sangat mudahnya para cantrik itu akan melumpuhkan dan kemudian menangkapnya.”

“Namun aku sama sekali tidak mendengar desir langkah maupun ranting-ranting yang patah serta dedaunan yang tersibak,” berkata sudut hatinya yang lain  membantah, “Seandainya para cantrik itu sudah menemukan tempat persembunyian Ki Bango Lamatan, sebelum mereka  mencapai tempat itu, dari tempat ini  aku tentu sudah mendengar gerakan mereka.”

“Cepat!” tiba-tiba terdengar kembali teriakan lantang orang yang dipanggil kakang itu membangunkan lamunan Ki Jayaraga, “Waktu kita tidak banyak. Kita harus segera membantu kawan-kawan kita mempertahankan pintu gerbang!”

Namun sebelum mulut orang yang dipanggil kakang itu terkatup rapat, tiba-tiba terdengar benturan yang dahsyat dari arah pintu gerbang disertai dengan sorak sorai yang membahana. Agaknya pasukan Ki Gede telah berhasil menembus pintu gerbang.

“Serbuu..!” terdengar suara teriakan menggelegar bersahut-sahutan.

“Hancurkan padepokan Sapta Dhahana..!” suara yang lain menimpali.

“Jangan  beri ampun..!”

“Kikis habis musuh-musuh Mataram..!”

Suara-suara teriakan itu segera disusul dengan dentingan suara senjata beradu, dan sumpah serapah serta pekik jerit kesakitan.

Cantrik yang dipanggil kakang itu terkejut  bagaikan disengat seekor kalajengking sebesar ibu jari kaki. Tanpa sadar dia berpaling ke arah regol. Regol itu memang masih berjarak sekitar puluhan tombak, namun tampak gelombang pasukan pengawal matesih yang menyerbu masuk melalui pintu gerbang yang terbuka beberapa jengkal karena selaraknya telah patah. Sementara para cantrik padepokan Sapta Dhahana tampak  berusaha dengan mati-matian mempertahankan pintu gerbang dan berusaha untuk menutupnya kembali

“Cepat tinggalkan tempat ini..!” teriak cantrik itu kemudian sambil berlari menuju pintu gerbang. Tangan kanannya tampak mengangkat senjatanya tinggi-tinggi.

“Pintu gerbang telah jebol..!” teriak cantrik itu selanjutnya tanpa menghentikan larinya.

Para cantrik yang sedang menyusuri gerumbul perdu dan semak belukar di halaman sebelah barat padepokan itupun menjadi  terkejut bukan alang kepalang. Mereka juga telah mendengar suara pintu gerbang yang berderak-derak. Maka tanpa menunggu perintah diulangi lagi, mereka pun segera berloncatan dan kemudian berlari meninggalkan tempat itu menuju ke regol depan.

Sejenak Ki Jayaraga hanya dapat termangu-mangu sambil menahan nafas di tempat persembunyiannya. Ketika cantrik terakhir telah melintas beberapa langkah di hadapannya, Ki Jayaraga pun kemudian mulai beringsut mundur untuk meninggalkan tempat itu.


Namun baru saja guru Glagah Putih itu bergeser beberapa jengkal dan kemudian berpaling ke belakang, kembali dadanya terguncang. Di tempat Ki Bango Lamatan duduk bersamadi beberapa saat yang lalu, kini tampak sesosok tubuh tertelungkup tak berdaya di sela –sela rimbunnya pohon-pohon perdu dan semak belukar.

69 komentar :

  1. Terimakasih Mbah Man !
    Semangat Hari Pahlawan ...... !

    BalasHapus
  2. Matur nuwun, mbah mandrake atas wedarannya
    Ternyata aji lontar dobelen rontal msh blm di keluarkan

    BalasHapus
  3. Matur nuwun, mbah mandrake atas wedarannya
    Ternyata aji lontar dobelen rontal msh blm di keluarkan

    BalasHapus
  4. Matur nuwun danget wedaranipun ing Jumuah Barokah Panembahan.kelihatannya Ki BL telah memaksakan diri menggunakan Aji Panglimuan

    BalasHapus
  5. Matur nuwun danget wedaranipun ing Jumuah Barokah Panembahan.kelihatannya Ki BL telah memaksakan diri menggunakan Aji Panglimuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena pilihannya yanta dua "Tewas atau Pingsan" Ki Bango Lamatan lebih baik milih pingsan....siapa tahu Rara Anjani tahu dan agak kaget....Oh..uh. kakang BL pingsan!!!!

      Hapus
  6. Penasaran, siapa yang tertelungkup tak berdaya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kura kura dalam perahu...
      minta tambah malu malu..
      dan mengkambing hitamkan rasa penasaran....
      Padahal aslinya kambing itu putih....😆😆

      Hapus
  7. Terima kasih Mbah Man.
    Nebak ah, yang tertelungkup tak berdaya kiranya ki Bango akibat memaksakan diri menggunakan aji halimunan dengan kondisi fisik yang sangat lemah.
    Yang benar siapakah Dia, nunggu rontal berikutnya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tebakan anda hampir benar, silahkan coba lagi dan kirim gudeg komplit, pasti yang tertelungkup akan celentang dan anda akan tahu siapa dia???😆😆😆

      Hapus
    2. Hihihi....hi

      Sepatu kebesaran.....

      Hapus
    3. ngirim gudegnya ke sekar keluwih, dijamin segera tahu siapa yang tertelungkup itu. hehehehehe..

      Hapus
    4. monggo..ndang dipaketke gudege .....ben ndang iso barter wedaran

      Hapus
    5. Dan bisa di order mau siapa saja yang tertelungkup itu, kalau pesan Rara Anjani yang tertelungkup gudeg komplit harus tripel paket, dab padepokan sekar keluwih bisa mengatur sesuai pesanan...hehehehe.

      Hapus
  8. Matur nuwun sanget Mbah Man👍🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Kikis habis!!!"....baca wedaran 4 episode "telat membawa nikmat"...

      ....ada lagi????....untuk membangunkan yang tertelungkup tak berdaya...akibat penasaran siapa dia????...hehehe

      Hapus
    2. Kalau "Kikis" sudah habis... coba cari "Kikis" lagi yg baru. Selamat hari pahlawan (meski lewat sehari) ya Ki Adiwa.😂😥

      Hapus
    3. Selamat...

      Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.....👍

      Hapus
  9. "Kikis" kata yang antik karena jarang dipakai dan persamaan arti "Kikis" bisa mengerik, menghapus, menghilangkan atau meniadakan...dan Aji Panglimunan itu sama dengan Aji Kikis yang memang biasanya kalau ilmu itu digunakan dalam kondisi tubuh yang lemah bisa membuat tidur tertelungkup agar wajah tetap tersembunyi dan sukar untuk dikenali, contohnya Ki Jayaraga juga sempat kaget siapa yang tidur tertelungkup karena kalau tidurnya terlentang mudah dikenali dan tidak membuat kaget sehingga denyut jantung terjaga normal....dan santai tidak ada rasa kaget yang ada hanya rasa aneh..lho????..koq Ki Bango Lamatan tidurnya nyenyak sekali padahal disini sedang ramai sekali...

    Kurang lebih begitulah arti kata kikis... kalau mesih kirang 2 lontar ya sabar saja...apalagi malam ini malam minggu banyak yang pergi ke bioskop walaupun pulangnya nginjek gituan tapi orapopo....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kikis dan Kukus beda di i dan u. Kalau Kikis dan Kikir cuma beda s dan r. Untung saja Ki Adiwa tdk salah ketik... jadi tetap "K i k i s". Selamat tidur dan mimpi indah, Ki Adiwa.

      Hapus
    2. Selamat Ki Zaini saya sudah bangun terima kasih walau indah tidak datang..😆😆

      Kultum pagi dengan topik "kikis,kikir,kukus"

      Selamat pagi para saderek....

      Dalam jiwa kita ada satu sifat yang harus di "kikis habis" yaitu sifat "kikir" karena sifat ini kalau dipelihara akan sangat merugi di akhirat karena hukuman sangat berat yaitu di "kukus".....bukan begitu Ki??!😆

      Hapus
    3. Yang rame itu kalau rebutan kikis
      Spt Gatotkaca dengan Boma

      Hapus
    4. Sekarang juga masih rame perebutan daerah propinsi dalam pilkada, jadi memang sudah dari jaman wayang kulit sampai wayang golek perebutan propinsi itu ada contoh fakta sejarah wayangnya yaitu perebutan propinsi Kikis Tunggarana ...😆😆

      Hapus
    5. Iya bener.. gara-gara pilkada, pilkabe kurang laku, ya Ki?😀😀😀

      Hapus
    6. Jaman nyong cilik ganu sing payu pilbeka
      Wayange golek si unyil
      Nek kid jaman now sing panyu nge-vape
      Wayange kartun upin ipin

      Hapus
  10. Matur nuwun Mbah Man ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  11. Maaf mbah klo boleh saran tiap rontalnya dipanjangin. Tanggung mbah bacanya. Matur suwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mas adi, nanging sa' kerso panembahan ingkang kagungan rontal, hehe

      Hapus
    2. Kalo dalam bahasa pengarangan, itulah yg disebut pandahan
      Menurut EYD & Jos Badudu, pandahan adalah.... silahkan browsing sendiri

      Hapus
    3. Sarannya bagus tapi tidak akan memberi kepuasan walau Mbah Man gogrokkan lontar satu jilid tetap aja kurang wong masih bersambung, pasti minta lagi dipanjangin.

      Perpanjangan yang membuat kita puas dan membawa rasa nyaman hanya perpanjangan STNK atau SIM...😊

      Hapus
  12. Sugeng siang ..... mudah mudahan hari ini ada wedaran .... kasian ki bango lamatan ... belum siuman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga kasihan kalau lama tertelungkup takut kehabisan nafasnya, mudah2an Ki BL oksigennya sudah dipasang ...hehehe

      Hapus
    2. Sepertinya barusan dipasangi oksigen Ki ..... oksigen rasa duren ....

      Hapus
    3. Duren montong ya Ki, Mbah Man sering ditawari oleh Ki DurMon...😆

      Hapus
  13. Kowe siji aku siji (ki pandan alas) hehehe

    BalasHapus
  14. Wow....
    Ternyata blm ada wedaran
    Btw thanks berat mbah mandrake

    BalasHapus
  15. Sudah sering hujan, hampir setiap hari. Mungkin khawatir rontalnya basah dan tulisannya jadi pudar. Jadi sampai hari ini belum ada wedaran. Sehat selalu untuk Mbah_Man, juga para Can_Men.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukannya karena hujan wedaran belum turun, tapi Mbah Man lagi sedikit bingung akan nasib Ki Bango Lamatan yang sedang tertelungkup itu karena setelah dicek oleh Ki Jayaraga denyut nadinya lemah, dan Mbah Man masih bimbang apa kontraknya diperpanjang atau tidak???

      Hapus
    2. Bukannya rontal wedaran sdh pake IT? Jd sdh tdk takut luntur kena hujan.
      Khawatir luntur kalo ki ransumrawon & nyi wanakare yg merenggut

      Hapus
    3. Ki Adiwa, coba minta tolong Anjani kasih napas buatan "seribu bunga"... supaya Ki BL cepat siuman.
      Ki Edi H, rontal ditanggung tidak luntur, KW satu.. ✌

      Hapus
    4. Sip 👍 Ki Bango Lamatan semangat 😆

      Hapus
  16. "Pintu gerbang telah jebol..!!" sebentar lagi wedaran😆

    BalasHapus
  17. Ngapunten mbah mandrake, saya rikwés utk wedaran kisah ki RAS (Ori) saat menjalani laku sehingga mendpt ilmu kabut
    Apakah ketemu ilham pas lawatan ke timur atau ketemu gua atau gimana gitu
    Kesuwun.

    BalasHapus
  18. Ngapunten mbah mandrake, saya rikwés utk wedaran kisah ki RAS (Ori) saat menjalani laku sehingga mendpt ilmu kabut
    Apakah ketemu ilham pas lawatan ke timur atau ketemu gua atau gimana gitu
    Kesuwun.

    BalasHapus
  19. Jumat berkah

    jumat kolowingi wedaran sak lembar, jumat sakniki selembar mawon njih mBah..mboten sah ditambahi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuu Ki .... selembar mawon nggih mboten menopo menopo ... #kangenwedaran ....

      Hapus
    2. Setujuuu... aku ra popo juga, Ki DP.
      Jum'ah barokah. Barokallahu fiikum.

      Hapus
    3. Selembar tapi panjang seperti rangkaian sepur kluthuk bawa muatan tebu😆😆

      Hapus
  20. Jadual Mbah Man di hari Jumat

    1. Sholat Jumat
    2. Berdoa
    3. Sholat Sunah
    4. Bersilaturahmi dengan para jamaah
    5. Makan siang bersama
    6. Istirahat sambil memikirkan nasib Ki Bango Lamatan
    7. Ambil laptop untuk di charge mungkin full charge sampai ba'da isya
    Kesimpulannya wedaran mungkin sebentar lagi....😆😆😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow....
      Sekarang ki RAS the next genre jd protokol

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.