Ketika melihat bayangan itu
sama sekali tidak bergerak, Ki Kebo Mengo menjadi gusar. Dengan segera
diayunkan langkahnya mendekat.
Ketika jarak Ki Kebo Mengo
dengan pohon tempat bayangan itu berdiri tinggal tiga langkah,
tiba-tiba bayangan itu hilang begitu saja bagaikan sinar sebuah dlupak yang padam
karena tertiup angin kencang.
“Iblis!” teriak Ki Kebo
Mengo sambil meloncat ke depan. Tangannya terayun deras menghantam batang pohon
sebesar pelukan orang dewasa itu.
Akibatnya adalah sangat
dahsyat. Pohon itu memang tetap berdiri tegak, hanya batangnya saja yang tampak
bergetar hebat. Namun seluruh daun-daunnya telah rontok dan berguguran jatuh ke
tanah bagaikan baru saja dilanda angin puting beliung.
“Aji rog-rog asem,”
tiba-tiba terdengar suara perlahan beberapa langkah saja di belakang Ki Kebo
Mengo yang sedang asyik menikmati hasil kedahsyatan ilmunya.
Bagaikan disengat seribu
kalajengking, Ki Kebo Mengo pun terlonjak kaget. Dengan cepat dia segera
memutar tubuhnya. Tampak seseorang yang berperawakan sedang namun tegap telah
berdiri beberapa langkah saja di hadapannya.
Sejenak Ki Kebo Mengo
bagaikan membeku di tempatnya, namun itu hanya sekejap. Sesaat kemudian
terdengar tawanya yang berderai-derai memecah kesunyian malam.
“O, alangkah sombongnya,”
katanya kemudian disela-sela suara tertawanya, “Seseorang telah dengan deksura
mencoba mempermainkan Ki Kebo Mengo. Hanya orang-orang yang mempunyai nyawa
rangkap tujuh sajalah, yang berani mempermainkan Ki Kebo Mengo.”
Namun jawaban bayangan itu
justru sangat menyakitkan. Berkata bayangan itu kemudian, “Ki Sanak benar, aku
memang mempunyai nyawa rangkap tujuh. Namun aku hanya memerlukan satu nyawa
saja untuk menangkap orang yang bernama Kebo Mengo.”
“Tutup mulutmu!” bentak Ki
Kebo Mengo dengan muka merah padam, “Jangan hanya bersembunyi di balik bayangan
semu, tidak akan ada artinya bagiku. Keluarlah, kita akan bertempur secara
jantan.”
Namun jawaban bayangan itu
kembali terdengar menyakitkan di telinga Ki Kebo Mengo, “Sudah aku katakan Ki
Sanak, aku hanya memerlukan satu nyawa saja untuk menangkap Ki Kebo Mengo, dan
inilah yang aku sebut dengan satu nyawaku itu. Aku tidak perlu menghadirkan
wadagku untuk sekedar menangkap seekor kerbau!”
“Gila!” kembali Ki Kebo
Mengo membentak, “Untuk apa aku melayani sebuah bayangan semu yang tak berarti?
Aku tahu Ki Sanak sedang bersembunyi di sekitar tempat ini dan aku akan
menemukanmu. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih lama dari mijet wohing ranti
untuk menemukan persembunyianmu.”
Selesai berkata demikian Ki
Kebo Mengo segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menundukkan
wajahnya. Namun yang terjadi kemudian adalah sangat mengejutkan Ki Kebo Mengo
itu sendiri. Panggraitanya telah menemukan getaran orang yang dicarinya itu berada
tidak jauh di hadapannya.
“Hem!” geram Ki Kebo Mengo
sambil mengurai kedua tangan dan mengangkat wajahnya. Dipandangi bayangan
semu yang berdiri beberapa langkah di hadapannya itu dengan raut wajah yang terheran-heran. Menurut panggraitanya, yang
berdiri di hadapannya sekarang ini bukanlah hanya sebuah bayangan semu belaka,
namun benar-benar seseorang dalam ujud yang sebenarnya.
“Aneh,” berkata Ki Kebo
Mengo dalam hati, “Seumur hidup aku belum pernah menjumpai ilmu sejenis ini. Namun
aku yakin, sebenarnya ini hanya sejenis ilmu untuk bersembunyi sebagaimana
ilmu halimunan atau sejenisnya. Aku pasti akan dapat menemukan kelemahannya.”
Berpikir sampai disitu, Ki
Kebo Mengo segera maju selangkah. Katanya kemudian, “Baiklah Ki Sanak, kita
akan bertempur. Aku tidak peduli lagi berapa nyawa yang akan Ki Sanak
pergunakan untuk melawanku. Namun yang jelas, aku telah mengetahui kelemahan
ilmumu ini, sebuah ilmu untuk bersembunyi. Di mana pun Ki Sanak bersembunyi, aku
pasti akan menemukannya.”
Bayangan itu tampak menarik
nafas dalam-dalam. Entah apa yang sedang ada dalam benaknya. Namun yang jelas
bayangan itu segera mundur selangkah sambil berkata, “Ki Kebo Mengo, sebenarnya
aku bukan orang yang suka dengan keributan. Aku menghadang Ki Kebo Mengo di
tempat ini hanya untuk menuntut pertanggung-jawaban Ki Kebo Mengo atas rajapati
yang baru saja terjadi.”
Terkejut Ki Kebo Mengo
mendengar ucapan bayangan itu. Sebenarnya bukan kebiasaan Ki Kebo Mengo untuk
berlama-lama berbantah. Dia tidak peduli siapa orang yang akan dibunuhnya dan
atas dasar apa dia melakukan pembunuhan itu. Baginya membunuh itu memang sudah
menjadi kebiasaan dan kadang cukup menyenangkan. Namun bayangan itu telah
menyebut rajapati yang baru saja terjadi. Dengan demikian Ki Kebo Mengo dapat
menarik sebuah kesimpulan bahwa yang sekarang berdiri di hadapannya itu, apapun
bentuknya tentulah salah satu dari orang yang sedang bermalam di banjar padukuhan
Klangon.
Maka dengan suara berat dan
dalam, Ki Kebo Mengo pun kemudian berdesis, “Apakah aku sedang berhadapan
dengan agul-agulnya Mataram Ki Rangga Agung Sedayu?”
Bayangan itu sejenak
termangu-mangu. Ada sedikit keseganan untuk menyebut namanya. Justru karena dia
selalu berusaha menghindari kesan yang berlebihan jika seseorang mengetahui jati
dirinya.
Setunggal malih matur nuwun sanget
BalasHapusMatur suwun mbah Man
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya..
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man...
BalasHapusSepertine Mbah Man arep namatke jilid loro...jamrolas biasane gatotkoco metu..hehehe...ngapunten Mbah 🙏🙏
Matur nuwun Mbah Man, dobelan sangu weekend .....
BalasHapusweek end baru mulai,sudah habis bekal...hhh nuwun sewu.
BalasHapusHmm...memelasmeneh.com....gayane Ki Widi...hehehe
Hapuskayaknya mBah-Man kasih Wedaran klo komennya canmen ''memelas''. Matur-nuwun mBah-Man, besok komennya mboten memelas malih.
HapusKinten2 medalipun wedaran pungkasan nengga wanci goro-goro.
BalasHapusKinten2 medalipun wedaran pungkasan nengga wanci goro-goro.
BalasHapusmatur nuwun mbah Man
BalasHapusNumggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan
BalasHapusAyo kadang ojo podo turu sore
Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
Isine buku 2 sak rampunge
Numggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan
BalasHapusAyo kadang ojo podo turu sore
Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
Isine buku 2 sak rampunge
Numggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan
BalasHapusAyo kadang ojo podo turu sore
Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
Isine buku 2 sak rampunge
Weh...kotekanne triple tandane tukang mie tektek mencungul..nemoni seng ronda...tapi rada aneh Ki P Satpam durung hadir...semoga beliau sehat sehat selalu....
HapusAammiin. Tetapi ada sedikit pertanyaan, ini " koteka..nne" maksudnya itu yg biasa dipakai orang wilayah timur Indonesia, Ki?
HapusBelum tau dia siapa sebenarnya Ki RAS.
BalasHapusHeh..Ki Zaini ikut bergadang juga sudah dapat izinkah dari Bang Haji??....
HapusKi RAS itu tukang pijit keliling....karena ilmu semunya sudah sempurna....hehehe
Bener, Ki Adiwa. Bang Haji kasih izin menunggu sampai jam 02_21 waktu STSD.
HapusKi RAS kemarin ke istana bogor bukan mijit, Ki.
Oh..maksudnya RAS itu "Raja Arab Saudi"...saya pikir "Rabeni Anak Simprug"....yang profesinya tkg urkel...maaf kalau bdgitu salah info Ki.
HapusBukan Rabeni Anak Simprug, tapi Rabeni Anak Sukabumi, Ki.
HapusOh!!?...anak Sukabumi Ki Zaini..koq sama saya ngakunya anak Simprug???...mungkin alamat sekarang di simprug tapi aslinya dari Sukabumi..?
HapusMatur nuwun mbah_man, tas tangi nunggu subuh ono dobelan....mantaap...
BalasHapusMatur Nuwun mbah Man....pas nemen karo ngopi....
BalasHapustambah penasaran....
Double double . . . ole ole . . . tet tet tet
BalasHapusLuar biasa Mbah Man 👍👍👍
Ikutan ahh...
HapusDang...dung...jreng...jreng..jreng
Ole...ole...tet..tet..tet...
Dobol...dobol...om telolet om....
Hehehe...luar biasa Ki Komunikasi Art kalau komentnya diikuti terasa nyeni komunikasinya....mantab
Malam gelap namun tak basah situasi pertanda baik, ada yang ngirim kembang Arum ndalu, nyegrak memabukkan . . .
HapusSelagi Ki Adiwa Swarna matak aji Seribu Pujian, melesat menembus jagat padepokan, jangan ada yang menjauh, percuma . . . .
tetep kena . . . mak weeesss. ✋
Geng-injang. weekend ,Tetap nenggo Wedaran.
BalasHapusADBM Buku 102
BalasHapus(Seri II Jilid 2)
Benarkah aji pangangen angen sdh ada di sini?
Dibantu dengan tangannya, ia mulai menelusur lukisan tata gerak dan sikap pemusatan tenaga dan tenaga cadangan yang ada pada diri seseorang. Sikap puncak seperti yang baru saja dicapainya didalam goa itu. Bahkan ada satu lukisan itu menuntun seseorang kepada tingkatan yang lebih tinggi, yang seolah-olah tidak lagi dapat dicapai dengan tanpa melepaskan diri dari kewadagan.
--> aji pangangen angen?
ADBM Buku 102
BalasHapus(Seri II Jilid 2)
Benarkah aji pangangen angen sdh ada di sini?
Dibantu dengan tangannya, ia mulai menelusur lukisan tata gerak dan sikap pemusatan tenaga dan tenaga cadangan yang ada pada diri seseorang. Sikap puncak seperti yang baru saja dicapainya didalam goa itu. Bahkan ada satu lukisan itu menuntun seseorang kepada tingkatan yang lebih tinggi, yang seolah-olah tidak lagi dapat dicapai dengan tanpa melepaskan diri dari kewadagan.
--> aji pangangen angen?
ADBM Buku 102
BalasHapus(Seri II Jilid 2)
Benarkah aji pangangen angen sudah ada disini
Agung Sedayu benar-benar menjadi tegang. Ia melihat arah ilmu itu pada suatu tingkatan yang paling rumit dan penuh rahasia. Ia melihat seseorang mulai dengan tata gerak halusnya tanpa menyertakan ujud wadagnya dapat melakukan sesuatu yang bersifat wadag. Seperti rabaan sorot matanya. Namun lebih luas dan tinggi. Bukan saja sorot matanya, tetapi seluruh dirinya yang harus melepaskan diri dari dirinya yang bersifat wadag, meskipun untuk tujuan yang bersifat wadag pula.
--> aji pangangen angen?
Makin seru makin penasaran
BalasHapusThank
BalasHapusSiiiippp....
BalasHapusSiiiippp....
BalasHapusMakin seru makin penasaran thank thank siiippp siiippp....
BalasHapusSemangat mununggu bab 21....
apakah Ki Kebo Mengo bisa ditangkap dengan mudah seperti seekor kerbau cukup dengan satu ujud wadag saja....dimana uji coba Aji Pengangen angen ini disaksikan pula oleh Ki Tanpa Aran yang juga ingin tahu perkembangan ilmu agul agul Mataram yang akan diwisuda jadi Tumenggung dan sekaligus dapat hadiah putri triman yang disertai surat kekancingan untuk menghidari percekcokan rumah tangga karena merupakan sabda pandito ratu, yang hukumnya wajib asal tidak lebih dari 4 orang istri...
sret sret . . . sret
Hapusgeser kiri geser kanan
odot atas odot bawah
wah . . sudah pas
Lebih dari boleh jika Ki Adiwa Swarna ikut mangku 4 istri
suit suit . . . eng ing eng
Sangat menarik...matursembahnuwun..☺️
BalasHapusSambunganipun...tak tenggo kanthi sabae
BalasHapuswah baru buka dobelan ternyata wonten triplean wedaran ....matur nuwun sanget mbah man .... luar biasa ... penasaran tingkat dewa ini Mbah ...
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus