Jumat, 03 Maret 2017

STSD 02_20

Ketika melihat bayangan itu sama sekali tidak bergerak, Ki Kebo Mengo menjadi gusar. Dengan segera diayunkan langkahnya mendekat.

Ketika jarak Ki Kebo Mengo dengan pohon tempat bayangan itu berdiri  tinggal tiga langkah, tiba-tiba bayangan itu hilang begitu saja bagaikan sinar sebuah dlupak yang padam karena tertiup angin kencang.

“Iblis!” teriak Ki Kebo Mengo sambil meloncat ke depan. Tangannya terayun deras menghantam batang pohon sebesar pelukan orang dewasa itu.

Akibatnya adalah sangat dahsyat. Pohon itu memang tetap berdiri tegak, hanya batangnya saja yang tampak bergetar hebat. Namun seluruh daun-daunnya telah rontok dan berguguran jatuh ke tanah bagaikan baru saja dilanda angin puting beliung.

“Aji rog-rog asem,” tiba-tiba terdengar suara perlahan beberapa langkah saja di belakang Ki Kebo Mengo yang sedang asyik menikmati hasil kedahsyatan ilmunya.

Bagaikan disengat seribu kalajengking, Ki Kebo Mengo pun terlonjak kaget. Dengan cepat dia segera memutar tubuhnya. Tampak seseorang yang berperawakan sedang namun tegap telah berdiri beberapa langkah saja di hadapannya.

Sejenak Ki Kebo Mengo bagaikan membeku di tempatnya, namun itu hanya sekejap. Sesaat kemudian terdengar tawanya yang berderai-derai memecah kesunyian malam.

“O, alangkah sombongnya,” katanya kemudian disela-sela suara tertawanya, “Seseorang telah dengan deksura mencoba mempermainkan Ki Kebo Mengo. Hanya orang-orang yang mempunyai nyawa rangkap tujuh sajalah, yang berani mempermainkan Ki Kebo Mengo.”

Namun jawaban bayangan itu justru sangat menyakitkan. Berkata bayangan itu kemudian, “Ki Sanak benar, aku memang mempunyai nyawa rangkap tujuh. Namun aku hanya memerlukan satu nyawa saja untuk menangkap orang yang bernama Kebo Mengo.”

“Tutup mulutmu!” bentak Ki Kebo Mengo dengan muka merah padam, “Jangan hanya bersembunyi di balik bayangan semu, tidak akan ada artinya bagiku. Keluarlah, kita akan bertempur secara jantan.”

Namun jawaban bayangan itu kembali terdengar menyakitkan di telinga Ki Kebo Mengo, “Sudah aku katakan Ki Sanak, aku hanya memerlukan satu nyawa saja untuk menangkap Ki Kebo Mengo, dan inilah yang aku sebut dengan satu nyawaku itu. Aku tidak perlu menghadirkan wadagku untuk sekedar menangkap seekor kerbau!”

“Gila!” kembali Ki Kebo Mengo membentak, “Untuk apa aku melayani sebuah bayangan semu yang tak berarti? Aku tahu Ki Sanak sedang bersembunyi di sekitar tempat ini dan aku akan menemukanmu. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih lama dari mijet wohing ranti untuk menemukan persembunyianmu.”

Selesai berkata demikian Ki Kebo Mengo segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menundukkan wajahnya. Namun yang terjadi kemudian adalah sangat mengejutkan Ki Kebo Mengo itu sendiri. Panggraitanya telah menemukan getaran orang yang dicarinya itu berada tidak jauh di hadapannya.

“Hem!” geram Ki Kebo Mengo sambil mengurai kedua tangan dan mengangkat wajahnya. Dipandangi bayangan semu yang berdiri beberapa langkah di hadapannya itu dengan raut wajah yang terheran-heran. Menurut panggraitanya, yang berdiri di hadapannya sekarang ini bukanlah hanya sebuah bayangan semu belaka, namun benar-benar seseorang dalam ujud yang sebenarnya.

“Aneh,” berkata Ki Kebo Mengo dalam hati, “Seumur hidup aku belum pernah menjumpai ilmu sejenis ini. Namun aku yakin, sebenarnya ini hanya sejenis ilmu untuk bersembunyi sebagaimana ilmu halimunan atau sejenisnya. Aku pasti akan dapat menemukan kelemahannya.”

Berpikir sampai disitu, Ki Kebo Mengo segera maju selangkah. Katanya kemudian, “Baiklah Ki Sanak, kita akan bertempur. Aku tidak peduli lagi berapa nyawa yang akan Ki Sanak pergunakan untuk melawanku. Namun yang jelas, aku telah mengetahui kelemahan ilmumu ini, sebuah ilmu untuk bersembunyi. Di mana pun Ki Sanak bersembunyi, aku pasti akan menemukannya.”

Bayangan itu tampak menarik nafas dalam-dalam. Entah apa yang sedang ada dalam benaknya. Namun yang jelas bayangan itu segera mundur selangkah sambil berkata, “Ki Kebo Mengo, sebenarnya aku bukan orang yang suka dengan keributan. Aku menghadang Ki Kebo Mengo di tempat ini hanya untuk menuntut pertanggung-jawaban Ki Kebo Mengo atas rajapati yang baru saja terjadi.”

Terkejut Ki Kebo Mengo mendengar ucapan bayangan itu. Sebenarnya bukan kebiasaan Ki Kebo Mengo untuk berlama-lama berbantah. Dia tidak peduli siapa orang yang akan dibunuhnya dan atas dasar apa dia melakukan pembunuhan itu. Baginya membunuh itu memang sudah menjadi kebiasaan dan kadang cukup menyenangkan. Namun bayangan itu telah menyebut rajapati yang baru saja terjadi. Dengan demikian Ki Kebo Mengo dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa yang sekarang berdiri di hadapannya itu, apapun bentuknya tentulah salah satu dari orang yang sedang bermalam di banjar padukuhan Klangon.

Maka dengan suara berat dan dalam, Ki Kebo Mengo pun kemudian berdesis, “Apakah aku sedang berhadapan dengan agul-agulnya Mataram Ki Rangga Agung Sedayu?”


Bayangan itu sejenak termangu-mangu. Ada sedikit keseganan untuk menyebut namanya. Justru karena dia selalu berusaha menghindari kesan  yang  berlebihan jika seseorang mengetahui jati dirinya. 

41 komentar :

  1. Setunggal malih matur nuwun sanget

    BalasHapus
  2. Matur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya..

    BalasHapus
  3. Matur nuwun sanget Mbah Man...

    Sepertine Mbah Man arep namatke jilid loro...jamrolas biasane gatotkoco metu..hehehe...ngapunten Mbah 🙏🙏

    BalasHapus
  4. Matur nuwun Mbah Man, dobelan sangu weekend .....

    BalasHapus
  5. week end baru mulai,sudah habis bekal...hhh nuwun sewu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm...memelasmeneh.com....gayane Ki Widi...hehehe

      Hapus
    2. kayaknya mBah-Man kasih Wedaran klo komennya canmen ''memelas''. Matur-nuwun mBah-Man, besok komennya mboten memelas malih.

      Hapus
  6. Kinten2 medalipun wedaran pungkasan nengga wanci goro-goro.

    BalasHapus
  7. Kinten2 medalipun wedaran pungkasan nengga wanci goro-goro.

    BalasHapus
  8. Numggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan

    Ayo kadang ojo podo turu sore
    Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
    Isine buku 2 sak rampunge

    BalasHapus
  9. Numggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan

    Ayo kadang ojo podo turu sore
    Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
    Isine buku 2 sak rampunge

    BalasHapus
  10. Numggu wayah demit temawon...buku 2 ditamatkan

    Ayo kadang ojo podo turu sore
    Ngadang bethoro nggowo bokor kencono
    Isine buku 2 sak rampunge

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh...kotekanne triple tandane tukang mie tektek mencungul..nemoni seng ronda...tapi rada aneh Ki P Satpam durung hadir...semoga beliau sehat sehat selalu....

      Hapus
    2. Aammiin. Tetapi ada sedikit pertanyaan, ini " koteka..nne" maksudnya itu yg biasa dipakai orang wilayah timur Indonesia, Ki?

      Hapus
  11. Belum tau dia siapa sebenarnya Ki RAS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heh..Ki Zaini ikut bergadang juga sudah dapat izinkah dari Bang Haji??....

      Ki RAS itu tukang pijit keliling....karena ilmu semunya sudah sempurna....hehehe

      Hapus
    2. Bener, Ki Adiwa. Bang Haji kasih izin menunggu sampai jam 02_21 waktu STSD.
      Ki RAS kemarin ke istana bogor bukan mijit, Ki.

      Hapus
    3. Oh..maksudnya RAS itu "Raja Arab Saudi"...saya pikir "Rabeni Anak Simprug"....yang profesinya tkg urkel...maaf kalau bdgitu salah info Ki.

      Hapus
    4. Bukan Rabeni Anak Simprug, tapi Rabeni Anak Sukabumi, Ki.

      Hapus
    5. Oh!!?...anak Sukabumi Ki Zaini..koq sama saya ngakunya anak Simprug???...mungkin alamat sekarang di simprug tapi aslinya dari Sukabumi..?

      Hapus
  12. Matur nuwun mbah_man, tas tangi nunggu subuh ono dobelan....mantaap...

    BalasHapus
  13. Matur Nuwun mbah Man....pas nemen karo ngopi....
    tambah penasaran....

    BalasHapus
  14. Double double . . . ole ole . . . tet tet tet
    Luar biasa Mbah Man 👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikutan ahh...

      Dang...dung...jreng...jreng..jreng
      Ole...ole...tet..tet..tet...
      Dobol...dobol...om telolet om....
      Hehehe...luar biasa Ki Komunikasi Art kalau komentnya diikuti terasa nyeni komunikasinya....mantab

      Hapus
    2. Malam gelap namun tak basah situasi pertanda baik, ada yang ngirim kembang Arum ndalu, nyegrak memabukkan . . .
      Selagi Ki Adiwa Swarna matak aji Seribu Pujian, melesat menembus jagat padepokan, jangan ada yang menjauh, percuma . . . .
      tetep kena . . . mak weeesss. ✋

      Hapus
  15. Geng-injang. weekend ,Tetap nenggo Wedaran.

    BalasHapus
  16. ADBM Buku 102
    (Seri II Jilid 2)

    Benarkah aji pangangen angen sdh ada di sini?

    Dibantu dengan tangannya, ia mulai menelusur lukisan tata gerak dan sikap pemusatan tenaga dan tenaga cadangan yang ada pada diri seseorang. Sikap puncak seperti yang baru saja dicapainya didalam goa itu. Bahkan ada satu lukisan itu menuntun seseorang kepada tingkatan yang lebih tinggi, yang seolah-olah tidak lagi dapat dicapai dengan tanpa melepaskan diri dari kewadagan.

    --> aji pangangen angen?

    BalasHapus
  17. ADBM Buku 102
    (Seri II Jilid 2)

    Benarkah aji pangangen angen sdh ada di sini?

    Dibantu dengan tangannya, ia mulai menelusur lukisan tata gerak dan sikap pemusatan tenaga dan tenaga cadangan yang ada pada diri seseorang. Sikap puncak seperti yang baru saja dicapainya didalam goa itu. Bahkan ada satu lukisan itu menuntun seseorang kepada tingkatan yang lebih tinggi, yang seolah-olah tidak lagi dapat dicapai dengan tanpa melepaskan diri dari kewadagan.

    --> aji pangangen angen?

    BalasHapus
  18. ADBM Buku 102
    (Seri II Jilid 2)
    Benarkah aji pangangen angen sudah ada disini

    Agung Sedayu benar-benar menjadi tegang. Ia melihat arah ilmu itu pada suatu tingkatan yang paling rumit dan penuh rahasia. Ia melihat seseorang mulai dengan tata gerak halusnya tanpa menyertakan ujud wadagnya dapat melakukan sesuatu yang bersifat wadag. Seperti rabaan sorot matanya. Namun lebih luas dan tinggi. Bukan saja sorot matanya, tetapi seluruh dirinya yang harus melepaskan diri dari dirinya yang bersifat wadag, meskipun untuk tujuan yang bersifat wadag pula.

    --> aji pangangen angen?

    BalasHapus
  19. Makin seru makin penasaran thank thank siiippp siiippp....

    Semangat mununggu bab 21....

    apakah Ki Kebo Mengo bisa ditangkap dengan mudah seperti seekor kerbau cukup dengan satu ujud wadag saja....dimana uji coba Aji Pengangen angen ini disaksikan pula oleh Ki Tanpa Aran yang juga ingin tahu perkembangan ilmu agul agul Mataram yang akan diwisuda jadi Tumenggung dan sekaligus dapat hadiah putri triman yang disertai surat kekancingan untuk menghidari percekcokan rumah tangga karena merupakan sabda pandito ratu, yang hukumnya wajib asal tidak lebih dari 4 orang istri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sret sret . . . sret
      geser kiri geser kanan
      odot atas odot bawah
      wah . . sudah pas
      Lebih dari boleh jika Ki Adiwa Swarna ikut mangku 4 istri
      suit suit . . . eng ing eng

      Hapus
  20. Sangat menarik...matursembahnuwun..☺️

    BalasHapus
  21. Sambunganipun...tak tenggo kanthi sabae

    BalasHapus
  22. wah baru buka dobelan ternyata wonten triplean wedaran ....matur nuwun sanget mbah man .... luar biasa ... penasaran tingkat dewa ini Mbah ...

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.