Senin, 13 Maret 2017

STSD 02_26

Sejenak kemudian, pandangan mata Eyang Guru yang melebihi orang kebanyakan itu segera menangkap dan mengenali sesosok tubuh yang sedang berjalan dalam kegelapan. Eyang Guru pun menarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi getar di dalam dadanya.

“Marilah Raden,” berkata Eyang Guru kemudian, “Kita temui Ki Kebo Mengo. Sekalian kita bicarakan rencana kita untuk ke padepokan Sapta Dhahana nanti menjelang tengange.”

Raden Surengpati masih ragu-ragu sejenak. Namun ketika pandangan matanya sudah mampu menangkap dan mengenali sesosok tubuh yang berjalan mendekat itu, wajah Raden Surengpati pun menjadi cerah. Sambil tersenyum dan mengangguk-angguk, dia segera mengikuti langkah Eyang Guru.

Dalam pada itu di banjar padukuhan, Ki Rangga yang sedang dalam puncak samadinya itu ternyata telah terganggu oleh sesuatu hal yang belum dimengertinya. Sehingga perlahan-lahan pemusatan nalar dan budi Ki Rangga pun mulai memudar seiring dengan kesadaran yang mulai memenuhi otaknya. Sejenak kemudian Ki Rangga pun telah terjaga dari samadinya dan tersadar sepenuhnya.

“Apa yang sebenarnya telah terjadi, ngger?” pertanyaan itulah yang pertama kali didengar oleh Ki Rangga begitu dia membuka kedua matanya.

Sambil bangkit dan kemudian duduk bersila, Ki Rangga berpaling ke arah Ki Waskita yang duduk di sebelahnya. Jawabnya kemudian, “Ki Waskita, aku merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi dalam samadiku.”

Ki Waskita mengerutkan keningnya dalam-dalam. Katanya kemudian, “Angger sedang dalam puncak samadi ketika tiba-tiba saja aku menyadari angger sepertinya mengalami sedikit gangguan dan kemudian samadi angger pun telah badar.”

Ki Rangga menarik nafas dalam-dalam. Sambil menggeser duduknya menghadap penuh ke arah Ki Waskita, Ki Rangga pun kemudian menceritakan pengalaman yang didapatkannya selama dalam puncak samadinya.

“Ketika aku sedang berhadapan dengan orang yang menyebut dirinya Ki Kebo Mengo,” demikian Ki Rangga memulai ceritanya, “Panggraitaku telah menangkap adanya gerakan dari dua orang yang sedang berada di sekitar tempat itu.”

“Apakah angger mengenali mereka?” potong Ki Waskita dengan nada sedikit tidak sabar.

“Ya, Ki,” jawab Ki Rangga, “Aku mengenal salah satu dari mereka adalah orang yang pernah berselisih denganku di kediaman Ki Gede Menoreh beberapa saat yang lalu.”

Mendengar penjelasan Ki Rangga, Ki Waskita pun segera teringat dengan peristiwa yang terjadi di kediaman Ki Gede Menoreh. Maka tanya Ki Waskita kemudian, “Apakah yang angger maksud itu adalah salah satu pengikut Trah Sekar Seda Lepen yang menyebut dirinya Eyang Guru?”

“Benar, Ki,” sahut Ki Rangga dengan serta merta. Lanjutnya kemudian, “Dan yang satunya adalah  orang yang selama ini menghantui tanah Perdikan Matesih, Raden Mas Harya Surengpati.”

Ki Waskita mengerutkan keningnya. Tanya Ki Waskita kemudian, “Bagaimana angger bisa mengetahuinya?”

“Aku mendengar Eyang Guru menyebut namanya,” jawab Ki Rangga, “Namun ternyata mereka berdua tidak ikut melibatkan diri dengan Ki Kebo Mengo. Eyang Guru lebih memilih menuju ke banjar padukuhan.”

Sejenak wajah Ki Waskita menegang. Berbagai tanggapan telah muncul dalam benaknya. Namun sebelum Ki Waskita bertanya lebih jauh, ternyata Ki Rangga  segera memberi penjelasan.

“Ki Waskita,” berkata Ki Rangga kemudian, “Ternyata Eyang Guru itu telah mengetahui kelemahan aji pengangen-angen. Dengan sangat yakin Eyang Guru berencana untuk mendapatkan wadagku yang sedang dalam puncak samadi dan kemudian dengan sangat mudahnya dia akan membunuhku.”

Ki Waskita menarik nafas panjang mendengar keterangan Ki Rangga. Untuk beberapa saat ayah Rudita itu termenung. Memang di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya milik Yang Maha Kuasa dari segala yang berkuasa di muka bumi ini. Aji pengangen-angen pada dasarnya adalah sebuah aji sang sangat ngedab-edabi, namun mempunyai satu kelemahan, yaitu justru terletak pada wadag orang yang menguasai ilmu itu sendiri.

Kembali Ki Waskita menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Bertanya Ki Waskita selanjutnya, “Apakah angger kemudian memutuskan untuk meninggalkan Ki Kebo Mengo dan  mengejar mereka berdua?”


Ki Rangga tidak segera menjawab. Untuk beberapa saat Ki Rangga masih mencoba menilai apa yang telah dilakukannya beberapa saat yang lalu.

bersambung ke  STSD 03

30 komentar :

  1. alhamdulillah ... rontal terakhir jilid 2... matur nuwun sanget panembahan.

    BalasHapus
  2. ...matur nuwun Mbah_Man....


    Salam...

    BalasHapus
  3. alhamdulillah ...buah kesabaran dpt rontal
    matur nuwun mbah Man

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Ah..itu bukan Tank tapi Panser seru Ki Salam....

      Hapus
  5. Matur nuwun Mbah_man, tambah gayeeng mocone....☺😊

    BalasHapus
  6. Matur suwun mBah....seri penutup jilid 2 ancene ngedab2i ...
    Smg taksih kemutan sabdo panditho ratu : meh medar 1 buku full

    BalasHapus
  7. Kampiun tenan Mbah Man ki .... semoga kelemahan Aji Pengangen-angen bisa diatasi dengan luluhnya ilmu2 Ki RAS yg lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Ki GS. , sebentar lagi Ki RAS. akan menerima ajian leyeh-leyeh dari Ki Rangga Adiwaswa, kemudian ajian penggandaan koment dari ZY. , kemudian mendapatkan lagi wejangan dari Ki Gede Sabar dan Ki Ageng Semangat, ….pokoke huebaat deh….diramu dengan jamu herbal brotowali …ilmunya akan luluh menyatu dan …"seorang diri saja dia akan mampu menggulung jagad".

      ……hehehe….ngapuntene Mbah_Man…..kersanipun regeng….

      Salam hormat kagem Mbah_Man , Ki Satpam , saha para kadang CA – MEN sadayana…

      Hapus
    2. Sudah dibahas di bab 25 Ki DH tetang cara menggulung jagad...dari kue dadar gulung sampai tahu bulat di goreng dadakan limaratusan anget anget....joooooss..hehehe

      Hapus
  8. Analisa saya berarti mending menjadi 3 krn tdk ada yg lemah gemulai kewadagannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul analisa yang pas kalau 3 pasti sukar untuk membuat wadag itu bisa lemah gemulai, kalau hanya 2 wadag kemungkinan salah satu wadag ada yang lemah gemulai contohnya Ki/Nyi Didi Nini Towok...yang terlihat seperti pasangan ganda campuran....

      Hapus
  9. Matur nuwun mBah-man hanya ini yg ku bisa

    BalasHapus
  10. Matur nuwun Panembahan...
    Sepertinya Ki Rangga mendapat pameling dr Kiai Gringsing, Gurunya, agar mengejar Ki Eyang Guru dan RMH Surengpati yg akan mendapatkan wadag Ki Rangga AS.
    Sugeng pepanggihan wonten STSD Jilid 3... Mantaps...

    BalasHapus
  11. Matur nuwun Mbah_Man. Sudah bisa masuk ke STSD 3? Semoga semakin seru... seram dan greget rontal" berikut.

    BalasHapus
  12. Geng-ndalu... ngopi'' rumiyin.....

    BalasHapus
  13. Hadir, menunggu wedarnya STSD 3 ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah sampun selesai jilid 2 .... sabar menanti jilid 3 ...
    Matur nuwun sanget Mbah Man ... sehat terus Mbah ...

    BalasHapus
  15. matur nuwun sanget, kudu gk sabar ngenteni jilid iii, penasaran

    BalasHapus
  16. sambil nunggu dibaca lg jilid terakhir stsd 02

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.