Sejenak kemudian, pandangan
mata Eyang Guru yang melebihi orang kebanyakan itu segera menangkap dan
mengenali sesosok tubuh yang sedang berjalan dalam kegelapan. Eyang Guru pun
menarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi getar di dalam dadanya.
“Marilah Raden,” berkata
Eyang Guru kemudian, “Kita temui Ki Kebo Mengo. Sekalian kita bicarakan rencana
kita untuk ke padepokan Sapta Dhahana nanti menjelang tengange.”
Raden Surengpati masih
ragu-ragu sejenak. Namun ketika pandangan matanya sudah mampu menangkap dan mengenali sesosok
tubuh yang berjalan mendekat itu, wajah Raden Surengpati pun menjadi cerah.
Sambil tersenyum dan mengangguk-angguk, dia segera mengikuti langkah Eyang
Guru.
Dalam pada itu di banjar
padukuhan, Ki Rangga yang sedang dalam puncak samadinya itu ternyata telah
terganggu oleh sesuatu hal yang belum dimengertinya. Sehingga perlahan-lahan
pemusatan nalar dan budi Ki Rangga pun mulai memudar seiring dengan kesadaran yang mulai memenuhi otaknya. Sejenak kemudian Ki
Rangga pun telah terjaga dari samadinya dan tersadar sepenuhnya.
“Apa yang sebenarnya telah
terjadi, ngger?” pertanyaan itulah yang pertama kali didengar oleh Ki Rangga
begitu dia membuka kedua matanya.
Sambil bangkit dan kemudian
duduk bersila, Ki Rangga berpaling ke arah Ki Waskita yang duduk di
sebelahnya. Jawabnya kemudian, “Ki Waskita, aku merasakan sesuatu yang aneh
telah terjadi dalam samadiku.”
Ki Waskita mengerutkan
keningnya dalam-dalam. Katanya kemudian, “Angger sedang dalam puncak samadi
ketika tiba-tiba saja aku menyadari angger sepertinya mengalami sedikit
gangguan dan kemudian samadi angger pun telah badar.”
Ki Rangga menarik nafas
dalam-dalam. Sambil menggeser duduknya menghadap penuh ke arah Ki Waskita, Ki
Rangga pun kemudian menceritakan pengalaman yang didapatkannya selama dalam
puncak samadinya.
“Ketika aku sedang
berhadapan dengan orang yang menyebut dirinya Ki Kebo Mengo,” demikian Ki
Rangga memulai ceritanya, “Panggraitaku telah menangkap adanya gerakan dari dua
orang yang sedang berada di sekitar tempat itu.”
“Apakah angger mengenali mereka?” potong Ki Waskita dengan nada sedikit tidak sabar.
“Ya, Ki,” jawab Ki Rangga, “Aku
mengenal salah satu dari mereka adalah orang yang pernah berselisih denganku di
kediaman Ki Gede Menoreh beberapa saat yang lalu.”
Mendengar penjelasan Ki
Rangga, Ki Waskita pun segera teringat dengan peristiwa yang terjadi di
kediaman Ki Gede Menoreh. Maka tanya Ki Waskita kemudian, “Apakah yang angger
maksud itu adalah salah satu pengikut Trah Sekar Seda Lepen yang menyebut
dirinya Eyang Guru?”
“Benar, Ki,” sahut Ki Rangga
dengan serta merta. Lanjutnya kemudian, “Dan yang satunya adalah orang yang selama ini menghantui tanah
Perdikan Matesih, Raden Mas Harya Surengpati.”
Ki Waskita mengerutkan
keningnya. Tanya Ki Waskita kemudian, “Bagaimana angger bisa mengetahuinya?”
“Aku mendengar Eyang Guru
menyebut namanya,” jawab Ki Rangga, “Namun ternyata mereka berdua tidak ikut
melibatkan diri dengan Ki Kebo Mengo. Eyang Guru lebih memilih menuju ke banjar
padukuhan.”
Sejenak wajah Ki Waskita menegang.
Berbagai tanggapan telah muncul dalam benaknya. Namun sebelum Ki Waskita
bertanya lebih jauh, ternyata Ki Rangga segera
memberi penjelasan.
“Ki Waskita,” berkata Ki
Rangga kemudian, “Ternyata Eyang Guru itu telah mengetahui kelemahan aji
pengangen-angen. Dengan sangat yakin Eyang Guru berencana untuk mendapatkan
wadagku yang sedang dalam puncak samadi dan kemudian dengan sangat mudahnya dia
akan membunuhku.”
Ki Waskita menarik nafas
panjang mendengar keterangan Ki Rangga. Untuk beberapa saat ayah Rudita itu
termenung. Memang di dunia ini tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan itu
hanya milik Yang Maha Kuasa dari segala yang berkuasa di muka bumi ini. Aji
pengangen-angen pada dasarnya adalah sebuah aji sang sangat ngedab-edabi, namun
mempunyai satu kelemahan, yaitu justru terletak pada wadag orang yang menguasai
ilmu itu sendiri.
Kembali Ki Waskita menarik
nafas dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Bertanya Ki Waskita
selanjutnya, “Apakah angger kemudian memutuskan untuk meninggalkan Ki Kebo
Mengo dan mengejar mereka berdua?”
Ki Rangga tidak segera
menjawab. Untuk beberapa saat Ki Rangga masih mencoba menilai apa yang telah
dilakukannya beberapa saat yang lalu.
bersambung ke STSD 03
alhamdulillah ... rontal terakhir jilid 2... matur nuwun sanget panembahan.
BalasHapus...matur nuwun Mbah_Man....
BalasHapusSalam...
alhamdulillah ...buah kesabaran dpt rontal
BalasHapusmatur nuwun mbah Man
Thank ki. Salam
BalasHapusThank ki. Salam
BalasHapusAh..itu bukan Tank tapi Panser seru Ki Salam....
HapusMatur-nuwun mBah-Man...
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man...
BalasHapusMatur nuwun mbah man.
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man, tambah gayeeng mocone....☺😊
BalasHapusMatur suwun mBah....seri penutup jilid 2 ancene ngedab2i ...
BalasHapusSmg taksih kemutan sabdo panditho ratu : meh medar 1 buku full
Kampiun tenan Mbah Man ki .... semoga kelemahan Aji Pengangen-angen bisa diatasi dengan luluhnya ilmu2 Ki RAS yg lain
BalasHapusBenar Ki GS. , sebentar lagi Ki RAS. akan menerima ajian leyeh-leyeh dari Ki Rangga Adiwaswa, kemudian ajian penggandaan koment dari ZY. , kemudian mendapatkan lagi wejangan dari Ki Gede Sabar dan Ki Ageng Semangat, ….pokoke huebaat deh….diramu dengan jamu herbal brotowali …ilmunya akan luluh menyatu dan …"seorang diri saja dia akan mampu menggulung jagad".
Hapus……hehehe….ngapuntene Mbah_Man…..kersanipun regeng….
Salam hormat kagem Mbah_Man , Ki Satpam , saha para kadang CA – MEN sadayana…
Sudah dibahas di bab 25 Ki DH tetang cara menggulung jagad...dari kue dadar gulung sampai tahu bulat di goreng dadakan limaratusan anget anget....joooooss..hehehe
Hapus...hehehe....
HapusAnalisa saya berarti mending menjadi 3 krn tdk ada yg lemah gemulai kewadagannya
BalasHapusBetul analisa yang pas kalau 3 pasti sukar untuk membuat wadag itu bisa lemah gemulai, kalau hanya 2 wadag kemungkinan salah satu wadag ada yang lemah gemulai contohnya Ki/Nyi Didi Nini Towok...yang terlihat seperti pasangan ganda campuran....
HapusMatur nuwun Mbah Man .....
BalasHapusNuwun mbah man..
BalasHapusMatur nuwun mBah-man hanya ini yg ku bisa
BalasHapusMatur nuwun Panembahan...
BalasHapusSepertinya Ki Rangga mendapat pameling dr Kiai Gringsing, Gurunya, agar mengejar Ki Eyang Guru dan RMH Surengpati yg akan mendapatkan wadag Ki Rangga AS.
Sugeng pepanggihan wonten STSD Jilid 3... Mantaps...
Matur nuwun Mbah_Man. Sudah bisa masuk ke STSD 3? Semoga semakin seru... seram dan greget rontal" berikut.
BalasHapusGeng-ndalu... ngopi'' rumiyin.....
BalasHapusHadir, menunggu wedarnya STSD 3 ..... tetap semangat !
BalasHapusIkut hadir dan semangat...
BalasHapusMantap
BalasHapusAlhamdulillah sampun selesai jilid 2 .... sabar menanti jilid 3 ...
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man ... sehat terus Mbah ...
matur nuwun sanget, kudu gk sabar ngenteni jilid iii, penasaran
BalasHapussambil nunggu dibaca lg jilid terakhir stsd 02
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus