Sabtu, 04 Maret 2017

STSD 02_21

Namun akhirnya bayangan itu tampak menganggukkan kepalanya.

Berdesir dada Ki Kebo Mengo begitu menyadari sekarang ini dia sedang berhadapan dengan agul agulnya Mataram, walaupun hanya dalam bentuk ujud semu.

“Ujud semu tidak akan mempunyai pengaruh apapun selain menyesatkan pandangan sehingga penalaran pun akan menjadi buram,” berkata Ki Kebo Mengo dalam hati, “Ilmu ini sebenarnya tidak lebih dari permainan kanak-kanak. Manakala aku mampu memecahkan rahasianya, aku akan dapat menemukan tempat persembunyiannya dan sekaligus menghancurkannya.”

Ketika keyakinan itu mulai tumbuh di dalam hatinya, Ki Kebo Mengo pun mulai menggeser kedudukannya, siap untuk melancarkan serangan penjajagan.

Namun tiba-tiba sepercik keragu-raguan muncul kembali di dalam dadanya.

“Bayangan semu tidak akan mampu melukai dan dilukai. Jadi untuk apa aku harus bertempur melawan bayangan semu?” tiba-tiba pertanyaan itu menyelinap di dalam hatinya.

Untuk beberapa saat Ki Kebo Mengo justru hanya berdiri termangu-mangu. Berbagai pertimbangan bergolak di dalam dadanya.

“O,” gumam Ki Kebo Mengo dalam hati. Akhirnya sebuah kesadaran rasa-rasanya telah mengencerkan otaknya yang beku, “Aku tahu maksud Ki Rangga dengan menampilkan bayangan semunya ini. Ki Rangga berharap aku terpancing untuk bertempur sampai tenagaku terkuras habis. Pada saat itulah ujud aslinya akan muncul dan kemudian  menangkapku dengan sangat mudahnya.”

Sejenak Ki Kebo Mengo menarik nafas dalam-dalam. Kesimpulan terakhir ini agaknya yang masuk akal. Namun jika memang demikian keadaannya, yang dapat dilakukannya hanyalah menunggu kemunculan ujud asli lawannya.

“Lebih baik aku meneruskan perjalananku ke banjar padukuhan,” berkata Ki Kebo Mengo dalam hati, “Jika aku tidak mampu menemukan persembunyian Ki Rangga di sekitar tempat ini, kemungkinannya dia telah mampu melontarkan ilmu bayangan semunya itu dari jarak jauh, dari banjar padukuhan Klangon.”

Berpikir sampai disitu, tanpa menghiraukan ujud semu lawannya, Ki Kebo Mengo pun segera mengayunkan langkahnya meninggalkan tempat itu.

“Ki Kebo Mengo,” tiba-tiba saja terdengar suara bayangan itu memanggilnya, “Berhentilah! Urusan kita belum selesai. Mengapa engkau begitu tergesa-gesa pergi?”

Namun Ki Kebo Mengo tidak menjawab, bahkan berpaling pun tidak. Tekadnya sudah bulat untuk tidak melayani permainan lawannya. Tujuannya hanya satu, segera sampai di banjar padukuhan Klangon dan membuat perhitungan dengan ujud asli Ki Rangga Agung Sedayu.

“Ki Kebo Mengo!” kembali terdengar bayangan itu berteriak memanggilnya, kali ini lebih keras, “Berhentilah atau aku akan menghentikanmu dengan caraku!”

Namun Ki Kebo Mengo benar-benar sudah bulat tekadnya untuk segera menyingkir dari tempat itu. Dia benar-benar sudah muak dengan permainan yang disangkanya hanya pantas dilakukan oleh orang-orang yang baru saja belajar loncat-loncatan dalam olah kanuragan.

Ketika melihat Ki Kebo Mengo sama sekali tidak mempedulikannya. Dengan sebuah teriakan peringatan, bayangan itu melesat menghantam punggung Ki Kebo Mengo.

Ki Kebo Mengo terkejut bukan buatan ketika merasakan ada sebuah sambaran angin yang cukup deras mengarah ke punggung. Namun semua itu sudah terlambat bagi ki Kebo Mengo untuk memutar tubuh. Yang mampu dilakukan oleh ki Kebo Mengo kemudian adalah dengan tergesa-gesa mengetrapkan ilmu pertahanan dirinya, walaupun tidak sempat sampai ke puncak untuk melindungi punggungnya.

Benturan yang terjadi kemudian memang tidak terlalu keras. Apa yang ingin ditunjukkan oleh Ki Rangga hanyalah sebatas pengetahuan bagi lawannya, bahwa ujud semu yang sedang dihadapinya bukanlah ujud semu sebagaimana biasanya.

Yang terdengar kemudian adalah sebuah umpatan yang sangat kotor dari mulut Ki Kebo Mengo. Tubuhnya terhuyung-huyung beberapa langkah ke depan, walaupun tidak sampai terjatuh. Namun kenyataan yang dihadapinya itulah yang telah membuat jantungnya hampir meledak. Ternyata bayangan semu Ki Rangga mempunyai kemampuan sebagaimana ujud wadag aslinya, mampu menyentuh bahkan melukai sasarannya.

Begitu pengaruh tenaga lontaran lawannya itu telah menghilang, dengan cepat Ki Kebo Mengo berbalik. Sejenak dipandanginya ujud semu Ki Rangga yang hanya berdiri beberapa langkah saja di hadapannya.

“Sebuah ilmu iblis!” geram Ki Kebo Mengo sambil menahan gejolak di dalam dadanya, “Dari mana engkau dapatkan ilmu iblis itu, he?!”

“Sudahlah Ki Kebo Mengo,” jawab bayangan itu, “Bukankah engkau tadi sudah mengatakan tidak suka berbantah? Menyerahlah. Engkau akan aku hadapkan keoada Ki Jagabaya dukuh Klangon untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatanmu.”

“Diam..!” bentak Ki Kebo Mengo dengan raut wajah merah padam, “Tidak seorang pun yang akan mampu menangkap Ki Kebo Mengo, agul-agulnya Mataram pun tidak. Apalagi ki Jagabaya dukuh Klangon. Bersiaplah Ki Rangga, aku akan segera menemukan kelemahan ilmumu. Dan disaat itulah harapanmu untuk menghirup udara esok pagi sudah tidak ada lagi.”


Selesai berkata demikian, tanpa didahului oleh sebuah ancang-ancang, Ki Kebo Mengo begitu saja melontarkan tubuhnya menerjang bayangan semu Ki Rangga.

44 komentar :

  1. ...wayah sepi wong ketiban rontal .... matur nuwun mbah Man

    BalasHapus
  2. matur nuwun mbah man ... hattrick hari ini ... luar biasa .... Alhamdulillah berarti mbah Man sehat wal afiat ....

    BalasHapus
  3. Ki Kebo Mengo menjadi semakin mengo terkena gempuran Ki RAS.
    Matur nuwun Mbah_Man.

    BalasHapus
  4. Ki Kebo Mengo menjadi semakin mengo terkena gempuran Ki RAS.
    Matur nuwun Mbah_Man.

    BalasHapus
  5. Coba lagi, masih dobelan juga?

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, berhasil menghindar dari komentar semu.

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, berhasil menghindar dari komentar semu.

    BalasHapus
  8. Coba lagi, masih dobelan juga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah gpp Ki Zaini, nanti kalau ngocok arisan pasti keluar koq namanya....

      Hapus
    2. Iya kalau arisan, tapi kalau undian terjun kelaut..... pasti saya yg pertama terjun. Selamat berhari Minggu, Ki Adiwa.

      Hapus
    3. Hahaha....udah gitu gak bisa berenang lagi???

      Selamat libur juga Ki Zaini

      Hapus
  9. Balasan
    1. Durung cukup umur...

      Matur suwun tripelane mBah

      Hapus
    2. Durung cukup umur...

      Matur suwun tripelane mBah

      Hapus
  10. Matur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya.

    BalasHapus
  11. siiiiiiiap . . . sarapan Rontal ae mumpung anget. Suwun Mbah Man

    BalasHapus
  12. Geng-injang..........
    wedaran di hari libur masihkah berlanjut...?
    sabaaaaarrrr

    BalasHapus
  13. Sugeng enjing....matur nuwun sanget Mbah Man...

    Ternyata sudah ada 18 komentar berikut komentar semu, tetapi justru yang semu ini yang sangat berpengaruh, diabaikan tapi mempengaruhi secara wadag dan bisa langsung menghantam punggung Ki Kebo Mengo....mungkin kurang yakin melempar ilmu hanya sekali "tut" ..sehingga kebiasaan dan agar lebih yakin dengan pelepasan ilmu dengan 2 kali "tut" dan diawali dengan "ken"...agar bablas anginne....hehehelmbersni...

    BalasHapus
  14. Ki Satpam Pelangi [SP] kalo ngersakaken komen dobelan monggo dipijet kotak Publikasinya 2x apalagi kalo sinyal lg lemot hasilnya lbh tok cer dijamin dobel
    Sugeng nyobi tp maaf, tdk bergaransi

    BalasHapus
  15. Ki Satpam Pelangi [SP] kalo ngersakaken komen dobelan monggo dipijet kotak Publikasinya 2x apalagi kalo sinyal lg lemot hasilnya lbh tok cer dijamin dobel
    Sugeng nyobi tp maaf, tdk bergaransi

    BalasHapus
  16. Kagem mbah mandrake matursuwun karya karyanya slalu kita nanti,
    Trs kalo dikeparengaken, ada sedikit usul.
    Aji pengangen kalo bersumber dari ilmu keluarga Ki Sadewa (meski sdh di kolaborasi dg ilmu ki waskitha) berarti GP bisa menggapai ilmu itu juga.
    Matursuwun sebelumnya.

    BalasHapus
  17. Matur nuwun Mbah Man, wayah sepi wong tadi malam rontal wedar jadi tripel .....

    BalasHapus
  18. Opo mungkin minggu2 ono wedaran yo?

    BalasHapus
  19. Wah jatuhnya rontal kali ini betul2 sdh wayah sepi uwong. Matur nuwun mbah Man.

    BalasHapus
  20. Wah jatuhnya rontal kali ini betul2 sdh wayah sepi uwong. Matur nuwun mbah Man.

    BalasHapus
  21. Sugeng siang can men sedanten ... sugeng siang mbah man ...

    Berhari minggu siapa tahu ada wedaran baru .... muter taman bacaan dulu .... baru bisa ketemu sesuatu ... ituuu ....

    BalasHapus
  22. Kudu sering" sambang ke Taman nih, supaya jangan ketinggalan pelajaran dari Mbah-Man.
    Yuk kita tunggu 02_22, bagaimana nasib Ki Kebo Mengo? Mungkinkah akan menjadi semakin mengo?

    BalasHapus
  23. Leyeh'' di gandok..... siapa tahu ada wedaran dihari libur.

    BalasHapus
  24. Matur nuwun Mbah_man,tas ketrimo rontalipun mbah....monggo ditambah...hehehe

    BalasHapus
  25. libur'',hujan deras dengn angin yang cukup kencang untuk mematahkan cabang pohon nangka. Masih untung pohon yang besar tidak ikut.

    rontal tidak ikut terlontar.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rontal terpegang erat", Ki Widi. Tidak mudah terlontar.

      Hapus
  26. saya kalau komen malah harus muter'' dulu.
    klo balapan pasti kalah.
    selesai ketik komen, tidak bisa langsung kirim.mesti pilih : '' beritahu saya''. Baru bisa kirim.
    Kalau sudah masuk halaman blogger ( warna kuning) bisa komen langsung.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.