Namun akhirnya bayangan itu
tampak menganggukkan kepalanya.
Berdesir dada Ki Kebo Mengo
begitu menyadari sekarang ini dia sedang berhadapan dengan agul agulnya
Mataram, walaupun hanya dalam bentuk ujud semu.
“Ujud semu tidak akan
mempunyai pengaruh apapun selain menyesatkan pandangan sehingga penalaran pun
akan menjadi buram,” berkata Ki Kebo Mengo dalam hati, “Ilmu ini sebenarnya tidak lebih
dari permainan kanak-kanak. Manakala aku mampu memecahkan rahasianya, aku akan
dapat menemukan tempat persembunyiannya dan sekaligus menghancurkannya.”
Ketika keyakinan itu mulai
tumbuh di dalam hatinya, Ki Kebo Mengo pun mulai menggeser kedudukannya, siap
untuk melancarkan serangan penjajagan.
Namun tiba-tiba sepercik
keragu-raguan muncul kembali di dalam dadanya.
“Bayangan semu tidak akan
mampu melukai dan dilukai. Jadi untuk apa aku harus bertempur melawan bayangan
semu?” tiba-tiba pertanyaan itu menyelinap di dalam hatinya.
Untuk beberapa saat Ki Kebo
Mengo justru hanya berdiri termangu-mangu. Berbagai pertimbangan bergolak di
dalam dadanya.
“O,” gumam Ki Kebo Mengo dalam hati. Akhirnya sebuah
kesadaran rasa-rasanya telah mengencerkan otaknya yang beku, “Aku tahu maksud
Ki Rangga dengan menampilkan bayangan semunya ini. Ki Rangga berharap aku
terpancing untuk bertempur sampai tenagaku terkuras habis. Pada saat itulah
ujud aslinya akan muncul dan kemudian menangkapku dengan sangat mudahnya.”
Sejenak Ki Kebo Mengo
menarik nafas dalam-dalam. Kesimpulan terakhir ini agaknya yang masuk akal. Namun
jika memang demikian keadaannya, yang dapat dilakukannya hanyalah menunggu
kemunculan ujud asli lawannya.
“Lebih baik aku meneruskan
perjalananku ke banjar padukuhan,” berkata Ki Kebo Mengo dalam hati, “Jika aku
tidak mampu menemukan persembunyian Ki Rangga di sekitar tempat ini,
kemungkinannya dia telah mampu melontarkan ilmu bayangan semunya itu dari jarak
jauh, dari banjar padukuhan Klangon.”
Berpikir sampai disitu,
tanpa menghiraukan ujud semu lawannya, Ki Kebo Mengo pun segera mengayunkan
langkahnya meninggalkan tempat itu.
“Ki Kebo Mengo,” tiba-tiba
saja terdengar suara bayangan itu memanggilnya, “Berhentilah! Urusan kita belum
selesai. Mengapa engkau begitu tergesa-gesa pergi?”
Namun Ki Kebo Mengo tidak
menjawab, bahkan berpaling pun tidak. Tekadnya sudah bulat untuk tidak melayani
permainan lawannya. Tujuannya hanya satu, segera sampai di banjar padukuhan Klangon
dan membuat perhitungan dengan ujud asli Ki Rangga Agung Sedayu.
“Ki Kebo Mengo!” kembali
terdengar bayangan itu berteriak memanggilnya, kali ini lebih keras, “Berhentilah
atau aku akan menghentikanmu dengan caraku!”
Namun Ki Kebo Mengo
benar-benar sudah bulat tekadnya untuk segera menyingkir dari tempat itu. Dia benar-benar
sudah muak dengan permainan yang disangkanya hanya pantas dilakukan oleh
orang-orang yang baru saja belajar loncat-loncatan dalam olah kanuragan.
Ketika melihat Ki Kebo Mengo
sama sekali tidak mempedulikannya. Dengan sebuah teriakan peringatan, bayangan
itu melesat menghantam punggung Ki Kebo Mengo.
Ki Kebo Mengo terkejut bukan
buatan ketika merasakan ada sebuah sambaran angin yang cukup deras mengarah ke
punggung. Namun semua itu sudah terlambat bagi ki Kebo Mengo untuk memutar
tubuh. Yang mampu dilakukan oleh ki Kebo Mengo kemudian adalah dengan tergesa-gesa mengetrapkan
ilmu pertahanan dirinya, walaupun tidak sempat sampai ke puncak untuk melindungi
punggungnya.
Benturan yang terjadi
kemudian memang tidak terlalu keras. Apa yang ingin ditunjukkan oleh Ki Rangga
hanyalah sebatas pengetahuan bagi lawannya, bahwa ujud semu yang sedang
dihadapinya bukanlah ujud semu sebagaimana biasanya.
Yang terdengar kemudian
adalah sebuah umpatan yang sangat kotor dari mulut Ki Kebo Mengo. Tubuhnya terhuyung-huyung
beberapa langkah ke depan, walaupun tidak sampai terjatuh. Namun kenyataan yang
dihadapinya itulah yang telah membuat jantungnya hampir meledak. Ternyata bayangan
semu Ki Rangga mempunyai kemampuan sebagaimana ujud wadag aslinya, mampu
menyentuh bahkan melukai sasarannya.
Begitu pengaruh tenaga
lontaran lawannya itu telah menghilang, dengan cepat Ki Kebo Mengo berbalik. Sejenak
dipandanginya ujud semu Ki Rangga yang hanya berdiri beberapa langkah saja di
hadapannya.
“Sebuah ilmu iblis!” geram
Ki Kebo Mengo sambil menahan gejolak di dalam dadanya, “Dari mana engkau dapatkan
ilmu iblis itu, he?!”
“Sudahlah Ki Kebo Mengo,”
jawab bayangan itu, “Bukankah engkau tadi sudah mengatakan tidak suka
berbantah? Menyerahlah. Engkau akan aku hadapkan keoada Ki Jagabaya dukuh
Klangon untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatanmu.”
“Diam..!” bentak Ki Kebo
Mengo dengan raut wajah merah padam, “Tidak seorang pun yang akan mampu
menangkap Ki Kebo Mengo, agul-agulnya Mataram pun tidak. Apalagi ki Jagabaya
dukuh Klangon. Bersiaplah Ki Rangga, aku akan segera menemukan kelemahan
ilmumu. Dan disaat itulah harapanmu untuk menghirup udara esok pagi sudah tidak
ada lagi.”
Selesai berkata demikian,
tanpa didahului oleh sebuah ancang-ancang, Ki Kebo Mengo begitu saja melontarkan tubuhnya menerjang
bayangan semu Ki Rangga.
...wayah sepi wong ketiban rontal .... matur nuwun mbah Man
BalasHapusmatur nuwun mbah man ... hattrick hari ini ... luar biasa .... Alhamdulillah berarti mbah Man sehat wal afiat ....
BalasHapusKi Kebo Mengo menjadi semakin mengo terkena gempuran Ki RAS.
BalasHapusMatur nuwun Mbah_Man.
Ki Kebo Mengo menjadi semakin mengo terkena gempuran Ki RAS.
BalasHapusMatur nuwun Mbah_Man.
Coba lagi, masih dobelan juga?
BalasHapusAlhamdulillah, berhasil menghindar dari komentar semu.
BalasHapusAlhamdulillah, berhasil menghindar dari komentar semu.
BalasHapusCoba lagi, masih dobelan juga?
BalasHapusUdah gpp Ki Zaini, nanti kalau ngocok arisan pasti keluar koq namanya....
HapusIya kalau arisan, tapi kalau undian terjun kelaut..... pasti saya yg pertama terjun. Selamat berhari Minggu, Ki Adiwa.
HapusHahaha....udah gitu gak bisa berenang lagi???
HapusSelamat libur juga Ki Zaini
Buat komen dobel ah....
BalasHapusKok gak bisa?
BalasHapusDurung cukup umur...
HapusMatur suwun tripelane mBah
Durung cukup umur...
HapusMatur suwun tripelane mBah
Matur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya.
BalasHapusTrimakasih mbah man
BalasHapusAjian yg hebat.
BalasHapusAjian yg hebat.
BalasHapussiiiiiiiap . . . sarapan Rontal ae mumpung anget. Suwun Mbah Man
BalasHapusGeng-injang..........
BalasHapuswedaran di hari libur masihkah berlanjut...?
sabaaaaarrrr
Sugeng enjing....matur nuwun sanget Mbah Man...
BalasHapusTernyata sudah ada 18 komentar berikut komentar semu, tetapi justru yang semu ini yang sangat berpengaruh, diabaikan tapi mempengaruhi secara wadag dan bisa langsung menghantam punggung Ki Kebo Mengo....mungkin kurang yakin melempar ilmu hanya sekali "tut" ..sehingga kebiasaan dan agar lebih yakin dengan pelepasan ilmu dengan 2 kali "tut" dan diawali dengan "ken"...agar bablas anginne....hehehelmbersni...
Alhamdulillah....
BalasHapusAlhamdulillah....
BalasHapusMatur nuwun mbah man..
BalasHapusKi Satpam Pelangi [SP] kalo ngersakaken komen dobelan monggo dipijet kotak Publikasinya 2x apalagi kalo sinyal lg lemot hasilnya lbh tok cer dijamin dobel
BalasHapusSugeng nyobi tp maaf, tdk bergaransi
Ki Satpam Pelangi [SP] kalo ngersakaken komen dobelan monggo dipijet kotak Publikasinya 2x apalagi kalo sinyal lg lemot hasilnya lbh tok cer dijamin dobel
BalasHapusSugeng nyobi tp maaf, tdk bergaransi
Kagem mbah mandrake matursuwun karya karyanya slalu kita nanti,
BalasHapusTrs kalo dikeparengaken, ada sedikit usul.
Aji pengangen kalo bersumber dari ilmu keluarga Ki Sadewa (meski sdh di kolaborasi dg ilmu ki waskitha) berarti GP bisa menggapai ilmu itu juga.
Matursuwun sebelumnya.
Matur nuwun Mbah Man, wayah sepi wong tadi malam rontal wedar jadi tripel .....
BalasHapusOpo mungkin minggu2 ono wedaran yo?
BalasHapusMantap
BalasHapusWah jatuhnya rontal kali ini betul2 sdh wayah sepi uwong. Matur nuwun mbah Man.
BalasHapusWah jatuhnya rontal kali ini betul2 sdh wayah sepi uwong. Matur nuwun mbah Man.
BalasHapusSugeng siang can men sedanten ... sugeng siang mbah man ...
BalasHapusBerhari minggu siapa tahu ada wedaran baru .... muter taman bacaan dulu .... baru bisa ketemu sesuatu ... ituuu ....
Kudu sering" sambang ke Taman nih, supaya jangan ketinggalan pelajaran dari Mbah-Man.
BalasHapusYuk kita tunggu 02_22, bagaimana nasib Ki Kebo Mengo? Mungkinkah akan menjadi semakin mengo?
Leyeh'' di gandok..... siapa tahu ada wedaran dihari libur.
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man,tas ketrimo rontalipun mbah....monggo ditambah...hehehe
BalasHapuslibur'',hujan deras dengn angin yang cukup kencang untuk mematahkan cabang pohon nangka. Masih untung pohon yang besar tidak ikut.
BalasHapusrontal tidak ikut terlontar.....
Rontal terpegang erat", Ki Widi. Tidak mudah terlontar.
HapusNyoba ah...
BalasHapusGak berhasil
BalasHapussaya kalau komen malah harus muter'' dulu.
BalasHapusklo balapan pasti kalah.
selesai ketik komen, tidak bisa langsung kirim.mesti pilih : '' beritahu saya''. Baru bisa kirim.
Kalau sudah masuk halaman blogger ( warna kuning) bisa komen langsung.
Kesuwun Mbah Man
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus