Jumat, 13 Oktober 2017

STSD 07_08

Glagah Putih merasakan sekujur tubuhnya bagaikan terpanggang di  atas bara api dari tempurung kelapa. Beberapa bagian tubuhnya bahkan terasa pedih dan panas. Ketika Glagah Putih kemudian  mencoba bangkit berdiri, betapa tulang belulangnya bagaikan telah berpatahan. Sementara di beberapa bagian tubuhnya, sebagian kulitnya ternyata telah melepuh terbakar.

Sejenak Glagah Putih mencoba untuk memperbaiki keadaannya dengan menarik nafas dalam-dalam beberapa kali untuk melonggarkan pernafasannya yang bagaikan tersumbat. Ketika pandangan matanya kemudian mengarah ke depan, tampak tubuh Raden Surengpati terbujur diam, entah pingsan atau mati.

Setelah merasakan tubuhnya sedikit demi sedikit mulai terasa menjadi segar kembali, Glagah Putih pun segera meneruskan usahanya untuk berdiri tegak. Begitu merasakan keadaannya sudah semakin membaik, Glagah Putih pun sudah tidak dapat menahan diri lagi. Dengan bergegas dia segera berlari menuju ke arah dinding padepokan sebelah timur.

Dalam pada itu beberapa puluh tombak dari tempat pertempuran Ki Waskita melawan Putut Sambernyawa, di antara lebatnya pepohonan hutan sebelah timur gunung Tidar, tampak dua orang sedang berjalan perlahan meninggalkan tempat itu.

“Eyang,” berkata seorang perempuan yang terlihat masih muda dan cantik, “Mengapa pada saat terjadi benturan tadi, Eyang tidak berusaha menolong Ki Rangga?”

Orang berperawakan tinggi besar yang berjalan di sebelahnya tidak segera menjawab. Setelah menarik nafas panjang, barulah dia kemudian menjawab, “Rara, yang membangunkan Ki Rangga dari puncak samadinya tadi bukanlah aku. Sebelum kita tiba di tempat ini, panggraitaku sudah mengatakan bahwa ada dua orang yang terlebih dahulu telah berada di tempat ini.”

“Siapakah sebenarnya mereka itu, Eyang?” sahut perempuan muda itu dengan serta merta.

Orang yang di panggil Eyang itu menggeleng. Jawabnya kemudian, “Aku tidak tahu. Namun yang jelas mereka berada di pihak Mataram karena telah menolong Ki Rangga di saat-saat lawannya mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghancurkan Ki Rangga. Jika Ki Rangga masih tenggelam dalam puncak samadinya, tentu petualangan Ki Rangga sebagai agul-agulnya Mataram telah berakhir di sini.”

Sejenak suasana menjadi hening. Hanya suara gemerisik dedaunan kering di atas tanah  lembab yang terinjak oleh kaki mereka  saja yang terdengar dalam irama ajeg. Sementara tanda-tanda datangnya sang fajar mulai tampak menjelang.

“Eyang,” kembali terdengar suara perempuan cantik itu, “Kemanakah kedua orang itu akan membawa Ki Rangga?”

“Aku tidak tahu Rara.”

“Setidaknya Eyang dapat menduga-duga.”

“Bagaimana aku akan dapat menduga jika aku tidak mengenal mereka berdua.”

Kembali suasana menjadi hening. Kerut merut tampak di dahi perempuan muda yang cantik itu. Sepasang alisnya yang bak semut beriring itu tampak hampir menyatu, namun justru telah menambah kecantikan dan daya tariknya.

“Ah, aku tahu,” tiba-tiba perempuan cantik itu terdengar berseru gembira, “Seharusnya Eyang tahu ke mana sebenarnya mereka berdua itu pergi.  Aku yakin Eyang mampu melihat arah kepergian kedua orang itu, terutama yang masih muda tadi. Dengan demikian Eyang dapat   menduga  dari daerah mana sebenarnya kedua orang itu berasal.”

“Sudahlah Rara,” orang tinggi besar itu cepat-cepat memotong, “Tidak usah menduga-duga yang kita belum tahu kejelasannya. Lebih baik kita mendoakan ki Rangga, semoga dia segera mendapatkan pertolongan dan keadaannya segera membaik.”

Tampak bibir indah itu cemberut. Sepasang mata yang indah bak bintang timur itu pun ikut meredup. Sementara di kedua sudut matanya mulai terlihat butiran air yang mengambang.

Terdengar helaan nafas yang sangat dalam dari orang tinggi besar yang berjalan di sebelahnya. Ada sedikit keraguan yang menyelinap di dalam hatinya untuk berterus terang. Sebenarnyalah mata hatinya telah mampu menangkap siapakah kedua orang yang membawa Ki Rangga beberapa saat yang lalu itu.

“Jika aku mengatakan yang sebenarnya,” demikian orang itu berkata dalam hati, “Tidak menutup kemungkinan dia akan merengek-rengek untuk meminta aku mengikuti kedua orang itu tadi. Sedangkan aku masih belum ada kepentingan untuk bertemu dengan salah satu dari mereka. Namun suatu saat aku memang ingin bertemu dengan orang linuwih itu untuk sekedar bertukar pikiran tentang  jantraning ngaurip.”

“Rara,” berkata orang itu kemudian pada akhirnya, “Lebih baik kita segera mempercepat perjalanan kita menuju Kendalisada. Sepeninggal Kiai Damar Sasangka, padepokan Sapta Dhahana tentu dengan mudah akan dapat dikuasi oleh Ki Gede Matesih dan pasukannya.”


Tidak terdengar jawaban yang terlontar dari bibir mungil nan indah itu. Hanya sebuah anggukkan perlahan saja yang terlihat.

44 komentar :

  1. Balasan
    1. MATUR NUWUN SANGET MBAH_MAN.

      DIALOG

      1. • satrio slaro 8 Oktober 2017 12.42
      …. Mas santri ini ada hubungannya sama cerita ttg raden mas santri dari gunungpring muntilan magelang itu gak ya……
      ……………adalah putra ki ageng pemanahan, kalo gitu sodaranya karebet donk ��

      2. Adiwa Swarna 8 Oktober 2017 14.15
      ………..Tapi diceritanya Mbah Man itu namanya Mas Santri bukan Raden Santri…….

      3. Adiwa Swarna 9 Oktober 2017 06.58
      ....mungkin tambah seru lagi..ternyata nama Mas Satri hanya nama samaran …………..

      4. Mang Ojak
      ……..mungkin “ sang ayah memang Raden Santri “……sedangkan “sang anak” sengaja menggunakan nama samaran yang mirip........….

      5. “Sudahlah Rara,” orang tinggi besar itu cepat-cepat memotong, “Tidak usah menduga-duga yang kita belum tahu kejelasannya. Lebih baik kita menunggu wedaran dari Mbah_Man lagi saja, siapa tahu teka teki tentang Mas Santri akan segera terkuak hari ini…….

      6. …..hehehe……..

      Hapus
    2. 11. Mari prediksi bola lebih lanjut sblm wedaran berlanjut

      Sejenak Ki Waskita ragu-ragu untuk melanjutkan langkahnya. "Dia sama sekali belum mengenal orang itu." Seseorang yang tampak masih muda namun memiliki sorot mata yang sangat tajam.

      Dlm tanda kutip "..." menunjukkan bukan cantrik GB alias sukro (bukan 2 kelinci) kecuali jika pendekar jaka raras tdk lg bergelar ki waskita tp jd ki pelupa

      Nuwun

      Hapus
  2. Jum'at barokah. Matur nuwun, Mbah_Man.
    Siapa kira-kira yg menyelamatkan Ki RAS? Tetapi yg jelas keduanya bukan musuh. Selanjutnya.... ditunggu di 07/09.

    BalasHapus
  3. mantab.....semut beriring, matur-nuwun mBah-Man...

    BalasHapus
  4. Legaaaa...matur nuwun panembahan

    BalasHapus
  5. Jum'at barakah, matur nuwun Mbah Man ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  6. Belok kanan belok kiri . . .
    Siapakah yang akan datang sekarang ?
    Memegangi dengan kedua belah tangan demi menjaga agar lebih lekat dan tidak goyah ketika diterpa angin badai berputar kencang dengan kecepatan lebih dari 330km/jam seperti Valentino Rossi naik M1 saat mengejar Marc Marquez.
    Sebenarnya memiliki satu kemampuan mumpuni yang dalam lebih baik daripada banyak kemampuan tetapi hanya melebar ke kiri atau ke kanan itupun hanya kulitnya seperti Swandaru (alm).
    Akan lebih tajam dan mendalam apabila fokus pada kedalaman penguasaan ilmunya . . . seperti KRAS

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah....
    Matur sembah nuwun kiaine....
    Jumat barokah mugi² dobel.....

    BalasHapus
  8. Matur nuwun mbah man ... wedaranipun makin bikin penasaran mbah...

    BalasHapus
  9. Aduh tambah penasaran banget ah aaaah

    BalasHapus
  10. Lanjuuuttt mbah...matur nuwun...

    BalasHapus
  11. ngintip.....
    matur suwun Panembahan.

    BalasHapus
  12. Matur nuwun sanget mbah Man..
    Mantab

    BalasHapus
  13. Matursuwun mbah mandrake & dhalang sdh wedaran
    Matursuwun ki SP meluangken wkt utk

    BalasHapus
  14. Matur nuwun sanget Mbah Man...maaf agak telat karena kena tilang...🙏🙏

    "Setidaknya eyang bisa menduga duga"

    "Ah sebaiknya tidak usah menduga duga yang kita belum tahu kejelasannya, mari kita doakan semoga Mbah Man sehat dan wedaran segera turun agar lebih jelasnya"

    Bukan begitu para saderek.....😆

    BalasHapus
  15. Tebakan sy yg menolong sedayu adalah Ki Tanpa Aran

    BalasHapus
  16. Ternyata postur tubuh eyang yang memiliki aji sapu angin itu tinggi dan besar, bukanya kurus dan bungkuk...ah salah prediksi waktu itu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Prediksi bola minggu depan:
      Singapura
      Hongkong
      Macao

      Sidoarjo ada apa nggak ya?

      Hapus
  17. Semangaat pagi ... semoga Senin ini ada wedaran ... penasaran Ki RAS dibawa kemana ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pagi Ki DP...Ki RAS dibawa ke RSCM sekarang sedang di infus...

      Hapus
    2. Bukan... sekarang dipindah lagi ke RSPAD, sebab Ki RAS seorang Prajurit. Sekarang masih di ruang rawat inap.... hayo siapa mau besuk?

      Hapus
    3. Betul Ki Zaini karena waktu itu RSCM adalah rumah sakit yang terdekat....sekarang sudah dibaea ke RSPAD di blok khusus perwira...Rara Anjani sudah besuk dan menemani Ki RAS dan eyangnya di suruh pulang duluan.....

      Hapus
    4. OOoo pantes tadi rombongan dari tanah perdikan menoreh besuk ke RSCM gak ketemu ... sudah pindah toooo .....

      Hapus
    5. Betul... betul.... betul, eyangnya takut diinfus, makanya dia pulang duluan. Hehehe... ngelantur...

      Hapus
    6. hehehehehehe mending makan bothok mlanding daripada di infus ki ...

      Hapus
    7. Karena Ki RAS belum bisa makan maka asupannya melalui infus, bothok mlanding dan gudeg komplit di juser diambil sarinya dan dimasukan ke botol infus....

      Hapus
  18. Balasan
    1. Leres Ki .... Sabarrrr .... pasti ada wedaran ...

      Hapus
  19. Senin berkah...biasane Mbah Man nyebar sedekah rontal...

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.