Minggu, 22 Oktober 2017

STSD 07_12

Betapa desir yang sangat tajam telah menggores jantung ki Waskita dan Glagah Putih. Walaupun Ki Waskita telah diberi tahu keadaan Ki Rangga oleh seseorang yang menyebut dirinya Mas Santri beberapa saat yang lalu, namun dia belum melihat sendiri keadaan Ki Rangga yang sesungguhnya.

Glagah Putih menggeram keras untuk menghilangkan kegelisahan yang menggumpal di dalam dadanya. Ketika terpandang kembali tubuh pemimpin perguruan Sapta Dhahana yang terbujur diam selangkah di hadapannya, jantung Glagah Putih pun bagaikan meledak.

“Jika Kiai Damar Sasangka yang telah mengetrapkan puncak aji sapta dhahana  saja sekarang terbujur diam, bagaimana dengan keadaan Kakang Agung Sedayu sendiri?” pertanyaan itu tiba-tiba saja melonjak di dalam hatinya.

“Ki Waskita..!” teriak Glagah Putih akhirnya untuk menghilangkan galau hatinya, “Ke arah manakah Kakang Agung sedayu dibawa pergi? Aku akan menyusulnya..!”

Untuk beberapa saat ki Waskita belum mampu menjawab. Serangan lawannya benar-benar menyulitkannya untuk sekedar menjawab pertanyaan Glagah Putih. Dengan dahsyatnya lawan  yang usianya jauh lebih muda darinya itu menyerang dari segala penjuru.

Ketika Ki Waskita kemudian mampu membebaskan dirinya dari kesulitan, dia segera menjawab pertanyaan Glagah Putih, “Aku tidak tahu arah yang sebenarnya, Glagah Putih! Namun menurut panggraitaku, kakangmu itu telah dibawa pergi ke arah utara!”

Begitu Ki Waskita selesai berkata, Glagah Putih telah meloncat berlari menerobos lebatnya hutan sebelah timur Gunung Tidar menuju ke arah utara.

Glagah Putih benar-benar sudah tidak memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Pikirannya hanya tertuju kepada keselamatan kakak sepupunya itu.

“Di dalam padepokan masih ada guru dan Ki Bango Lamatan,” berkata Glagah Putih kemudian dalam hati sambil terus menerobos hutan yang cukup lebat, “Beliau berdua aku kira sudah lebih dari cukup untuk membantu Ki Gede Matesih dan pasukan pengawalnya.”

Berpikir sampai disitu, Glagah Putih semakin mempercepat perjalanannya. Sesekali dia harus merunduk untuk menghindari sulur-sulur pepohonan yang bergayut rendah. Bahkan dia kadang-kadang harus meloncati dan meniti batang-batang pohon hutan yang tumbang silang melintang.

“Mungkin di tempat ini pernah melanda puting beliung atau angin puyuh sehingga banyak pohon-pohon besar yang tumbang,” membatin Glagah Putih sambil terus bergerak maju.

Dalam pada itu, matahari benar-benar telah terbit di ufuk timur. Namun sinarnya belum mampu menembus lebatnya hutan yang membujur dari  arah timur sampai utara  lereng gunung Tidar.  Hanya pantulan cahaya Matahari  di langit yang cerah yang membuat hutan itu menjadi sedikit terang.

“Matahari telah terbit,” gumam Glagah Putih sambil terus bergerak. Hatinya benar-benar telah dicengkam oleh kegelisahan yang tiada taranya.

Dalam pada itu Ki Gede Matesih dan pasukan pengawalnya telah tertahan di depan pintu gerbang padepokan Sapta Dhahana yang tinggi dan terlihat sangat kokoh.

Beberapa puluh langkah sebelum mencapai pintu gerbang, Ki Gede segera mengangkat tombak pendek di tangan kanannya tinggi-tinggi. Pasukan pengawal perdikan Matesih pun segera menghentikan langkah.

 Ki Kamituwa segera melangkah mendekati Ki Gede.

“Ki Gede,” bertanya ki Kamituwa kemudian, “Apakah Ki Gede mempunyai rencana?”

Sejenak Ki Gede mengamati pintu gerbang yang tertutup rapat beberapa puluh langkah di hadapannya. Jawabnya kemudian, “Kita harus mampu membuka paksa pintu gerbang itu. Namun kita juga pertimbangkan korban yang mungkin akan berjatuhan  jika kita terlalu memaksakan.”

Ki Kamituwa menarik nafas dalam sambil mengernyitkan keningnya. Tanpa sadar pandangan matanya mengarah ke pintu gerbang yang tinggi dan kokoh itu.

“Ki Gede,” berkata Ki Kamituwa kemudian, “Apakah tidak sebaiknya kita mempergunakan sebatang pohon yang cukup besar untuk menggedor pintu gerbang itu?”

Ki Gede tampak menganggukkan kepalanya. Jawabnya kemudian, “Kemungkinan itu bisa dicoba. Sementara para pengawal dapat melindungi mereka yang memanggul batang pohon itu dengan perisai mereka.”

Ki Kamituwa mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Namun baru saja Ki Kamituwa berpaling ke belakang untuk memerintahkan beberapa pengawal menebang pohon yang cukup besar, mereka telah dikejutkan oleh berpuluh anak panah dan lembing yang meluncur dari atas dinding padepokan.

Namun dengan tangkasnya para pengawal yang membawa perisai segera mendesak ke depan. Sebelum anak-anak panah dan lembing itu mengenai salah satu dari mereka, dinding perisai telah terbentuk di depan pasukan.

Ki Gede mengeram. Ternyata memasuki padepokan  Sapta Dhahana tidak semudah yang mereka bayangkan. Menurut penuturan Ki Ajar Mintaraga sebelum mereka berangkat, para cantrik penghuni padepokan sedang terlelap oleh pengaruh sirep. Namun agaknya kedatangan pasukan pengawal itu agak sedikit terlambat sehingga kini para penghuni padepokan telah sadar sepenuhnya dengan apa yang sedang terjadi.

Hampir saja Ki Gede memerintahkan untuk membalas serangan itu. Namu ketika Ki Gede mengamati dengan seksama lawan yang berada di atas dinding, jantung ki Gede rasa-rasanya akan meledak.


Ternyata dengan sangat cerdiknya para penghuni padepokan itu tidak berdiri di atas dinding sambil melemparkan anak panah dan lembing. Mereka hanya sekilas terlihat muncul di atas dinding untuk melemparkan anak panah dan lembing kemudian menghilang di balik dinding. Dengan demikian pasukan pengawal Matesih akan kesulitan untuk balas menyerang.

33 komentar :

  1. Wajar Glagah Putih mengkhawatirkan keadaan Ki RAS, karna belum ada yg mewartakan kepadanya kondisi Ki RAS sampai pada rontal ini diwedar.
    Sekali lagi... matur nuwun sanget, Mbah_Man.

    BalasHapus
  2. Maturnuwun mbah Man...
    Dobelan wedarannya...

    Mbah Man memang Top....

    BalasHapus
  3. Matur nnuwun Mbah_Man...
    Dobelan wedarannya...
    .................

    Mohon maaf.....belum bisa menuliskan komentar panjang....
    ......masih "TAPAMBISU" tirakatan hari santri....bertobat nasional.....

    ......hehehe.......

    Salam,

    Mang Ojak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya kalau sehabis tapambisu banyak2 minum dawet sembari test suara ....satu...satu...dua...dua...tiga...tiga....test...test....ting...ting....dawet ayu ting ting test ting.πŸ˜†.

      Hapus
    2. saya ya mau dawet ,,, saya mau duaaa

      Hapus
    3. Minum dawet.... eh jadi sariawan, membisu lagi deh... susah makan.... lalu sekalian mutih.... eng... ing...eng.πŸ˜„πŸ˜„

      Hapus
    4. Luluran saja Ki Zaini kalau mau mutih...πŸ˜†

      Hapus
  4. Alhamdulillah robbil alamin....matur nuwun sanget Mbah Man wadaranipun....ternyata Mbah Man juga bisa membuat double-an komentar....πŸ‘πŸ™πŸ˜†

    BalasHapus
  5. Matur nuwun dobelan wedarannya Mbah Man, buat para cantrik mentrik semuanya, selamat hari cantrik nasional ehhh... hari santri nasional.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah. Terima kasih mbah Man

    BalasHapus
  7. Matur nuwun sanget mbah Man, dobelan wedaranipun.

    BalasHapus
  8. Matur nuwun sanget mbah Man, dobelan wedaranipun.

    BalasHapus
  9. Sugeng dalu.. Maturnuwun mbah Man, Salam sehat selalu

    BalasHapus
  10. Matur nuwun Mbah Man, ternyata kemarin ada dobelan ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  11. Matur nuwun nggih mBah Man atas doble wedharan rontalnya. TOP bin mantaps...

    BalasHapus
  12. matur suwun mBah.....minggu ra tilik gandhok....jebul ono dobelan
    *biasane ra ono wedaran minggu2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ono wedaran salah ora ono wedaran salah...koyo bahasaperine "kowe siji aku siji" πŸ˜†πŸ˜†

      Hapus
    2. ora salah...mung nek iso dipakemke

      Hapus
    3. Mesti ganti disc brike ben pakem saiki mesih nganggo rem tromol Ki....πŸ˜†πŸ˜†πŸ™

      Hapus
    4. Lebih pakem rem dutrap, Ki Adiwa. Rem pit zaman biyen.... πŸ€—πŸ₯‚

      Hapus
  13. Hemh... Kira2 bagaimana ya, kesudahan pertempuran Ki Waskita, Ki Jayaraga dan Ki Bango Lamatan yang masih berlangsung? Pun apakah akhirnya Ki Gede Matesih bisa memasuki Padepokan Sapta Dhahana? Seperti pemikiran Ki Waskita, Glagah Putih saat itu adalah satu-satunya orang yang paling mungkin membantu membuka pintu gerbang padepokan. Tapi ternyata Anak laki2 Ki Widura itu lebih mengkhawatirkan nasib kakak sepupunya, Ki Rangga Agung Sedayu... Tambah mendebarkan... Hemhhhh....

    mBah Man emang jagonya bikin para Canmen pada penaasaran... Heheheh...

    BalasHapus
  14. Matur suwun sanget Mbah Man. Mantab

    BalasHapus
  15. menunggu lanjutan cerita sambil leyeh leyeh istirahat siang ....

    BalasHapus
  16. Biasanya kalau menggunakan lift tidak ada angka 13. Tapi, inikan di depannya ada angka 07, jadi adalah 13nya walaupun agak gimana gitu....πŸ€”πŸ€”πŸ€”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sehubungan dengan angka 13 itu banyak sekali mitosnya maka dengan sangat menyesal STSD 07_13 terpaksa diliwati dan ceritanya akan sedikit lompat dengan diawali kata....

      Sementara itu setelah acara gelut sekesai di Gunung Tidar Ki Rangga Agung Sedayu langsung naik pangkat menjadi Tumenggung dan sekaligus menerima seserahan putri triman yang membuat suasana di Bukit Manoreh bercampur aduk suka dan dukanya....yang suka bisa bergembira ria dan yang duka bisa membuat angin prahara cinta yang terduakan...begitu kira kira sinopsis STSD 7_14 menurut lakon sakarepe dewe....hehehe ngapuntenπŸ™πŸ™

      Hapus
  17. Wedarane dobel, matur nuwun e ngge dobel ah ...

    BalasHapus
  18. Maturnuwun Mbah Man atas wedaranippon.

    BalasHapus
  19. Maturnuwun Mbah Man atas wedaranippon

    BalasHapus
  20. Apakah kira2 Glagah Putih dapat menemui tempat dimana Ki RAS dirawat???....karena sudah beberapa RS dikunjungi tidak tercantum nama Ki RAS....dan seandainya bertemu bagaimana sikap Glagah Putih terhadap Mas Santri yang ternyata si Sukra yang pandai mengaji, dimana waktu itu Sukra dengan mengaji ditengah hutan untuk memanggil Raden Mas Ransang yang sedang menuju Tegal tepatnya di daerah yang berhawa panas atau disebut Tegal kepanasan....

    Sukra!!!!?????....engkaukah itu???....
    hmm Glagah Putih sekarang aku tidak lagi anak pliridan....
    ...dan jangan kau sentuh Ratri karena dia bagianku!!!....πŸ˜†

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sukra!!!??? Engkaukah itu??? Bukan, aku sukro cap manyar!!!πŸ¦… Selamat pagi πŸ™

      Hapus
  21. Sambil di sruput kopine... mantaf ... trimakasih dobel rontalnya mbah man ?

    BalasHapus
  22. 07-13 akan diwedar sebentar lgi.....ngenteni doro muluk ping 20

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.