Para
pengikut Ken Sora yang memang tidak siap untuk berperang itu telah berusaha
melawan dengan sekuat tenaga. Seluruhnya binasa di tangan para prajurit
Majapahit tak terkecuali ayahnya dalam peristiwa yang mengerikan itu.
Ternyata
Mahapati tidak berhenti sampai disitu, keluarga Ken Sora dan pengikutnya
ternyata telah ikut menjadi korban. Mereka telah dikejar dan diserbu dimanapun
mereka bersembunyi. Atas jasa Mahesa Pawagal dan Lurah Mandana, dia dapat
diselamatkan dari penyerbuan pasukan kerajaan Majapahit pada waktu itu. Setelah
disembunyikan secara berpindah-pindah dalam asuhan Mahesa Pawagal selama hampir
lima tahun, akhirnya Mahesa Pawagal atas saran dari seorang sahabatnya telah
menemukan Padepokan Wringin Anom sebagai tempat yang cocok untuk persembunyian dan sekaligus menimba ilmu.
“Berita
apakah yang engkau bawa dari Majapahit?” pertanyaan Ki Ajar kepada Mahesa
Pawagal telah membuyarkan angan-angan Brajamusti.
Sejenak
Mahesa Pawagal menarik nafas panjang. Sambil menghembuskan nafasnya kuat-kuat dia pun kemudian menjawab perlahan,
“Sri Maharaja Kertarajasa telah mangkat.”
“He..!”
hampir bersamaan Ki Ajar dan Putut Brajamusti terlonjak kaget.
“Benarkah
Dyah Sanggramawijaya telah mangkat?” perlahan Ki Ajar bergumam kepada dirinya
sendiri. Baginya Sang Maharaja Kertarajasa adalah seorang Raja yang adil dan
bijaksana. Walaupun Ki Ajar secara pribadi tidak mengenal dan bahkan belum
pernah bertemu, namun kewibawaan pemerintahan Majapahit di bawah Sang Prabu
terasa sampai jauh di seluruh pelosok wilayah Majapahit.
“Apakah
dewan penasehat dan kerabat istana sudah menentukan penggantinya?” bertanya Ki
Ajar kemudian setelah mereka sejenak terdiam.
“Sebenarnya
Pangeran Kalagemet yang telah resmi dinobatkan sebagai putra mahkota berhak
untuk menggantikan Ayahandanya,” Mahesa Pawagal berhenti sejenak untuk mengatur
nafasnya. Lanjutnya kemudian, “Namun seperti yang telah kita ketahui bersama,
pangeran Kalagemet bukan keturunan murni dari tanah Jawa. Ibunya dari tanah
Pamalayu. Pengangkatannya sebagai Putra Mahkota pada saat itu pun telah banyak
mendapat tentangan dari keluarga istana. Namun pada saat itu orang-orang masih
segan dengan Raden Wiajaya.”
Ki Ajar
mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara Brajamusti tetap saja duduk terpekur
sambil memandangi anyaman tikar pandan yang saling membelit, menyilang dan
menjelujur dengan cukup rumit.
“Ki
Mahesa Pawagal,” berkata Ki Ajar selanjutnya, “Biarlah pengganti Sri Maharaja
dipikirkan oleh mereka yang berwenang. Sekarang yang ingin aku ketahui adalah,
bagaimanakah masa depan Brajamusti sejalan dengan pergantian pucuk pimpinan di Majapahit? Apakah Brajamusti
sudah lepas dari kejaran pemerintah dengan tuduhan pemberontak?”
Mahesa
Pawagal menarik nafas dalam-dalam sambil menggelengkan kepalanya. Jawabnya
kemudian, “Aku belum tahu Ki Ajar. Semuanya masih menunggu kemanakah angin akan
bertiup? Sebaiknya jati diri Brajamusti harus tetap dirahasiakan sebelum
benar-benar ada pernyataan pengampunan kepada seluruh kerabat Ken Sora yang
dianggap memberontak dari pemerintahan Majapahit.”
Matur nuwun mbah
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, aatas Wedaran paginya.
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man🙏
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man🙏
BalasHapus