Senin, 28 November 2016

TADBM 416_6

“Marilah,” berkata Ki Jayaraga selanjutnya, “Istrimu tentu sudah lama menunggu.”

Glagah Putih tidak menjawab, hanya kepalanya saja yang terlihat mengangguk. Namun baru saja kakinya melangkah ke pintu bilik, pendengaran Glagah Putih yang tajam lamat-lamat mendengar suara yang mencurigakan di luar sana.

“Apakah engkau mendengar suara yang aneh di malam selarut ini GlagahPutih?” bertanya Ki Jayaraga begitu melihat Glagah Putih menghentikan langkahnya.

“Ya Guru,” jawab Glagah Putih dengan serta merta, “Aku mendengar suara seperti senjata yang sedang beradu.”

“Ya,” berkata Ki Jayaraga, “Suara itu datangnya dari arah sanggar. Aku tidak yakin jika malam-malam menjelang dini hari seperti ini ada orang yang sedang berlatih olah kanuragan.”

Glagah Putih menahan nafasnya sejenak sambil mengerahkan kemampuan untuk mempertajam pendengarannya. Sekarang dengan sangat jelas dia dapat mendengarkan suara senjata beradu berkali-kali seperti suara beradunya senjata orang yang sedang bertempur.

“Siapakah malam-malam begini berlatih di dalam sanggar?” pertanyaan itu muncul dalam benaknya.

Tiba-tiba Glagah Putih teringat bahwa sore tadi selepas jamuan makan malam, Kanjeng Sunan dan kakak sepupunya telah memasuki sanggar hanya berdua saja.

“Mungkinkah kakang Agung Sedayu?” pertanyaan itu tiba-tiba saja terloncat dari bibirnya.

KI Jayaraga tersenyum menanggapi pertanyaan Glagah Putih. Katanya kemudian, “Memang kakangmu bersama Kanjeng Sunan sejak sore tadi telah berada di dalam sanggar. Namun jika memang benar kakangmu masih di sanggar, untuk apa dia berlatih pedang atau sejenisnya? Kakangmu mempunyai senjata khusus. Jika memang kakangmu sedang berlatih, tentu yang terdengar adalah suara ledakan cambuk, bukan dentingan senjata pedang atau sejenisnya yang terbuat dari logam.”

Untuk beberapa saat Glagah Putih menjadi binggung tidak tahu harus berbuata apa. Namun agaknya Ki Jayaraga segera mengambil keputusan.

“Marilah, tidak ada salahnya jika kita melihat apa yang sebenarnya  sedang terjadi di dalam sanggar,”

Glagah Putih hanya dapat menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan sedikit bergegas dia segera mengikuti langkah gurunya.

Ketika keduanya baru saja keluar dan menutup pintu bilik, tiba-tiba saja dalam keremangan malam di bawah bayang-bayang teritisan, mereka melihat bayangan bulat gemuk dengan nafas yang tersengal sengal setengah berlari menuju ke arah mereka.

“Siapa?” bertanya Glagah Putih kemudian.

“Aku mbok Gumbrek!” jawab bayangan itu dengan setengah berseru dan nafas memburu.

Kedua orang itu sejenak saling berpandangan. Mbok Gumbrek mereka kenal sebagai salah satu pembantu rumah Ki Gede.

“Ki Jayaraga,” berkata mbok Gumbrek kemudian setibanya dia di hadapan mereka berdua dengan nafas yang berkejaran, “Tolonglah Ki, tolonglah aku..!”

“Ya,ya..mbok Gumbrek,” sahut Ki Jayaraga sareh, “Tenanglah. Atur nafasmu dulu sebelum bicara, agar aku dapat mendengar dengan jelas kata-katamu.”

Mbok Gumbrek mengangguk. Dicobanya menarik nafas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan gejolak di dalam dadanya. Sejenak kemudian katanya, “Ki, Aku tadi dibangunkan oleh Nyi Pandan Wangi. Katanya aku  disuruh menjaga Bagus Sadewa oleh Nyi Sekar Mirah di biliknya,” mbok Gumbrek berhenti sebentar untuk mengatur pernafasannya lagi. Lanjutnya kemudian, “Ketika aku pergi ke bilik Nyi Sekar Mirah, aku dapati Nyi Sekar Mirah sudah siap dengan pakaian khususnya dan menjinjing senjata.  Katanya dia akan pergi ke sanggar untuk berlatih dengan Nyi Pandan Wangi.”

Hampir bersamaan kedua orang itu mengerutkan kening. Dengan keterangan mbok Gumbrek itu, mereka dapat menebak apa yang sedang terjadi di dalam sanggar saat ini. Namun betapapun juga, berlatih olah kanuragan di saat seperti ini adalah sangat tidak wajar.

“Baiklah mbok Gumbrek,” berkata Ki Jayaraga akhirnya, “Kembalilah ke bilik. Aku dan Glagah Putih akan menengok ke sanggar. Semoga saja memang benar keduanya hanya sedang berlatih.”

Untuk sejenak mbok Gumbrek masih belum beranjak dari tempatnya. Dipandanginya guru dan murid itu ganti-berganti. Seolah-olah seumur hidupnya belum pernah bertemu dengan keduanya.

KI Jayaraga tersenyum melihat tingkah mbok Gumbrek. Katanya kemudian, “Sudahlah mbok, apa masih ada lagi yang akan engkau sampaikan?”

“O, tidak tidak, Ki,” jawab mbok Gumbrek cepat, “Aku mohon diri untuk kembali.”

“Silahkan,” hampir bersamaan kedua orang itu menyahut.

Sepeninggal mbok Gumbrek, guru dan murid itu segera bergegas menuju ke sanggar. Namun ada keanehan yang terjadi selama mereka berjalan menuju ke sanggar. Suara dentingan senjata beradu itu tiba-tiba saja sudah tidak terdengar lagi.

“Guru?” tanpa sadar Glagah Putih berpaling ke arah gurunya yang berjalan di sebelah kanannya, “Suara itu berhenti.”

Ki Jayaraga mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dicobanya untuk mendengarkan dengan seksama suara dari arah sanggar yang tinggal beberapa tombak saja di hadapan mereka. Namun suasana benar-benar sepi. Hanya suara binatang malam saja yang terdengar bersahut sahutan dalam irama yang ajeg.

“Aneh,” desis Ki Jayaraga sambil terus melangkah, “Mungkin benar mereka memang sedang berlatih, dan agaknya sekarang mereka sedang beristirahat untuk melepaskan lelah.”

Glagah Putih yang berjalan di sebelahnya hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tinggal beberapa langkah lagi mereka akan mencapai sanggar yang pintunya tertutup rapat. Sinar dlupak yang lemah tampak menerobos di celah-celah daun pintu dan dinding-dinding kayu.


Begitu keduanya telah berdiri di depan pintu, tanpa menunggu waktu Glagah Putih segera mendorong daun pintu sanggar. Ternyata pintu sanggar itu tidak diselarak dari dalam, hanya ditutup begitu saja. Namun alangkah terkejutnya mereka berdua, begitu pintu sanggar itu terbuka lebar, apa yang tampak di dalam sanggar itu benar-benar di luar dugaan mereka.

35 komentar :

  1. Matur nuwun mbah Man siang2 wonten rontal gogrok...

    BalasHapus
  2. Woro-woro

    Yth para Canmen
    Sebenarnya hari sabtu dan minggu maunya wedaran terus, namun karena di rumah mbah man gak ada wi fi, jadi mohon maaf kalau sabtu minggu libur wedaran.
    mohon masukan dan saran
    matur nuwun

    mbah man

    BalasHapus
    Balasan
    1. sugeng siyang
      lamo tak jumpo ..ee talipon hehehe
      tambah cantik kan..?

      Hapus
    2. ...mboten dados menopo Mbah .... yang penting kangennya terobati...

      Salam.

      Hapus
    3. Wedakane nyi Cika niku ngangge lembaran rontal tadbm mBah.....

      Hapus
    4. Alamat lengkapipun mbah man. Ngke kulo kirimi modem

      Hapus
  3. Balasan
    1. Apa yang nampak didalam sanggar itu benar2 diluar dugaan, ternyata Sekar Mirah,Pandan Wangi dan Anjani sedang rujakan....sekedar menghilangkan rasa penasaran sambil menunggu signal yang masih kelap kelip😆

      Hapus
  4. Wes jan ndrawasi tenan....Akhire AS iso nyanding Anjani
    PW lan SM mogo bothongo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh ini...bocor aluus apa bocor kena paku..?
      ato malah mbledooos...... heheheh...

      Hapus
    2. Beberapa inspirasi pembaca sdh sdh terakumulasi :
      1. AS nyanding PW .. SM ro Anjani end
      2. AS nyanding Anjani...SM ro PW end
      3. AS mertelon : SG dipateni ranapati

      Monggo dipun pilih kemawon

      Hapus
    3. Kulo AS pilih nyanding Anjani...dalam partai ganda campuran...

      Hapus
    4. Kulo milih Anjani .... ehhh kelintu nggih mboten wonten pilihane ... Milih AS tetep kalihan SM, nanging TTM kalihan PW lan Anjani ... hehehehehe

      Hapus
  5. mirip sinetron TV, menggal adegan untuk Iklan pas wayah nggregeti ati, nggawe penasaran Mbah Man.
    maturnuwun Mbah Man.

    BalasHapus
  6. Matur nuwun Mbah_Man, Senin yang manis ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  7. Senin bersemangat, matur nuwun mbah_man, tambah seru....

    BalasHapus
  8. Terima kasih mbah. Tapi akhir wedarannya bikin penasaran banget. Nambah nggih mbah

    BalasHapus
  9. Taksih tetep tambah semangat soho penasaran wedharan2 saking ki Panembahan, matur nuwun mbah Man....

    BalasHapus
  10. Mak tratap, tak injen mburi monitor kok ora ketok apa2 jebul ..jeda... mBahman diaturi dahar kalian mbah putri, menika pun lahapi ..lho.. kok mung sega sak penak cilik lawuhe teri loro mbek sambel karo kopi ireng gelas cilik .... we lha ra iso neruske ngetik iki.😢😢

    BalasHapus
  11. Matur nuwun,mBahMan.

    BalasHapus
  12. Ada wedaran lagi. Matur nuwun mbah

    BalasHapus
  13. Ada wedaran lagi. Matur nuwun mbah

    BalasHapus
  14. Semangat pagi. Ngisi daftar hadir dulu

    BalasHapus
  15. Nyolong2 waktu ngisi absen, tetep semangat...

    BalasHapus
  16. Semakin banyak yanv penasaran dan biar jadi lebih penasaran lagi pindahkan chanel kesaluran lain.....misalnya "sementara itu di pinggir pliridan Sukra sedang melamun sambil berjongkok memikirkan kapan kira bisa bicara dengan Agung Sedayu sambil mencoba merapal Aji Panglimunan warisan dari Ki Bango Lamatan...yang masih belum sempurna alias byar pet seperti PLN kekurangan beban....

    BalasHapus
  17. Wedaran berikutnya makin buat penasaran ... matur nuwun sanget mbah man .... kira kira apa yg terjadi hehehe jiaaannnn penasarana tenan ..

    BalasHapus
  18. josss daftar nyantrik mriki...

    BalasHapus
  19. Tanpa terasa sudah mau masukkin bulan terakhir di tahun 2016...

    Nyuwun pangapunten mbokmenawi wonten kalepatan.

    BalasHapus
  20. Nginguk sanggar... koq isih sepi, malah ditinggal turu...

    BalasHapus
  21. ngenteni bokor kencono..isine 416 sak buku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kulo nunut antri bokor kencono nggih RadenMas Aryo ......

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.