“Marilah,” berkata Ki
Jayaraga selanjutnya, “Istrimu tentu sudah lama menunggu.”
Glagah Putih tidak menjawab,
hanya kepalanya saja yang terlihat mengangguk. Namun baru saja kakinya melangkah
ke pintu bilik, pendengaran Glagah Putih yang tajam lamat-lamat mendengar suara
yang mencurigakan di luar sana.
“Apakah engkau mendengar
suara yang aneh di malam selarut ini GlagahPutih?” bertanya Ki Jayaraga begitu
melihat Glagah Putih menghentikan langkahnya.
“Ya Guru,” jawab Glagah
Putih dengan serta merta, “Aku mendengar suara seperti senjata yang sedang
beradu.”
“Ya,” berkata Ki Jayaraga,
“Suara itu datangnya dari arah sanggar. Aku tidak yakin jika malam-malam
menjelang dini hari seperti ini ada orang yang sedang berlatih olah kanuragan.”
Glagah Putih menahan
nafasnya sejenak sambil mengerahkan kemampuan untuk mempertajam pendengarannya.
Sekarang dengan sangat jelas dia dapat mendengarkan suara senjata beradu berkali-kali
seperti suara beradunya senjata orang yang sedang bertempur.
“Siapakah malam-malam begini
berlatih di dalam sanggar?” pertanyaan itu muncul dalam benaknya.
Tiba-tiba Glagah Putih
teringat bahwa sore tadi selepas jamuan makan malam, Kanjeng Sunan dan kakak
sepupunya telah memasuki sanggar hanya berdua saja.
“Mungkinkah kakang Agung
Sedayu?” pertanyaan itu tiba-tiba saja terloncat dari bibirnya.
KI Jayaraga tersenyum
menanggapi pertanyaan Glagah Putih. Katanya kemudian, “Memang kakangmu bersama
Kanjeng Sunan sejak sore tadi telah berada di dalam sanggar. Namun jika memang
benar kakangmu masih di sanggar, untuk apa dia berlatih pedang atau sejenisnya?
Kakangmu mempunyai senjata khusus. Jika memang kakangmu sedang berlatih, tentu
yang terdengar adalah suara ledakan cambuk, bukan dentingan senjata pedang atau
sejenisnya yang terbuat dari logam.”
Untuk beberapa saat Glagah
Putih menjadi binggung tidak tahu harus berbuata apa. Namun agaknya Ki Jayaraga
segera mengambil keputusan.
“Marilah, tidak ada salahnya
jika kita melihat apa yang sebenarnya
sedang terjadi di dalam sanggar,”
Glagah Putih hanya dapat
menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan sedikit
bergegas dia segera mengikuti langkah gurunya.
Ketika keduanya baru saja
keluar dan menutup pintu bilik, tiba-tiba saja dalam keremangan malam di bawah
bayang-bayang teritisan, mereka melihat bayangan bulat gemuk dengan nafas yang
tersengal sengal setengah berlari menuju ke arah mereka.
“Siapa?” bertanya Glagah
Putih kemudian.
“Aku mbok Gumbrek!” jawab
bayangan itu dengan setengah berseru dan nafas memburu.
Kedua orang itu sejenak
saling berpandangan. Mbok Gumbrek mereka kenal sebagai salah satu pembantu
rumah Ki Gede.
“Ki Jayaraga,” berkata mbok
Gumbrek kemudian setibanya dia di hadapan mereka berdua dengan nafas yang berkejaran,
“Tolonglah Ki, tolonglah aku..!”
“Ya,ya..mbok Gumbrek,” sahut
Ki Jayaraga sareh, “Tenanglah. Atur nafasmu dulu sebelum bicara, agar aku dapat
mendengar dengan jelas kata-katamu.”
Mbok Gumbrek mengangguk.
Dicobanya menarik nafas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan gejolak di
dalam dadanya. Sejenak kemudian katanya, “Ki, Aku tadi dibangunkan oleh Nyi
Pandan Wangi. Katanya aku disuruh
menjaga Bagus Sadewa oleh Nyi Sekar Mirah di biliknya,” mbok Gumbrek berhenti
sebentar untuk mengatur pernafasannya lagi. Lanjutnya kemudian, “Ketika aku
pergi ke bilik Nyi Sekar Mirah, aku dapati Nyi Sekar Mirah sudah siap dengan
pakaian khususnya dan menjinjing senjata. Katanya dia akan pergi ke sanggar untuk
berlatih dengan Nyi Pandan Wangi.”
Hampir bersamaan kedua orang
itu mengerutkan kening. Dengan keterangan mbok Gumbrek itu, mereka dapat menebak apa yang sedang terjadi di dalam sanggar saat ini. Namun betapapun juga,
berlatih olah kanuragan di saat seperti ini adalah sangat tidak wajar.
“Baiklah mbok Gumbrek,”
berkata Ki Jayaraga akhirnya, “Kembalilah ke bilik. Aku dan Glagah Putih akan
menengok ke sanggar. Semoga saja memang benar keduanya hanya sedang berlatih.”
Untuk sejenak mbok Gumbrek
masih belum beranjak dari tempatnya. Dipandanginya guru dan murid itu
ganti-berganti. Seolah-olah seumur hidupnya belum pernah bertemu dengan
keduanya.
KI Jayaraga tersenyum
melihat tingkah mbok Gumbrek. Katanya kemudian, “Sudahlah mbok, apa masih ada
lagi yang akan engkau sampaikan?”
“O, tidak tidak, Ki,” jawab
mbok Gumbrek cepat, “Aku mohon diri untuk kembali.”
“Silahkan,” hampir bersamaan
kedua orang itu menyahut.
Sepeninggal mbok Gumbrek,
guru dan murid itu segera bergegas menuju ke sanggar. Namun ada keanehan yang
terjadi selama mereka berjalan menuju ke sanggar. Suara dentingan senjata
beradu itu tiba-tiba saja sudah tidak terdengar lagi.
“Guru?” tanpa sadar Glagah
Putih berpaling ke arah gurunya yang berjalan di sebelah kanannya, “Suara itu
berhenti.”
Ki Jayaraga mengerutkan
keningnya dalam-dalam. Dicobanya untuk mendengarkan dengan seksama suara dari
arah sanggar yang tinggal beberapa tombak saja di hadapan mereka. Namun suasana
benar-benar sepi. Hanya suara binatang malam saja yang terdengar bersahut
sahutan dalam irama yang ajeg.
“Aneh,” desis Ki Jayaraga
sambil terus melangkah, “Mungkin benar mereka memang sedang berlatih, dan
agaknya sekarang mereka sedang beristirahat untuk melepaskan lelah.”
Glagah Putih yang berjalan
di sebelahnya hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tinggal beberapa langkah
lagi mereka akan mencapai sanggar yang pintunya tertutup rapat. Sinar dlupak
yang lemah tampak menerobos di celah-celah daun pintu dan dinding-dinding kayu.
Begitu keduanya telah
berdiri di depan pintu, tanpa menunggu waktu Glagah Putih segera mendorong daun
pintu sanggar. Ternyata pintu sanggar itu tidak diselarak dari dalam, hanya
ditutup begitu saja. Namun alangkah terkejutnya mereka berdua, begitu pintu
sanggar itu terbuka lebar, apa yang tampak di dalam sanggar itu benar-benar di
luar dugaan mereka.
Matur nuwun mbah Man siang2 wonten rontal gogrok...
BalasHapusWoro-woro
BalasHapusYth para Canmen
Sebenarnya hari sabtu dan minggu maunya wedaran terus, namun karena di rumah mbah man gak ada wi fi, jadi mohon maaf kalau sabtu minggu libur wedaran.
mohon masukan dan saran
matur nuwun
mbah man
sugeng siyang Mbah....
Hapussugeng siyang
Hapuslamo tak jumpo ..ee talipon hehehe
tambah cantik kan..?
...mboten dados menopo Mbah .... yang penting kangennya terobati...
HapusSalam.
Wedakane nyi Cika niku ngangge lembaran rontal tadbm mBah.....
HapusAlamat lengkapipun mbah man. Ngke kulo kirimi modem
HapusMatur nuwun sanget Mbah Man 🙏
BalasHapusApa yang nampak didalam sanggar itu benar2 diluar dugaan, ternyata Sekar Mirah,Pandan Wangi dan Anjani sedang rujakan....sekedar menghilangkan rasa penasaran sambil menunggu signal yang masih kelap kelip😆
HapusTo be contonued
BalasHapusWes jan ndrawasi tenan....Akhire AS iso nyanding Anjani
BalasHapusPW lan SM mogo bothongo
Waduh ini...bocor aluus apa bocor kena paku..?
Hapusato malah mbledooos...... heheheh...
Beberapa inspirasi pembaca sdh sdh terakumulasi :
Hapus1. AS nyanding PW .. SM ro Anjani end
2. AS nyanding Anjani...SM ro PW end
3. AS mertelon : SG dipateni ranapati
Monggo dipun pilih kemawon
Kulo AS pilih nyanding Anjani...dalam partai ganda campuran...
HapusKulo milih Anjani .... ehhh kelintu nggih mboten wonten pilihane ... Milih AS tetep kalihan SM, nanging TTM kalihan PW lan Anjani ... hehehehehe
Hapuscaruk kabeh...
Hapusmirip sinetron TV, menggal adegan untuk Iklan pas wayah nggregeti ati, nggawe penasaran Mbah Man.
BalasHapusmaturnuwun Mbah Man.
Matur nuwun Mbah_Man, Senin yang manis ..... tetap semangat !
BalasHapusSenin bersemangat, matur nuwun mbah_man, tambah seru....
BalasHapusTerima kasih mbah. Tapi akhir wedarannya bikin penasaran banget. Nambah nggih mbah
BalasHapusTaksih tetep tambah semangat soho penasaran wedharan2 saking ki Panembahan, matur nuwun mbah Man....
BalasHapusMak tratap, tak injen mburi monitor kok ora ketok apa2 jebul ..jeda... mBahman diaturi dahar kalian mbah putri, menika pun lahapi ..lho.. kok mung sega sak penak cilik lawuhe teri loro mbek sambel karo kopi ireng gelas cilik .... we lha ra iso neruske ngetik iki.😢😢
BalasHapusMatur nuwun,mBahMan.
BalasHapusAda wedaran lagi. Matur nuwun mbah
BalasHapusAda wedaran lagi. Matur nuwun mbah
BalasHapusSemangat pagi. Ngisi daftar hadir dulu
BalasHapusNyolong2 waktu ngisi absen, tetep semangat...
BalasHapusSemakin banyak yanv penasaran dan biar jadi lebih penasaran lagi pindahkan chanel kesaluran lain.....misalnya "sementara itu di pinggir pliridan Sukra sedang melamun sambil berjongkok memikirkan kapan kira bisa bicara dengan Agung Sedayu sambil mencoba merapal Aji Panglimunan warisan dari Ki Bango Lamatan...yang masih belum sempurna alias byar pet seperti PLN kekurangan beban....
BalasHapusWedaran berikutnya makin buat penasaran ... matur nuwun sanget mbah man .... kira kira apa yg terjadi hehehe jiaaannnn penasarana tenan ..
BalasHapusjosss daftar nyantrik mriki...
BalasHapusTanpa terasa sudah mau masukkin bulan terakhir di tahun 2016...
BalasHapusNyuwun pangapunten mbokmenawi wonten kalepatan.
Nginguk sanggar... koq isih sepi, malah ditinggal turu...
BalasHapusngenteni bokor kencono..isine 416 sak buku
BalasHapusKulo nunut antri bokor kencono nggih RadenMas Aryo ......
HapusHadir ..... tetap semangat !
BalasHapus