TADBM 416
Bag 01
“Selamat bertemu kembali
Kangmas Pangeran,” sapa Pangeran Jayaraga dengan suara yang berat dan dalam, “Apakah
ada keperluan yang sangat mendesak sehingga Kangmas Pangeran memerlukan waktu untuk
menjumpai aku di tengah padang rumput Lemah Cengkar ini?”
Pangeran Ranapati diam-diam
mengumpat dalam hati. Namun jawabnya kemudian, “Adimas Adipati. Aku sengaja
mencegat rombongan ini untuk membebaskan Adimas dari tawanan orang-orang
Mataram yang tidak tahu diri.”
“Kangmas Pangeran,” jawab
Pangeran Jayaraga setelah terdiam sejenak, “Saat ini aku sudah bukan seorang
Adipati yang berkedudukan di Panaraga lagi. Aku hanyalah seorang tawanan yang akan
dibawa menghadap penguasa tertinggi Mataram untuk menerima hukuman. Jadi aku
mohon jangan panggil lagi aku dengan sebutan Adipati,” Pangeran Jayaraga
berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Perlu Kangmas ketahui, aku sudah tidak punya niat sebiji sawi pun untuk meraih kamukten dunia. Apa yang akan aku jalani di
hari-hari mendatang hanyalah pasrah terhadap kekuasaan Yang Maha Agung yang menguasai jagad se isinya
ini.”
“Omong kosong!” geram Pangeran
Ranapati, “Aku tidak yakin niat itu keluar dari lubuk hatimu yang paling dalam.
Aku tahu semua itu hanya keinginan hatimu yang sesaat. Jika pada suatu saat
kesempatan itu datang, engkau pasti akan mengambil kesempatan itu,” Pangeran
Ranapati berhenti sejenak. Nafasnya menjadi sedikit memburu karena kemarahan
yang mulai mengoyak dadanya. Lanjutnya kemudian, “Nah, Adimas Pangeran, engkau
tidak usah menunggu atau mencari kesempatan itu. Sekarang aku datang untuk
menawarkan kesempatan bagimu untuk meraih kamukten yang sempat terlepas dari
tanganmu. Apakah Adimas mau mempertimbangkan tawaranku ini?”
Sungguh diluar dugaan
Pangeran Ranapati, pangeran Jayaraga ternyata telah menggeleng-gelengkan
kepalanya, bukan hanya sekali bahkan sampai berkali-kali.
‘Tidak Kangmas. Aku ucapkan
terima kasih atas tawaran dari Kangmas Pangeran. Aku sudah membulatkan tekadku
untuk mengabdikan sisa umurku ini di jalan yang diridhoi olehNYA”
Sekali lagi Pangeran yang
keras hati itu menggeram, bahkan terdengar lebih keras. Katanya kemudian sambil
menunjuk ke hidung Pangeran Jayaraga, “Adimas! Jika memang itu sudah menjadi
keputusanmu, aku tidak akan memaksa. Tapi ketahuilah! Aku tidak pernah mengemis
belas kasihan pada seseorang, demikian juga sebaliknya, aku tidak pernah
menaruh belas kasihan kepada siapapun. Jika Adimas telah berkeputusan menolak
tawaranku, aku pun demikian. Tidak akan pernah membiarkan orang yang berani menolak
tawaranku, hidup lebih lama lagi sampai
Matahari terbit di keesokan harinya.”
Tersirap darah Pangeran
Jayaraga sampai ke ubun-ubun. Agaknya orang yang pernah menjadi Senapatinya
Kadipaten Panaraga dan mengaku masih trah Panembahan Senapati ini telah
terbiasa memaksakan kehendaknya, kepada siapapun tanpa terkecuali.
Namun sebelum Pangeran
Jayaraga menjawab, tiba-tiba orang-orang yang sedang bertempur di padang
rumput Lemah Cengkar itu telah dikejutkan oleh suara derap beberapa ekor kuda. Suara
itu memang masih cukup jauh, namun gemanya telah memantul di lereng-lereng
bukit dan batu-batu padas di tebing-tebing sungai.
Beberapa orang mencoba
mempertajam pendengaran mereka tak terkecuali kedua Pangeran itu. Dan agaknya
tanpa membutuhkan waktu yang lama, keduanya segera dapat mengetahui dari arah mana
datangnya suara derap kuda-kuda itu.
“Bukan dari arah Jati Anom,”
berkata Pangeran Ranapati dalam hati, “Tentu bukan prajurit-prajurit Jati Anom. Arahnya
dari selatan. Mungkin hanya rombongan para pedagang yang akan lewat saja.”
Namun Pangeran Jayaraga justru
mempunyai dugaan yang berbeda.
“Menilik arahnya yang dari
selatan Jati Anom, kemungkinan mereka adalah orang-orang dari perguruan
bercambuk. Di sebelah selatan Jati Anom kalau aku tidak salah ada sebuah
perguruan kecil, namun sangat terkenal karena salah satu pewarisnya telah
menjadi agul-agulnya Mataram, dan sekarang sedang berada di sini, Ki Rangga
Agung Sedayu.”
Dugaan Pangeran Jayaraga
ternyata sangat tepat. Ki Widura yang telah dibangunkan oleh Cantrik yang
sedang bertugas jaga, segera membangunkan Ki Swandaru yang kebetulan sedang
menjalani perawatan di padepokan Jati Anom.
“Aku ikut Paman Widura,”
berkata Ki Swandaru kemudian sambil membenahi pakaiannya. Tak lupa seutas
cambuk yang menjadi senjata andalannya segera dililitkan ke lambung.
“Ngger, kita belum tahu apa
yang sedang terjadi dengan kuda-kuda itu,” Ki Widura berhenti sejenak. Kemudian,
“Menilik ciri-ciri peralatan yang
dipakai, kuda-kuda itu memang kemungkinannya berasal dari para prajurit Mataram,
namun masih harus dibuktikan. Sebaiknya
angger di padepokan saja. Bukankah angger Swandaru masih belum pulih benar?”
“Aku sudah sehat Paman,”
jawab Ki Swandaru mantap, “Rasa-rasanya aku sudah tidak betah lagi setiap hari
hanya mondar-mandir di halaman padepokan ini. Marilah paman. Jangan mengkawatirkan
keadaanku. Aku sudah dapat menjaga diriku sendiri.”
Ki Widura hanya dapat
menarik nafas dalam-dalam. Ada sedikit penyesalan di dalam hatinya, mengapa dia
tadi membangunkan Ki Swandaru? Walaupun tujuan sebenarnya hanyalah untuk memberitahukan
kepergiannya kepada anak Demang Sangkal Putung itu.
“Baiklah," akhirnya Ki
Widura mengalah, “Kita bawa sekitar sepuluh cantrik yang benar-benar sudah
dapat diandalkan.”
Demikianlah, dua belas ekor
kuda segera berderap di malam yang dingin menyusuri jalan-jalan padukuhan
mengikuti jejak-jejak kuda di sepanjang jalan.
Ketika rombongan itu
kemudian telah mencapai jalan simpang, dengan jelas mereka melihat jejak-jejak kuda itu menjadi semakin banyak.
“Jejak-jejak kuda ini
sebagian besar menuju Kademangan Jati Anom,” berkata Cantrik yang bermata sipit
yang telah turun dari kudanya, “Namun yang pasti, semua jejak ini berasal dari
arah timur.”
Ki Swandaru mengerutkan
keningnya. Tiba-tiba saja dia menghentak kudanya sehingga kuda itu terkejut dan
melonjak berlari menuju ke timur.
“Kita menuju lemah Cengkar! Sesuatu mungkin sedang terjadi di lemah
Cengkar!” teriak Ki Swandaru sambil memacu kudanya lebih kencang lagi.
Segera saja Ki Widura dan
para Cantrik memacu kuda-kuda mereka menyusul Ki Swandaru yang telah berpacu
semakin jauh.
Matur nuwun sanget Mbah Man...semangkin ramai di lemah cengkar...
BalasHapusSudah dimulai tadbm 416 nya. Matur nuwun mbah man
BalasHapusMatur nuwun Mbah_Man, TADBM 416 sudah mulai .....
BalasHapusJam uploadnya kok dihpku salah
BalasHapusTest..test...sudah muncul jam digitalnya
HapusMangtur sunwun ...
BalasHapusMangtur sunwun ...
BalasHapusMatur suwun Panembahan?
BalasHapusNyuwun malih...
Hi hi hi.... Bisa ngogrok di sini
ikut daftar jd mentrik disini bolej tak??
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man..
BalasHapusMatur nuwun mbah_man...
BalasHapusSelamat sore...
BalasHapusMatur nuwun Mbah
BalasHapusAlhamdulillah, matur nuwun sanget Mbah_Man....
BalasHapusEh, nggak nyangka bisa nunut gojek nya Ki Adiwa Swarna , Ki Mas Arya , Nyi Rien , dan sanak kadang sadaya.
Salam hormat..
Nggih Ki Dik Har sugeng dalu.....
HapusSugeng dalu sanget Ki Dik Har jg Ki Adiwa...
HapusSugeng dalu juga Nyi rien....avatarne imut hihi
HapusKulo gantos malih ki sing mboten imut tp nggih mboten amit.
HapusHehe...
Oh ini ya hijab pink...welehh...seperti Anjani...Nyi rien
HapusSugeng Endang ...
HapusSugeng Endang ...
HapusMaturnuwun mbah man
BalasHapusSalam kenal sugeng sonten sugeng rahayu..
BalasHapus...waduh...waktunya kok dekat dekat waktu di Saudi Ki Adi ??
BalasHapusJadinya pengin ke sono lagi...
yah mene kok durung ngantuk ya, apa mergo maca TADBM iki mau ya.
BalasHapusMatur nuwun Mbah man ..... biar jamnya gak singkron yg jelas lanjutan ceritanya makin rame ...... semangat dan sabar ikut kesini kan yaaaa ....
BalasHapusTanggal dan jam nya kok mundur ya? Apakah dunia di Padepokan Panembahan Mandaraka mundur sehari?
BalasHapusMungiin karena salah baca mantra Aji Pangrupak Jagad....
Hapussalah baca atau salah masuk ki Lurah Adiwaswa ? apa salah jam mungkin ....
HapusMungkin salah bantal Ki DP panggil tukang urat aja....
HapusThanks Mbah Man
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMatur nuwun mbah man
BalasHapusMaturnuwun mbah man,nderek maos
BalasHapusMampir dulu sebelum pulang ..... leyeh leyeh dulu disini .... seneng bisa wira wiri gandhok ini dan gandhok seta .....
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, atas dibukanya TADBM 416, Jamnya mundur 12 jam nggih?.
BalasHapussepertinya di LA.
Bukn 12 tapi 15 jam..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMaturnuwun Mbah Man.....
BalasHapusMatur nuwun bisa gabung disini
BalasHapusBelum ada wedaran lagi. Mangga mbah ditunggu
BalasHapusTes
BalasHapusAlhamdulillah baru bergabung dg blognya panembahan Mandaraka..suwun mbah
BalasHapusHadir, Kamis optimis ..... tetap semangat !
BalasHapusHadir kamis dibelakang ki jokowo. Tetap semangat menunggu bag 02
BalasHapusIkut mbuntuti Ki HRG...
HapusMatur nuwun mbah Man, nderek nyantrik padepokan enggal
HapusHAdiiirr Ki HRG dan Ki MBleh ....Saya ya ikut membuntutinya ......
HapusSugeng endang rahayu ....pagi yang cerah banyak yang bermain jemuran...karena cerah hanya separuh hari dan jemuran masuk kembali setelah mendung menghampiri ..guman mbok gumbrek
BalasHapusSugeng enjang KI lurah Adiswawasaya yaa meluuu .....tasih katah tugas, nanging sempetke mampir dulu ...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNgopi dulu Ki DiPar...
HapusSugeng siang Ki DP selamat makan siang....
Hapusyay... akhirnya bisa comment....
BalasHapusnuwun sewu mbah man.. kula jingkrak2 teng padepokan njen.. mugi mboten duko...
ttd. pandan wangi
Ati2 kepleset nyi Retno..lantainya licin baru di pel...
HapusSepertinya Nyi pandan wangi tertunda (ttd)
HapusOjo banter2 olehe jingkrakan..do gogrok wulune
HapusMenawi mbahas wulu radi alon2 nggih Ki PA...
HapusMatur nuwun mbah man..
BalasHapusTest
BalasHapusHadir, Jum'at Barakah, Jum'at Mubarak ..... tetap semangat !
BalasHapusSemangat pagi
BalasHapusSugeng siang mbh man lan poro sedulur sedoyo...
BalasHapusSugeng siang mbh man lan poro sedulur sedoyo...
BalasHapushiks.. lawange anyar, rung ngerti sratenane... le mbuka angil tnn...
BalasHapusperlu meguru mlumpat pager neng ki PA po yo?
suwun
BalasHapus