Rabu, 23 November 2016

TADBM 416_1

TADBM 416
Bag 01

“Selamat bertemu kembali Kangmas Pangeran,” sapa Pangeran Jayaraga dengan suara yang berat dan dalam, “Apakah ada keperluan yang sangat mendesak sehingga Kangmas Pangeran memerlukan waktu untuk menjumpai aku di tengah padang rumput Lemah Cengkar ini?”

Pangeran Ranapati diam-diam mengumpat dalam hati. Namun jawabnya kemudian, “Adimas Adipati. Aku sengaja mencegat rombongan ini untuk membebaskan Adimas dari tawanan orang-orang Mataram yang tidak tahu diri.”

“Kangmas Pangeran,” jawab Pangeran Jayaraga setelah terdiam sejenak, “Saat ini aku sudah bukan seorang Adipati yang berkedudukan di Panaraga lagi. Aku hanyalah seorang tawanan yang akan dibawa menghadap penguasa tertinggi Mataram untuk menerima hukuman. Jadi aku mohon jangan panggil lagi aku dengan sebutan Adipati,” Pangeran Jayaraga berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Perlu Kangmas ketahui, aku sudah tidak punya niat sebiji sawi pun untuk meraih kamukten dunia. Apa yang akan aku jalani di hari-hari mendatang hanyalah pasrah terhadap kekuasaan  Yang Maha Agung yang menguasai jagad se isinya ini.”

“Omong kosong!” geram Pangeran Ranapati, “Aku tidak yakin niat itu keluar dari lubuk hatimu yang paling dalam. Aku tahu semua itu hanya keinginan hatimu yang sesaat. Jika pada suatu saat kesempatan itu datang, engkau pasti akan mengambil kesempatan itu,” Pangeran Ranapati berhenti sejenak. Nafasnya menjadi sedikit memburu karena kemarahan yang mulai mengoyak dadanya. Lanjutnya kemudian, “Nah, Adimas Pangeran, engkau tidak usah menunggu atau mencari kesempatan itu. Sekarang aku datang untuk menawarkan kesempatan bagimu untuk meraih kamukten yang sempat terlepas dari tanganmu. Apakah Adimas mau mempertimbangkan tawaranku ini?”

Sungguh diluar dugaan Pangeran Ranapati, pangeran Jayaraga ternyata telah menggeleng-gelengkan kepalanya, bukan hanya sekali bahkan sampai berkali-kali.

‘Tidak Kangmas. Aku ucapkan terima kasih atas tawaran dari Kangmas Pangeran. Aku sudah membulatkan tekadku untuk mengabdikan sisa umurku ini di jalan yang diridhoi olehNYA”

Sekali lagi Pangeran yang keras hati itu menggeram, bahkan terdengar lebih keras. Katanya kemudian sambil menunjuk ke hidung Pangeran Jayaraga, “Adimas! Jika memang itu sudah menjadi keputusanmu, aku tidak akan memaksa. Tapi ketahuilah! Aku tidak pernah mengemis belas kasihan pada seseorang, demikian juga sebaliknya, aku tidak pernah menaruh belas kasihan kepada siapapun. Jika Adimas telah berkeputusan menolak tawaranku, aku pun demikian. Tidak akan pernah membiarkan orang yang berani menolak tawaranku, hidup  lebih lama lagi sampai Matahari terbit di keesokan harinya.”

Tersirap darah Pangeran Jayaraga sampai ke ubun-ubun. Agaknya orang yang pernah menjadi Senapatinya Kadipaten Panaraga dan mengaku masih trah Panembahan Senapati ini telah terbiasa memaksakan kehendaknya, kepada siapapun tanpa terkecuali.

Namun sebelum Pangeran Jayaraga menjawab, tiba-tiba orang-orang yang sedang bertempur di padang rumput Lemah Cengkar itu telah dikejutkan oleh suara derap beberapa ekor kuda. Suara itu memang masih cukup jauh, namun gemanya telah memantul di lereng-lereng bukit dan batu-batu padas di tebing-tebing sungai.

Beberapa orang mencoba mempertajam pendengaran mereka tak terkecuali kedua Pangeran itu. Dan agaknya tanpa membutuhkan waktu yang lama, keduanya segera dapat mengetahui dari arah mana datangnya suara derap kuda-kuda itu.

“Bukan dari arah Jati Anom,” berkata Pangeran Ranapati dalam hati, “Tentu bukan prajurit-prajurit Jati Anom. Arahnya dari selatan. Mungkin hanya rombongan para pedagang yang akan lewat saja.”

Namun Pangeran Jayaraga justru mempunyai dugaan yang berbeda.

“Menilik arahnya yang dari selatan Jati Anom, kemungkinan mereka adalah orang-orang dari perguruan bercambuk. Di sebelah selatan Jati Anom kalau aku tidak salah ada sebuah perguruan kecil, namun sangat terkenal karena salah satu pewarisnya telah menjadi agul-agulnya Mataram, dan sekarang sedang berada di sini, Ki Rangga Agung Sedayu.”

Dugaan Pangeran Jayaraga ternyata sangat tepat. Ki Widura yang telah dibangunkan oleh Cantrik yang sedang bertugas jaga, segera membangunkan Ki Swandaru yang kebetulan sedang menjalani perawatan di padepokan Jati Anom.

“Aku ikut Paman Widura,” berkata Ki Swandaru kemudian sambil membenahi pakaiannya. Tak lupa seutas cambuk yang menjadi senjata andalannya segera dililitkan ke lambung.

“Ngger, kita belum tahu apa yang sedang terjadi dengan kuda-kuda itu,” Ki Widura berhenti sejenak. Kemudian,  “Menilik ciri-ciri peralatan yang dipakai, kuda-kuda itu memang kemungkinannya berasal dari para prajurit Mataram, namun masih harus dibuktikan. Sebaiknya angger di padepokan saja. Bukankah angger Swandaru masih belum pulih benar?”

“Aku sudah sehat Paman,” jawab Ki Swandaru mantap, “Rasa-rasanya aku sudah tidak betah lagi setiap hari hanya mondar-mandir di halaman padepokan ini. Marilah paman. Jangan mengkawatirkan keadaanku. Aku sudah dapat menjaga diriku sendiri.”

Ki Widura hanya dapat menarik nafas dalam-dalam. Ada sedikit penyesalan di dalam hatinya, mengapa dia tadi membangunkan Ki Swandaru? Walaupun tujuan sebenarnya hanyalah untuk memberitahukan kepergiannya kepada anak Demang Sangkal Putung itu.

“Baiklah," akhirnya Ki Widura mengalah, “Kita bawa sekitar sepuluh cantrik yang benar-benar sudah dapat diandalkan.”

Demikianlah, dua belas ekor kuda segera berderap di malam yang dingin menyusuri jalan-jalan padukuhan mengikuti jejak-jejak kuda di sepanjang jalan.

Ketika rombongan itu kemudian telah mencapai jalan simpang, dengan jelas mereka melihat jejak-jejak  kuda itu menjadi  semakin banyak.

“Jejak-jejak kuda ini sebagian besar menuju Kademangan Jati Anom,” berkata Cantrik yang bermata sipit yang telah turun dari kudanya, “Namun yang pasti, semua jejak ini berasal dari arah timur.”

Ki Swandaru mengerutkan keningnya. Tiba-tiba saja dia menghentak kudanya sehingga kuda itu terkejut dan melonjak berlari menuju ke timur.

“Kita menuju lemah Cengkar!  Sesuatu mungkin sedang terjadi di lemah Cengkar!” teriak Ki Swandaru sambil memacu kudanya lebih kencang lagi.

Segera saja Ki Widura dan para Cantrik memacu kuda-kuda mereka menyusul Ki Swandaru yang telah berpacu semakin jauh.


66 komentar :

  1. Matur nuwun sanget Mbah Man...semangkin ramai di lemah cengkar...

    BalasHapus
  2. Sudah dimulai tadbm 416 nya. Matur nuwun mbah man

    BalasHapus
  3. Matur nuwun Mbah_Man, TADBM 416 sudah mulai .....

    BalasHapus
  4. Jam uploadnya kok dihpku salah

    BalasHapus
  5. Matur suwun Panembahan?
    Nyuwun malih...
    Hi hi hi.... Bisa ngogrok di sini

    BalasHapus
  6. ikut daftar jd mentrik disini bolej tak??

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, matur nuwun sanget Mbah_Man....

    Eh, nggak nyangka bisa nunut gojek nya Ki Adiwa Swarna , Ki Mas Arya , Nyi Rien , dan sanak kadang sadaya.

    Salam hormat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggih Ki Dik Har sugeng dalu.....

      Hapus
    2. Sugeng dalu sanget Ki Dik Har jg Ki Adiwa...

      Hapus
    3. Sugeng dalu juga Nyi rien....avatarne imut hihi

      Hapus
    4. Kulo gantos malih ki sing mboten imut tp nggih mboten amit.
      Hehe...

      Hapus
    5. Oh ini ya hijab pink...welehh...seperti Anjani...Nyi rien

      Hapus
  8. Salam kenal sugeng sonten sugeng rahayu..

    BalasHapus
  9. ...waduh...waktunya kok dekat dekat waktu di Saudi Ki Adi ??

    Jadinya pengin ke sono lagi...

    BalasHapus
  10. yah mene kok durung ngantuk ya, apa mergo maca TADBM iki mau ya.

    BalasHapus
  11. Matur nuwun Mbah man ..... biar jamnya gak singkron yg jelas lanjutan ceritanya makin rame ...... semangat dan sabar ikut kesini kan yaaaa ....

    BalasHapus
  12. Tanggal dan jam nya kok mundur ya? Apakah dunia di Padepokan Panembahan Mandaraka mundur sehari?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungiin karena salah baca mantra Aji Pangrupak Jagad....

      Hapus
    2. salah baca atau salah masuk ki Lurah Adiwaswa ? apa salah jam mungkin ....

      Hapus
    3. Mungkin salah bantal Ki DP panggil tukang urat aja....

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. Maturnuwun mbah man,nderek maos

    BalasHapus
  15. Mampir dulu sebelum pulang ..... leyeh leyeh dulu disini .... seneng bisa wira wiri gandhok ini dan gandhok seta .....

    BalasHapus
  16. Matur-nuwun mBah-Man, atas dibukanya TADBM 416, Jamnya mundur 12 jam nggih?.
    sepertinya di LA.

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Matur nuwun bisa gabung disini

    BalasHapus
  19. Belum ada wedaran lagi. Mangga mbah ditunggu

    BalasHapus
  20. Alhamdulillah baru bergabung dg blognya panembahan Mandaraka..suwun mbah

    BalasHapus
  21. Hadir, Kamis optimis ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  22. Hadir kamis dibelakang ki jokowo. Tetap semangat menunggu bag 02

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur nuwun mbah Man, nderek nyantrik padepokan enggal

      Hapus
    2. HAdiiirr Ki HRG dan Ki MBleh ....Saya ya ikut membuntutinya ......

      Hapus
  23. Sugeng endang rahayu ....pagi yang cerah banyak yang bermain jemuran...karena cerah hanya separuh hari dan jemuran masuk kembali setelah mendung menghampiri ..guman mbok gumbrek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sugeng enjang KI lurah Adiswawasaya yaa meluuu .....tasih katah tugas, nanging sempetke mampir dulu ...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Sugeng siang Ki DP selamat makan siang....

      Hapus
  24. yay... akhirnya bisa comment....

    nuwun sewu mbah man.. kula jingkrak2 teng padepokan njen.. mugi mboten duko...

    ttd. pandan wangi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ati2 kepleset nyi Retno..lantainya licin baru di pel...

      Hapus
    2. Sepertinya Nyi pandan wangi tertunda (ttd)

      Hapus
    3. Ojo banter2 olehe jingkrakan..do gogrok wulune

      Hapus
    4. Menawi mbahas wulu radi alon2 nggih Ki PA...

      Hapus
  25. Hadir, Jum'at Barakah, Jum'at Mubarak ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  26. Sugeng siang mbh man lan poro sedulur sedoyo...

    BalasHapus
  27. Sugeng siang mbh man lan poro sedulur sedoyo...

    BalasHapus
  28. hiks.. lawange anyar, rung ngerti sratenane... le mbuka angil tnn...
    perlu meguru mlumpat pager neng ki PA po yo?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.