Jumat, 25 November 2016

TADBM 416_3

Dalam pada itu Ki Rangga yang telah mengerahkan ilmu yang dapat menghilangkan bobot tubuhnya ternyata belum mampu menandingi kecepatan gerak Ki Singawana Sepuh. Beberapa kali serangan Guru Pangeran Ranapati itu mampu menyentuh tubuhnya. Seandainya saja tubuh Ki Rangga tidak dilindungi oleh ilmu kebal yang hampir sempurna, tentu tubuh Ki Rangga sudah lumat di terjang serangan-serangan  lawannya.

“Aku harus mencari cara untuk mengurangi tekanan serangan Ki Ageng,” berkata Ki Rangga dalam hati sambil melenting ke samping kiri menghindari serangan lawannya yang muncul tiba-tiba selangkah di hadapannya. Namun belum sempat Ki Rangga menjejakkan kakinya di atas tanah, Ki Singawana Sepuh yang telah lenyap kembali dari pandangan, tiba-tiba telah muncul di belakangnya dan menghantam punggung.

“Gila!” geram Ki Rangga. Tidak ada kesempatan menghindar atau berbalik arah. Hanya dengan mengetrapkan ilmu kebal setinggi-tingginya punggung Ki Rangga terhindar dari kehancuran. Namun benturan itu telah membuat Ki Rangga terdorong ke depan beberapa langkah.

Pada saat tubuh Ki Rangga terdorong ke depan itu lah, Ki Rangga sengaja menjatuhkan dirinya berguling beberapa kali di tanah sebelum akhirnya Ki Rangga melenting berdiri di atas kedua kakinya yang renggang. Namun yang berdiri tegak dengan kedua kaki renggang ternyata tidak hanya satu orang, melainkan ada tiga  ujud Ki Rangga yang sangat sulit dibedakan antara satu dengan lainnya.

Untuk beberapa saat Ki Singawana Sepuh berdiri termangu-mangu. Serangan susulan yang sedianya akan dilancarkan kepada lawannya segera ditahannya. Ketiga ujud Ki Rangga yang berdiri beberapa langkah di hadapannya benar-benar telah mendebarkan jantungnya.

Ilmu kakang pembarep dan adi wuragil yang sedang disaksikan oleh Ki Singawana Sepuh itu memang sudah sangat jarang dijumpai saat ini, bahkan dapat dikatakan sudah punah. Baru kali ini Guru Pangeran Ranapati itu menjumpai seseorang yang mampu menguasai ilmu yang sudah sangat langka itu dengan sangat sempurna.

“Luar biasa,” gumam Ki Singawan Sepuh tanpa sadar sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, “Memang bukan cerita kosong tentang kedahsyatan agul-agulnya Mataram ini. Sekilas aku hampir-hampir tidak dapat membedakan ketiga ujudmu Ki Rangga. Namun sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, tidak ada ilmu yang benar-benar sempurna. Aku masih dapat menemukan celah untuk mengetahui kelemahan ilmumu itu.”

“Terima kasih Ki Ageng,” jawab salah satu ujud Ki Rangga. Sementara ujud yang lain menyahut, “Walaupun Ki Ageng pada akhirnya akan mampu mengurai ilmuku dan menemukan ujud yang asli, namun aku yakin Ki Ageng masih memerlukan waktu walaupun hanya sekejap sehingga yang hanya sekejap itu cukup bagiku untuk menemukan persembunyian Ki Ageng.”

Ki Singawana Sepuh mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dari cara lawannya menanggapi pernyataannya, dia menyadari sepenuhnya bahwa Ki Rangga ingin menunjukkan kalau dia benar-benar sudah dapat menguasai ujud-ujud semunya dan akan bertindak sesuai dengan kehendak ujud aslinya.

“Walaupun sebuah ujud semu itu mampu menirukan segala gerak gerik ujud aslinya, sejauh pengetahuanku, belum ada seseorang yang mampu memancarkan ilmunya melalui ujud-ujud semu itu sehingga ujud-ujud semu itu akan mempunyai kemampuan sebagaimana ujud aslinya,” berkata dalam hati Ki Singawana Sepuh kemudian.

Berbekal keyakinan itu lah, Ki Singawana Sepuh pun kemudian segera berkata, “Marilah kita teruskan permainan petak umpet ini. Agaknya permainan ini akan menjadi semakin menarik. Masing-masing dari kita harus menemukan tempat persembunyian kita dan sekaligus menghancurkannya.”

Berdesir dada Ki Rangga. Lawannya benar-benar mempunyai keyakinan yang kuat akan dapat dengan mudah menemukan kelemahan ilmunya.

“Mungkin sekarang ini Ki Ageng mengetahui dengan pasti manakah ujudku yang sebenarnya,” berkata Ki Rangga dalam hati, “Namun dalam sebuah pertempuran yang sengit, aku mempunyai banyak kesempatan untuk menyembunyikan ujudku yang asli.”

Demikian lah akhirnya, dengan tanpa peringatan terlebih dahulu, tiba-tiba saja tubuh Ki Singawana Sepuh lenyap dari pandangan lawannya. Namun Ki Rangga sudah mewaspadai sebelumnya, sehingga begitu lawannya menghilang dari pandangan, ketiga ujud Ki Rangga pun segera meloncat menyatu untuk kemudian berpencar ke tiga arah yang berbeda.

Ki Singawana Sepuh terkejut bukan alang kepalang. Serangannya yang sudah hampir meluncur tertahan sejenak. Guru Pangeran Ranapati itu memerlukan waktu sekejap untuk mengenali ujud asli Ki Rangga. Kesempatan yang hanya sekejap itu sudah cukup bagi Ki Rangga untuk menemukan persembunyian lawan dengan mengetrapkan ilmu sapta panggraitanya. Maka yang terjadi kemudian adalah sangat diluar perhitungan Ki Singawana Sepuh. Serangan ketiga ujud Ki Rangga telah melanda tubuhnya, satu mengarah dada, satu mengarah lambung dan ujud yang terakhir menghantam punggung.

Tidak ada waktu untuk menghindari semua serangan itu. Namun di saat semua serangan itu meluncur dengan bersamaan, Ki Singawana Sepuh segera mengetahui melalui pengamatan batinnya bahwa ujud Ki Rangga yang menyerang dada itu lah ujud yang asli.

Segera saja Ki Singawana Sepuh menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk melindungi dadanya dari terjangan kaki Ki Rangga. Benturan itu memang dahsyat sehingga membuat Ki Rangga terpental ke belakang beberapa langkah. Namun yang terjadi pada diri Ki Singawana Sepuh benar-benar di luar dugaan. Ketika dengan yakinnya Guru Pangeran Ranapati itu menangkis serangan yang mengarah dada, dua serangan lain yang dianggapnya hanyalah serangan dari ujud-ujud semu yang sama sekali tidak banyak berarti, telah melanda bagian tubuhnya yang lain bersamaan dengan benturan di bagian dada.


Terdengar umpatan yang sangat kasar dari mulut Ki Singawana Sepuh. Tubuhnya bagaikan tergencet kekuatan raksasa sehingga Guru Pangeran Ranapati itu pun telah jatuh terduduk. Untuk sejenak ujud Ki Singawan Sepuh pun menjadi terlihat oleh pandangan mata lawannya.

13 komentar :

  1. Matur nuwun sanget Mbah Man 🙏🙏

    BalasHapus
  2. nyuwun pangapunten para kadang CanMen
    koneksi internet di tempat mbah man lemot, akhirnya berkali-kali publikasi gagal, malah yang muncul 3 kali wedaran yang sama. Ketika di hapus yang 2, komen para CanMen ada yang ikut terhapus. sekali lagi mohon maaf
    mbah man

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur nuwun sanget Mbah_Man.....yang penting itu Ki Lurah Prajurit yang baru diwisuda jangan sampai ikut terhaous....he...he...he

      Hapus
    2. Matur nuwun sanget mbah man ... makin sedeeepp deg deg plass ... sabar mbah man .. rumah baru berarti kebiasaan dan cara baru juga biasanya ....

      Hapus
  3. Matur nuwun panembahan, tambah seruu...

    BalasHapus
  4. Matur nuwuun mbah_man..top markotop

    BalasHapus
  5. Sungguh luar biasa, mirip sang maestro SH mintardja, matur nuwun Mbah Man, pun parengaken nderek ngeyup wonten padepokan

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.