Dalam pada itu Ki Rangga
yang telah mengerahkan ilmu yang dapat menghilangkan bobot tubuhnya ternyata
belum mampu menandingi kecepatan gerak Ki Singawana Sepuh. Beberapa kali
serangan Guru Pangeran Ranapati itu mampu menyentuh tubuhnya. Seandainya saja
tubuh Ki Rangga tidak dilindungi oleh ilmu kebal yang hampir sempurna, tentu
tubuh Ki Rangga sudah lumat di terjang serangan-serangan lawannya.
“Aku harus mencari cara
untuk mengurangi tekanan serangan Ki Ageng,” berkata Ki Rangga dalam hati
sambil melenting ke samping kiri menghindari serangan lawannya yang muncul
tiba-tiba selangkah di hadapannya. Namun belum sempat Ki Rangga menjejakkan
kakinya di atas tanah, Ki Singawana Sepuh yang telah lenyap kembali dari
pandangan, tiba-tiba telah muncul di belakangnya dan menghantam punggung.
“Gila!” geram Ki Rangga.
Tidak ada kesempatan menghindar atau berbalik arah. Hanya dengan mengetrapkan
ilmu kebal setinggi-tingginya punggung Ki Rangga terhindar dari kehancuran.
Namun benturan itu telah membuat Ki Rangga terdorong ke depan beberapa langkah.
Pada saat tubuh Ki Rangga
terdorong ke depan itu lah, Ki Rangga sengaja menjatuhkan dirinya berguling
beberapa kali di tanah sebelum akhirnya Ki Rangga melenting berdiri di atas
kedua kakinya yang renggang. Namun yang berdiri tegak dengan kedua kaki
renggang ternyata tidak hanya satu orang, melainkan ada tiga ujud Ki Rangga yang sangat sulit dibedakan
antara satu dengan lainnya.
Untuk beberapa saat Ki
Singawana Sepuh berdiri termangu-mangu. Serangan susulan yang sedianya akan
dilancarkan kepada lawannya segera ditahannya. Ketiga ujud Ki Rangga yang
berdiri beberapa langkah di hadapannya benar-benar telah mendebarkan
jantungnya.
Ilmu kakang pembarep dan adi
wuragil yang sedang disaksikan oleh Ki Singawana Sepuh itu memang sudah sangat jarang
dijumpai saat ini, bahkan dapat dikatakan sudah punah. Baru kali ini Guru
Pangeran Ranapati itu menjumpai seseorang yang mampu menguasai ilmu yang sudah
sangat langka itu dengan sangat sempurna.
“Luar biasa,” gumam Ki
Singawan Sepuh tanpa sadar sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, “Memang bukan
cerita kosong tentang kedahsyatan agul-agulnya Mataram ini. Sekilas aku
hampir-hampir tidak dapat membedakan ketiga ujudmu Ki Rangga. Namun sebagaimana
ilmu-ilmu yang lain, tidak ada ilmu yang benar-benar sempurna. Aku masih dapat
menemukan celah untuk mengetahui kelemahan ilmumu itu.”
“Terima kasih Ki Ageng,”
jawab salah satu ujud Ki Rangga. Sementara ujud yang lain menyahut, “Walaupun
Ki Ageng pada akhirnya akan mampu mengurai ilmuku dan menemukan ujud yang asli,
namun aku yakin Ki Ageng masih memerlukan waktu walaupun hanya sekejap sehingga
yang hanya sekejap itu cukup bagiku untuk menemukan persembunyian Ki Ageng.”
Ki Singawana Sepuh
mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dari cara lawannya
menanggapi pernyataannya, dia menyadari sepenuhnya bahwa Ki Rangga ingin
menunjukkan kalau dia benar-benar sudah dapat menguasai ujud-ujud semunya dan akan
bertindak sesuai dengan kehendak ujud aslinya.
“Walaupun sebuah ujud semu
itu mampu menirukan segala gerak gerik ujud aslinya, sejauh pengetahuanku,
belum ada seseorang yang mampu memancarkan ilmunya melalui ujud-ujud semu itu
sehingga ujud-ujud semu itu akan mempunyai kemampuan sebagaimana ujud aslinya,”
berkata dalam hati Ki Singawana Sepuh kemudian.
Berbekal keyakinan itu lah,
Ki Singawana Sepuh pun kemudian segera berkata, “Marilah kita teruskan
permainan petak umpet ini. Agaknya permainan ini akan menjadi semakin menarik.
Masing-masing dari kita harus menemukan tempat persembunyian kita dan sekaligus
menghancurkannya.”
Berdesir dada Ki Rangga.
Lawannya benar-benar mempunyai keyakinan yang kuat akan dapat dengan mudah
menemukan kelemahan ilmunya.
“Mungkin sekarang ini Ki
Ageng mengetahui dengan pasti manakah ujudku yang sebenarnya,” berkata Ki
Rangga dalam hati, “Namun dalam sebuah pertempuran yang sengit, aku mempunyai
banyak kesempatan untuk menyembunyikan ujudku yang asli.”
Demikian lah akhirnya,
dengan tanpa peringatan terlebih dahulu, tiba-tiba saja tubuh Ki Singawana
Sepuh lenyap dari pandangan lawannya. Namun Ki Rangga sudah mewaspadai
sebelumnya, sehingga begitu lawannya menghilang dari pandangan, ketiga ujud Ki
Rangga pun segera meloncat menyatu untuk kemudian berpencar ke tiga arah yang
berbeda.
Ki Singawana Sepuh terkejut
bukan alang kepalang. Serangannya yang sudah hampir meluncur tertahan sejenak.
Guru Pangeran Ranapati itu memerlukan waktu sekejap untuk mengenali ujud asli
Ki Rangga. Kesempatan yang hanya sekejap itu sudah cukup bagi Ki Rangga untuk
menemukan persembunyian lawan dengan mengetrapkan ilmu sapta panggraitanya.
Maka yang terjadi kemudian adalah sangat diluar perhitungan Ki Singawana Sepuh.
Serangan ketiga ujud Ki Rangga telah melanda tubuhnya, satu mengarah dada, satu
mengarah lambung dan ujud yang terakhir menghantam punggung.
Tidak ada waktu untuk menghindari
semua serangan itu. Namun di saat semua serangan itu meluncur dengan bersamaan,
Ki Singawana Sepuh segera mengetahui melalui pengamatan batinnya bahwa ujud Ki
Rangga yang menyerang dada itu lah ujud yang asli.
Segera saja Ki Singawana
Sepuh menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk melindungi dadanya dari
terjangan kaki Ki Rangga. Benturan itu memang dahsyat sehingga membuat Ki
Rangga terpental ke belakang beberapa langkah. Namun yang terjadi pada diri Ki
Singawana Sepuh benar-benar di luar dugaan. Ketika dengan yakinnya Guru
Pangeran Ranapati itu menangkis serangan yang mengarah dada, dua serangan lain
yang dianggapnya hanyalah serangan dari ujud-ujud semu yang sama sekali tidak
banyak berarti, telah melanda bagian tubuhnya yang lain bersamaan dengan
benturan di bagian dada.
Terdengar umpatan yang
sangat kasar dari mulut Ki Singawana Sepuh. Tubuhnya bagaikan tergencet
kekuatan raksasa sehingga Guru Pangeran Ranapati itu pun telah jatuh terduduk.
Untuk sejenak ujud Ki Singawan Sepuh pun menjadi terlihat oleh pandangan mata
lawannya.
Matur nuwun sanget Mbah Man 🙏🙏
BalasHapusnyuwun pangapunten para kadang CanMen
BalasHapuskoneksi internet di tempat mbah man lemot, akhirnya berkali-kali publikasi gagal, malah yang muncul 3 kali wedaran yang sama. Ketika di hapus yang 2, komen para CanMen ada yang ikut terhapus. sekali lagi mohon maaf
mbah man
Nggih mbah, sabar.
HapusMatur nuwun sanget Mbah_Man.....yang penting itu Ki Lurah Prajurit yang baru diwisuda jangan sampai ikut terhaous....he...he...he
HapusMatur nuwun sanget mbah man ... makin sedeeepp deg deg plass ... sabar mbah man .. rumah baru berarti kebiasaan dan cara baru juga biasanya ....
Hapusmstur nuwun mbah man..
BalasHapusSetia menunggu
BalasHapusSetia menunggu
BalasHapusMatur nuwun panembahan, tambah seruu...
BalasHapusMaturnuwun mbah
BalasHapusOk..matur muwun mbah man
BalasHapusMatur nuwuun mbah_man..top markotop
BalasHapusSungguh luar biasa, mirip sang maestro SH mintardja, matur nuwun Mbah Man, pun parengaken nderek ngeyup wonten padepokan
BalasHapus