Rabu, 30 November 2016

TADBM 416_7

“Kosong?!” seru Glagah Putih terheran-heran.

Sedangkan Ki Jayaraga yang berdiri di belakangnya segera melangkah maju dan melangkahi tlundak pintu memasuki sanggar. Ketika Ki Jayaraga sudah berada di dalam sanggar, sejenak diedarkan pandangan matanya ke seluruh ruang sanggar. Dengan jelas Ki Jayaraga melihat keadaan sanggar yang kosong. Tidak tampak bekas-bekas bahwa sanggar itu baru saja dipakai oleh seseorang.

Glagah Putih yang ikut melangkah masuk pun menjadi semakin heran. Dia benar-benar tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Dengan jelas mereka berdua tadi mendengar suara dentingan senjata beradu dari dalam sanggar. Namun kenyataannya sekarang ini sanggar itu dalam keadaan kosong.

“Bagaimana Guru?” bertanya Glagah Putih kemudian setelah beberapa saat mereka berdua hanya berdiri diam termangu-mangu.

“Aku merasakan sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi di dalam sanggar ini,” jawab gurunya sambil menarik nafas dalam-dalam, “Namun aku tidak mampu mengungkapkan, apakah sebenarnya ketidak wajaran itu?”

Glagah Putih hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya. Usia Glagah Putih masih muda sehingga batinnya belum mampu menangkap getaran-getaran halus di luar kewajaran yang terjadi di sekelilingnya.

“Marilah kita tinggalkan tempat ini,” berkata Ki Jayaraga kemudian, “Agaknya kita memang tidak diperkenankan mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam sanggar ini. Semoga semua itu untuk tujuan kebaikan bagi sesama.”

Selesai berkata demikian Ki Jayaraga segera berbalik dan berjalan keluar sanggar. Sedangkan Glagah Putih tanpa banyak pertanyaan segera mengikuti langkah gurunya. Sesampainya mereka berdua di luar sanggar, Glagah Putih pun segera menutup kembali pintu sanggar.

“Kembalilah ke bilikmu. Masih ada sedikit waktu untuk beristirahat,” berkata Ki Jayaraga kemudian kepada muridnya sambil melangkah menjauhi sanggar.

“Baik Guru,’ jawab Glagah Putih sambil berjalan ke arah berlawanan dengan gurunya. Mereka pun kemudian berpisah untuk menuju ke bilik masing-masing.

Dalam pada itu tiga orang prajurit yang berkedudukan di Jati Anom sedang nganglang di sepanjang bulak panjang yang menghubungkan Kademangan Jati Anom dengan hutan kecil di sebelah barat lemah cengkar. Tiga orang prajurit itu tampak sedang bersenda gurau melepaskan kejemuan sambil berderap perlahan sepanjang bulak.

“Bukankah bulan depan engkau berencana untuk kawin,” bertanya Prajurit yang berkuda paling kanan kepada kawannya yang berkuda di tengah.

“Rencananya memang demikian, Kakang,” jawab prajurit yang berkuda di tengah, “Persiapan sudah matang tinggal menunggu kedatangan Ki Tumenggung Untaradira dari Panaraga.”

“He?” sahut  kawannya yang berkuda di kiri, “Mengapa mesti menunggu kedatangan Ki Tumenggung? Bisa-bisa calon istrimu menjadi perawan tua. Kemungkinan Ki Tumenggung baru pulang dari Panaraga dua atau tiga bulan lagi. Itu pun masih ada kemungkinan Ki Tumenggung justru mendapat tugas untuk mengendalikan keamanan di Panaraga sambil menunggu pengganti Adipati Panaraga yang baru.”

“Ah, macam kau!” geram prajurit yang akan kawin bulan depan itu, “Aku sudah mengajukan permohonan kawin ini kepada Ki Tumenggung sebulan sebelum keberangkatannya ke Panaraga. Apakah aku harus menundanya lagi? Apa kata calon mertuaku nanti? Disangkanya aku mulai berulah dan mau menggagalkan semua rencana ini.”

“Bukan begitu,” sahut prajurit yang berkuda di sebelah kanan, “Engkau dapat mengajukan permohonan kepada perwira tertua yang ada di Jati Anom. Tidak harus menunggu Ki Tumenggung Untaradira jika kepentingannya untuk menjadi saksi dalam perkawinanmu itu. Berita terakhir dari prajurit sandi, pasukan Mataram memang telah meninggalkan Kadipaten Panaraga, namun aku belum mendengar apakah Ki Tumenggung Untaradira ikut kembali ataukah tinggal sementara di Panaraga.”

Prajurit yang bulan depan akan melangsungkan perkawinan itu menjadi berdebar-debar. Keinginannya untuk menghadirkan Ki Tumenggung Untaradira sebagai saksi perkawinannya menjadi pupus. Memang dia dapat mengajukan permohonan kepada perwira tertua yang ada pada saat itu jika memang Ki Tumenggung berhalangan. Namun adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya dan keluarganya jika Ki Untara sebagai atasannya berkenan hadir sebagai saksi dalam acara perkawinannya nanti.

Tiba-tiba pandangan tajam salah satu prajurit itu menangkap titik-titik di kejauhan. Di kiri kanan bulak yang panjang itu tampak beberapa ekor kuda sedang merumput dengan tenangnya. Memang rumput yang tumbuh di tanggul sebelah menyebelah bulak itu cukup lebat walaupun sebagian mengering kecoklatan karena musim hujan yang belum turun.

“”Kuda-kuda siapa?” pertanyaan itu terloncat begitu saja dari bibirnya.

“Kuda yang mana?” hampir bersamaan kedua kawannya menyahut dengan serta merta.

“Lihatlah!” berkata prajurit yang pertama kali melihat kuda-kuda itu sambil menunjuk ke depan, “Tidak mungkin itu kuda-kuda liar. Pasti sesuatu telah terjadi pada para penunggangnya.”

“Mari kita lihat!” seru prajurit yang bulan depan berencana akan kawin sambil memacu kudanya.


Kedua kawannya pun segera ikut memacu kuda-kuda mereka.

43 komentar :

  1. Mohon maaf kemarin tidak bisa wedaran, sedang dinas jaga
    hari ini mungkin hanya satu wedaran. namun jika mbah man nggak capek (habis jaga langsung dinas) mungkin agak sore ada tambahan wedaran
    matur suwun kawigatosanipun

    mbah man

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sekali Mbah_Man....Yang paling penting kesehatan Mbah_Man ....selalu kami doakan...

      Catatan : ...tamba kangen nggih penting Mbah....

      Salam hormat.

      Hapus
    2. Aamin ya'robbal allamin....
      Matur nuwun sanget Mbah Man ....semoga selalu sukses dalam bertugas....πŸ™πŸ™πŸ™

      Hapus
    3. Matur nuwun sange mbah Man wedaranipun .... semoga Mbah Man sekeluarga selalu diparingi sehat dan berkah dari Allah SWT ... kulo stand by nenggo wedaran kemawon ...

      Hapus
  2. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Mbah Mandaraka

    BalasHapus
  3. Matur nuwun mBahMan, atas rontalnya.

    BalasHapus
  4. Matur nuwun mbah Man lontaripun.lanjutanipun dipun tengga.

    BalasHapus
  5. Matur nuwun Mbah_man...makin hanyut dan terlena dengan buaian tadbm....hehe

    BalasHapus
  6. matur nuwun Panembahan... menika permainan Dakon menapa catur nggih

    BalasHapus
  7. Terus Anjani VS Sekar Mirag gimana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sementara di-kotak-kan dulu Ki PD...biar lebih ranum...

      Hapus
  8. Hadir, Kamis optimis ..... tetap semangat !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hadir..kamis siang yg sedang bertranslasi menjadi sore
      Sementara mentaripun sdh mulai meredup, dalam jarak sepeminum teh nampak 3 wanita sdg asyik adu diam membatu

      Hapus
    2. Mas Aryo, "adu diam membatu" meniko leresipun kados pundi nggih ?

      Hapus
    3. mbegegeg hehehheehe dpt kosa kata baru .....

      A : Kok diem aja ? Kenapa ? Mbegegeg ni yeee ....
      B : Gubraggg balang sandal sisan .....

      Hapus
    4. mbegegeg ugeg ugeg ... bojleng bojleng

      Hapus
  9. Geng sore, Tetap sabaaaaarrrr menanti.

    BalasHapus
  10. Dibelakang ki wid absen dulu.
    Mbah hari ini wedaran lagi dong

    BalasHapus
  11. Absen hadiiir ... nunggu wedaran rontal .. .mudah mudahan Kamis Sore banjir rontal .... sugeng sonten Mbah Man lan can men sekalian ...

    BalasHapus
  12. Geng injang, hujan semalaman tidak berhenti,dan masih berlanjut.

    BalasHapus
  13. Selamat pagi poro camen, isuk isuk adeem, nungguin rontal, Jum'at barokah, mugio Mbah-man sehat lan siap ngirim segepok rontal πŸ˜πŸ˜€

    BalasHapus
  14. Hadir, walaupun kesorean ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  15. Hadiiirrrr sebelum pulang ..... agak gerimis tapi optimis nanti ada wedaran di akhir pekan .... semangaaat ...

    BalasHapus
  16. Esuk esuk uthuk uthuk dengklak dengkluk

    BalasHapus
  17. masih kosong... seperti skor bola 0/3.......geng siyang

    BalasHapus
  18. Sore ki Adiwa,di WP,saya gak bisa baca..layar tinggal 1/3 kurang.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Layar saya lenyap terbawa angin...padahal lagi seru nonton layar tancap film prajurit jati anom kawin....

      Ki Widi mungkin layar 2/3 nya dibikin celana kolor dan yang 1/3 nya buat bikin singlet aja masih cukup....

      Hapus
  19. layar terkembang ditiup angin ... wuuuuzzzzzz ... udah gitu aja ... sugeng ndalu sedanten ......

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.