Sabtu, 07 Januari 2017

STSD 01_07

Akhirnya setelah menarik  nafas dalam-dalam terlebih dahulu untuk meredakan gejolak di dalam dadanya, barulah Ki Rangga menjawab sambil menyembah, “Ampun Pangeran. Jika diperkenankan, hamba akan menjelaskan tentang Rara Anjani dalam hubungannya dengan hamba.”

Pangeran Pati mengerutkan keningnya. Tampak Putra Mahkota itu sedikit ragu-ragu. Namun katanya kemudian, “Ki Rangga, bukan maksudku untuk mengungkit masa lalu Rara Anjani. Aku sudah menerima dia sebagaimana adanya,” Pangeran Pati itu berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Yang sebenarnya ingin aku sampaikan kepada Ki Rangga  adalah kesetiaannya kepada Mataram. Rara Anjani adalah bekas murid perguruan Tal Pitu yang dengan jelas telah berpihak pada Kadipaten Panaraga pada saat pemberontakan Pamanda Jayaraga. Apakah Rara Anjani dapat dipercaya atas kesetiaannya kepada Mataram?”

Untuk beberapa saat Ki Rangga justru telah membeku. Dia tidak pernah menduga bahwa arah pembicaraan Pangeran Pati itu justru telah mengarah kepada peran kedua guru Rara Anjani pada saat terjadi pemberontakan Adipati Panaraga.

“Ampun Pangeran,” jawab Ki Rangga pada akhirnya setelah gelora di dalam dadanya sedikit mereda, “Hamba memang telah terlibat perang tanding dengan kedua guru Rara Anjani, Goh Muka dan Roh Muka. Kedua orang guru Rara Anjani itu adalah murid dari perguruan Tal Pitu. Mereka menuntut kematian guru mereka, Ajar Tal Pitu.”

Pangeran Pati mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya kemudian, “Rara Anjani telah bercerita kepadaku tentang perang tanding itu,” Pangeran Pati berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Bukankah Ki Rangga telah mengajukan syarat Rara Anjani sebagai taruhannya?”

“Hamba Pangeran,” jawab Ki Rangga, “Hamba mempunyai panggraita bahwa kedua guru Rara Anjani itu pada akhirnya pasti akan berbuat curang dengan mengeroyok hamba. Padahal perjanjian perang tanding itu hanya dengan salah satu dari mereka. Untuk itulah hamba berusaha memancing kemarahan mereka dengan mengajukan syarat Rara Abjani sebagai taruhannya.”

“Dan ternyata Ki Rangga lah yang keluar sebagai pemenang,” sahut Pangeran Pati cepat.

Berdesir dada Ki Rangga mendengar ucapan Pangeran Pati itu. Namun dengan cepat Ki Rangga segera menghilangkan segala syak wasangka dengan menjawab, “Sendika Pangeran. Atas pertolongan dan dikabulkannya doa hamba kepada Yang Maha Agung, hamba masih diberi keselamatan sampai saat ini.”

Pangeran Pati sejenak menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-angguk kecil. Setelah terdiam beberapa saat, barulah Pangeran Pati mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat jantung Ki Rangga berpacu kencang kembali.

“Bagiamanakah selanjutnya nasib Rara Anjani? Apakah Ki Rangga jadi membawanya ke Menoreh?”

“Ampun Pangeran,” jawab Ki Rangga sambil beringsut dari duduknya setapak, “Setelah kedua gurunya tewas, sebenarnya hamba mengira Rara Anjani akan bela pati, namun ternyata Rara Anjani merasa bersyukur telah terbebas dari cengkeraman kedua gurunya,” Ki Rangga berhenti sejenak untuk sekedar membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba saja menjadi kering. Lanjutnya kemudian, “Mohon beribu ampun Pangeran, setelah mengetahui keadaan Rara Anjani yang sebenarnya, hamba telah memberikan kebebasan kepadanya untuk memilih sendiri masa depannya dengan pertimbangan bahwa  Rara Anjani sama sekali tidak terlibat dengan pemberontakan di Panaraga.”

Kembali calon pewaris tahta Mataram itu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Ki Rangga. Namun pertanyaan selanjutnya telah membuat jantung Ki Rangga yang sudah agak tenang itu melonjak-lonjak kembali.

“Menurut pengakuan Rara Anjani, dia lebih memilih mengikuti Ki Rangga ke Menoreh,” berkata Pangeran Pati selanjutnya, “Apakah keberatan Ki Rangga yang sebenanya jika Rara Anjani memang berkeinginan untuk menjadi bagian dari keluarga Ki Rangga di Menoreh?”

Sampai disini Ki Rangga benar-benar tidak mampu untuk menjawab. Berbagai pertimbangan memang bergolak di dalam dadanya dan ingin disampaikan kepada Pangeran Pati. Namun hati kecilnya telah mencegahnya. Ki Rangga merasa lebih baik diam saja dan menunggu titah dari Pewaris Mataram itu.

Melihat Ki Rangga hanya diam termangu tanpa menjawab pertanyaannya, Pangeran Pati pun maklum, tentu ada sesuatu yang menyebabkan Ki Rangga tidak mampu menjawab pertanyaannya.

Untuk beberapa saat suasana di ruang dalam Ndalem Kapangeranan itu menjadi sepi. Di luar lamat-lamat terdengar kentongan ditabuh dengan nada dara muluk, menunjukkan malam telah sampai kepuncaknya.

“Sudahlah Ki Rangga,” berkata Pangeran Pati kemudian, “Malam sudah semakin larut dan Ki Rangga harus beristirahat untuk mempersiapkan perjalanan besok pagi,” Pangeran Pati itu berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian “Aku mengerti jalan pikiran Ki Rangga. Memang untuk sebagian laki-laki, dengan mudahnya mereka akan mengambil selir tanpa rasa ewuh pekewuh. Namun bagi Ki Rangga mungkin akan sangat sulit untuk membagi cinta dengan perempuan lain. Tapi percayalah Ki Rangga, menyia-nyiakan sebuah cinta dan harapan yang tulus dari seorang perempuan adalah termasuk sebagian dari dosa, jika kita tidak mampu menjelaskannya secara bijak. Dan semua itu akan  menjadi sebuah penyesalan yang tiada akhirnya sepanjang  kehidupan kita nantinya.”


Kalimat demi kalimat dari Pangeran Pati itu satu demi satu bagaikan ujung sebuah  pisau bermata rangkap yang terhujam ke jantungnya perlahan-lahan. Menimbulkan rasa sakit dan pedih yang tak terperikan.

21 komentar :

  1. sangu malem minggon, jd pembaca pertama

    BalasHapus
  2. ...tadi pas akan posting...tiba tiba listrik Ki Adi dan Ki Wid padam.....

    Tak seterang hatimu ....tak seterang apa maumu...Ki RAS....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho koq tau...Ki Dik Har team cyber ya ah jadi gemetar....hehe....bukan listrik yg padam,tapi signalnya kelap kelip....hihi

      Matur nuwun sanget Mbah Man...tambah wawasan lagi kalau menyia nyiakan cinta tulus seorang wanita sangatlah berdosa....agar terindar dari dosa terpakasa harus buat woro woro..."Tolong jangan mencintaiku dengan rasa tulus karena aku tak ingin berdosa karena kurang adil"....hehehe

      Pangeran Pati koq gremet sudah menghamili malah mengungkit masa lalu...apakah Ki RAS disuruh nerusin dengan hadiah beberapa kerbau dan sawah....hihihi

      Hapus
    2. ...benar sekali Ki Adiwa...saya termasuk team cyber pencari jejak penggemar berat gudeg Mbok Pariyem....hehehe....

      Kabarnya tetangga sebelah Ki Adi sudah berhasil meng-export gudeg kaleng yang bisa awet 2 warsa tanpa diberi bumbu pengawet....

      .....tentang Pangeran Pati....ah...sudahlah....yang terpenting saya sangat terharu dan setuju dengan woro woro ..."Tolong jangan mencintaiku dengan rasa tulus karena aku tak ingin berdosa karena kurang adil"....hehehe......nek ora lali (kecuali lupo...)

      Hapus
    3. Pangeran Pati hanya menguji ilmu kekebalan Ki RAS sebelum berangkat tugas dengan Aji rumpi yang menggrigis yang langsung sasarannya jantung dan hulu hati karena kalau pakai aji gelap ngampar jantung Ki RAS telah teruji....karena Pangeran Pati takut lawan Ki RAS nanti menggunakan ilmu licik Aji ngerumpi bisik bisik tetanga...yang akan menghilangkan penalaran Ki RAS....bukan begitu Ki Dik Har.....hehehe

      Hapus
  3. Matur nuwun Mbah Man, bekal weekend ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  4. Matur nuwun mbah man. Tetap semangat membaca wedaran dan menunggu wedaran selanjutnya.

    BalasHapus
  5. Hups.....
    baru bisa sambang taman.
    matur suwun Panembahan

    BalasHapus
  6. Maturnuwun mbahman, gandeng samoun ngantuk kulo namung saget matur agengin panuwun kawula awit lontar ingkang sampun kulo sinauni ndalu.menika

    BalasHapus
  7. Matur nuwun mbah man .... malem malem mampir ternyata ada wedaran buat malam minggu .....

    Kalau benyamin malem minggu pergi ke bioskop nonton koboy, disini malem minggu mampir taman baca rontal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi pulangnya harus nginjek gituan....mendingan malam minggon di taman tidak harus nginjek gituan kalau pulang.....hehehe

      Wilujeng enjing....sedoyo

      Hapus
    2. wkwkwkwkwk Ki Adiwaswa ..... berarti muter taman harus bawa sentir biar tidak nginjek gituan ....

      salam super ki ...

      Hapus
  8. Matur nuwun Mbah_man, isuk isuk ono rontal...anjani nggawekno dengkul ki ras lemes..πŸ˜‚πŸ˜€

    BalasHapus
  9. kenapa gak bisa komen,
    Matur-nuwun mBah-Man.

    BalasHapus
  10. Balasan
    1. Sugeng ndalu Ki Iman Supardi ....monggo Ki 😊

      Hapus
  11. Sugeng ndalu sedanten ...... wedaraaan sebentaaarrrr lagi ,,,, hehehehehe mudah mudahaaaannn

    BalasHapus
  12. Riwayat pendidikan Ki Rangga Agung Sedayu sbb:

    1. Institut ilmu kejuruan Ki Sadewa - S1 dgn predikat cumlaude
    2. institut ilmu jurusan cambuk - S2 lulus cumlsude
    3. Untuk mengambil jenjang S3 jurun ilmu kudu
    3.1 Ilmu kudu kebal racun
    3.2 Ilmu kudu kebal senjata
    3.3 Ilmu Kudu bisa terbang jurusan meringan tubuh
    3.4 Ilmu kudu bisa mendengar,melihat,pangrasa dan kedapsuara
    4.Untuk mersih gelar Doctor dan Profesor
    4.1 Ilmu semu kakang pembarep adi wuragil
    4.2 Ilmu pancaran sorot mata
    4.3 Ilmu Pengangen Angen
    4.4 Ilmu pangrupak jagad

    Dan Agung Sedayu berhak menyadang gelar Prof,DR,MM,Msc,dll dan diterima kerja jadi prajurit hanya dengan pangkat Luran dan naik setingkat jadi Rangga...tapi sikapnya tetap biasa itulah kelebihan cerita yang penub makna bahkan putus cinta karena dibawa oleh penguasa tetap legowo..

    Mari kita renungkan sambil menunggu rontal selanjutnya....πŸ˜†πŸ˜†πŸ™

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.