Kamis, 12 Januari 2017

STSD 01_10

Sejenak kemudian sumber bunyi itu ternyata telah bergerak semakin menjauhi Ndalem Kapangeranan.  Ki Rangga harus meloncati pagar dan menyeberangi halaman beberapa rumah untuk mengikuti sumber bunyi itu sebelum akhirnya sampai di dinding yang membatasi Kota Mataram sebelah utara. Sumber bunyi itu agaknya memperhitungkan juga keadaan di sekitarnya dan tidak ingin mendapat kesulitan dengan para prajurit yang sedang meronda sehingga memilih jalur di luar kewajaran.

Untuk beberapa saat Ki Rangga justru diam membeku di bawah dinding. Ada sedikit keragu-raguan yang menyelinap di dalam dadanya. Tidak menutup kemungkinan bahaya sedang mengintainya di balik dinding.

Namun anggapan itu segera ditepisnya sendiri. Dengan mengetrapkan aji sapta pangrungu, Ki Rangga mencoba meraba apa yang sedang terjadi di balik dinding. Sementara sumber bunyi itu justru telah berhenti dan tidak terdengar lagi.

Dengan dada yang berdebaran  Ki Rangga semakin mempertajam pengetrapkan aji sapta pangrungunya untuk menelisik keadaan di balik dinding.  Namun yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan Ki Rangga. Pendengarannya yang sangat tajam justru menangkap langkah-langkah yang sangat halus nyaris tak terdengar dari arah belakangnya.

Dengan segera Ki Rangga menghilang di balik sebuah gerumbul perdu yang banyak tumbuh di sekitar dinding.

“Ki Waskita,” desis Ki Rangga dalam hati begitu melihat bayangan seorang tua yang berjalan mendekati dinding. Hampir saja Ki Rangga menampakkan dirinya, namun dengan segera niat itu diurungkannya.    

Untuk beberapa saat Ki Waskita masih termangu-mangu di bawah dinding. Namun setelah yakin tidak ada suatu gerakan pun yang didengarnya dari balik dinding, Ki Waskita pun segera bergerak meloncatinya.

Sejenak kemudian bayangan ayah Rudita itu pun segera menghilang di balik dinding.

“Agaknya Ki Waskita pun mengenali isyarat itu,” berkata Ki Rangga dalam hati sambil perlahan-lahan muncul dari balik gerumbul. Dengan tetap mengetrapkan aji sapta pangrungunya, Ki Rangga pun akhirnya memutuskan untuk menyusul Ki Waskita.

Demikianlah, dengan tanpa sepengetahuan orang yang telah dianggap sebagai gurunya selain Kiai Gringsing itu, Ki Rangga mengikuti langkah-langkah Ki Waskita menyusuri sebuah bulak yang cukup panjang. Sementara sumber bunyi itu sudah terdengar lagi namun sudah cukup jauh di depan.

Untuk beberapa saat Ki Rangga harus berjalan di bawah tanggul di kiri jalan. Tanggul itu cukup tinggi sehingga jika dengan tiba-tiba Ki Waskita berpaling ke belakang, ada kesempatan bagi Ki Rangga untuk melekatkan dirinya di dinding tanggul.

“Apakah tidak sebaiknya aku menampakkan diriku saja?” berkata Ki Rangga dalam hati, “Tidak sepatutnya aku bersembunyi dari Ki Waskita, orang yang telah memberiku kesempatan untuk membaca dan mempelajari kitabnya.”

Berpikir sampai disitu, Ki Rangga segera mempercepat langkahnya dengan tanpa menyembunyikan lagi bunyi yang ditimbulkan dari gerakan tubuhnya.

Agaknya Ki Waskita pun segera mendengar langkah tergesa-gesa di belakangnya. Ketika Ki Waskita pun kemudian berpaling ke belakang, seraut wajah yang sudah sangat dikenalnya telah tersenyum sambil mempercepat langkah menuju ke tempatnya.

“Engkau ngger?” sapa Ki Waskita juga sambil tersenyum.

“Ya Ki Waskita,” jawab Ki Rangga sambil menjajari langkah Ki Waskita, “Agaknya kita mempunyai tujuan yang sama.”

“Ya ngger,” jawab Ki Waskita, “Suara itu sangat menarik perhatian. Dulu aku pernah melakukan hal yang serupa dan ternyata dugaanku benar, gurumu sangat tertarik dengan suara isyaratku itu dan telah mendatangi ke tempat aku menunggu.”

Ki Rangga mengerutkan keningnya. Gurunya tidak pernah bercerita tentang peristiwa itu. Maka tanyanya kemudian, “Bagaimana Ki Waskita bisa mengetahui tentang isyarat itu? Bukankah Ki Waskita dan guru bukan berasal dari satu sumber?”

“Engkau benar ngger,” jawab Ki Waskita, “Kami memang bukan saudara seperguruan, namun isyarat itu memang telah digunakan bersama oleh orang-orang yang berkepentingan dalam menegakkan Demak sepeninggal Majapahit.”

Tak terasa langkah mereka berdua hampir mencapai tengah-tengah bulak ketika tiba-tiba saja suara desis yang mirip dengan desis seekor ular itu berhenti.

“Suara itu berhenti, Ki,” bisik Ki Rangga sambil memperlambat langkahnya.

“Ya, ngger. Suara itu telah berhenti,” jawab Ki Waskita. Kemudian sambil menunjuk ke depan, Ki waskita melanjutkan, “Lihatlah, di depan ada seseorang yang sedang menunggu kita.”

Pandangan mata Ki Rangga yang tajam segera saja mengenali seseorang yang berperawakan tinggi sedang berdiri di tengah jalan sambil bertolak pinggang beberapa puluh tombak di depan mereka.

Dalam pada itu di Ndalem Kapangeranan, Rara Anjani telah keluar dari biliknya. Dengan tergesa-gesa dia menuju ke dapur. Namun alangkah terkejutnya Rara Anjani, begitu dia membuka pintu dapur yang terhubung dengan ruang tengah, tampak pelayan tua itu sedang duduk terkantuk-kantuk di bibir  amben bambu yang terletak di sudut dapur.

“Mbok,” sapa Rara Anjani, “Mengapa belum tidur?”

Perempuan tua itu terkejut dan berpaling. Sambil mengusap kedua matanya dia menyahut, “O, Rara kiranya. Aku menunggu titah Pangeran jika ada sesuatu yang diperlukan.”

Rara Anjani tersenyum. Katanya kemudian, “Tidurlah mbok. Malam telah larut. Aku kira Pangeran Pati tidak membutuhkan apa-apa lagi.”

Sejenak pelayan tua itu memandangi Rara Anjani tanpa berkedip. Katanya kemudian, “Nah, Rara sendiri mau kemana malam-malam begini?”

“Aku akan ke pakiwan sebentar, mbok?”

“Mengapa tidak memakai pakiwan yang  ada di dalam?”

“Aku terbiasa dengan pakiwan yang berada di halaman belakang mbok,” jawab Rara Anjani sambil melangkah menuju pintu keluar.

“Bawalah dlupak Rara, diluar sangat gelap.”

“Tidak mbok, terima kasih. Aku sudah terbiasa melihat dalam gelap.”


Pelayan tua itu hanya dapat menarik nafas dalam-dalam sambil memandangi bayangan Rara  Anjani yang hilang di balik pintu.

52 komentar :

  1. Matur nuwun Mbah_Man....
    Rara Anjani nopo badhé nyusul Ki RAS?

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah...
    Matur suwun Panembahan.

    BalasHapus
  3. Pertemuan yang mengharukan antara RAS dengan Kyai Gringsing, begitu sepertinya...dan semoga.....
    Maturnuwun Panembahan...

    BalasHapus
  4. Ternyata, ada wedaran. Matur nuwun mbah man.

    BalasHapus
  5. Matur nuwun sanget Mbah Man ... wedaran tombo penasaran sudah datang .... makin naik penasarannya .... makin buat deg deg plass ...

    Dipun tenggo lanjutanipun Mbah Man ....

    BalasHapus
  6. Guruuuuu.....!!! Huhuhu....cep..cep...sudahlah, malu dengan sepasang mata bola yang sedang mengintip dibalik pohon beringin....Anjani!!!... keluarlah disini tidak ada pakiwan...

    Anjaniiiii......kakang Sedayuuuuùu ....hiks...hiks..hiks
    samtiingininyurais...donkraytunait....
    donworibehepi ...plissss...

    Mari kita ucapkan matur nuwun sanget pada Mbah Man atas pertemuan ini ....hiks...hiks...🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. Matur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya.... sehat selalu.

    BalasHapus
  8. Matur nuwun mbah....
    Waduh Anjani mau ngapain ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau apa kira kira ya Ki Tunjungtirto ? Mau bikin penasaran yang pasti Ki ....

      Hapus
    2. ...Anjani mau pesan gudeg Yu Siyem ...yang dulu mangkal di halaman pojok Timur Harian KR.....

      ....salam kagem penerusnya Bapak Wonohito....

      Hapus
    3. hehehe sekarang depan KR yang mangkal angkringan pak jabrik ya Ki DikHar ...

      Hapus
    4. Kalau Ki DP angkringane di Pendopo ndalem khusus orang ganteng dan gagah dan bergelar Roro...kulo cekap di angkringan Lek Man kumpulane gojek online ...nyerudut kopine seng legendaris....hihihi

      Hapus
    5. Ya nggih mboten lah Ki Adiwaswa .... mboten wonten pembedaan pembedaan to ,,, sami sami nenggo wedaran dengan sabar dan semangat ....

      Hapus
    6. .....nggih Ki DP.....Angkringan pak Jabrik kedahipun mapan "berdampingan" kalih warung kopi angkringan Lek Man......

      Njeng sonten kula usulake.....cocok kagem tamba arip.......resto angkringan....rasa dan selera interlokal......pun, pokoke resto prekawis rasa racikan bintang tujuh kawon.....

      geng siang....hehehe

      Hapus
    7. Ngapunten Ki DP njih setuju👍🙏🙏

      ... perbedaan itu sebenarnya indah karena merupakan kembang kehidupan dan sangat mesra kalau kita hayati...karena perbedaan ada atas kehendakNYA, Sang Maha Pencipta....

      Ki Dik Har akan membuka resto racikan bintang tujuh...khusus pengunjung yang sedang sakit kepala...hebehelm...helm...sreet mblayuuu...

      Hapus
    8. woro woro...nembe mawon kula tapak jempol deklarasi kesepakatan angkringan bintang tujuh Ki....

      ...angkringan ndalem ageng cocok kagem ngrahapi dahar siang watawis bakdo tabuh bedug wayah tengange....taripipun sangat merakyat...garang aseme ...wah buanget.

      ....angkringan pak Jabrik ngajeng harian KR. cocok ngrahapi daharan sekul macan ngiras mbungkus kangge sangu nglembur ngrantos wedaran saking Mbah_Man, bikaipun bakda Mahrib...

      ......angkringan kopi jooosss lek Man, pitulas tombak saking statsiun sepur klutuk, bikak bakda peksi emprit wangsul saking neba...ngantos tabuh telu jago kluruk. Paling cocok dipun rahapi anget anget...langsung di tempat...pas tabuh dara muluk...

      ...mangga...mangga... Ki DP., Ki PA...Ki Hrg...Nyi Rien...saha para ca/men ingkang kersa...kula rantos sesarengan Ki Adiwa wonten Tugu Putih bakdo tabuh bedug tengangge....

      .....Ki Adiwa sampun mborong tiket transjojga....

      ....hehehe....

      Hapus
    9. Via Anjani Tour keliling Jogya gratis numpak bis kawin sopirne Ki Bango Lamatan.....hehehe ngapunten Ki Dik Har🙏🙏

      Hapus
  9. matur nuwun mbah-man, betul2 semakin mendebarkan ontran2 apalagi yang akan dimasukkan dalam ceritera ini.

    BalasHapus
  10. Matur nuwun Mbah Man ..... serba misterius !

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...mudah mudahan tebakan saya kali ini tepat Ki MJ....

      ....tokoh yang berperawakan tinggi, ganteng , gagah ,....dan sering mecungul tepat pada saat kentongan dara muluk berbunyi....itu tentu Ki DP.......

      ...hehehe...ngapuntene Ki.....

      Hapus
    2. hahahahahahaha sanes kulo ki DikHar, leres sanes kulo hehehehe ... mbok menawi Ki Adiwaswa Ki ...

      Hapus
    3. Weh...sanes kulo Ki DP...panjenengan seng coucok..leres tenan Ki DP menurut pantauan cctv ne....

      Hapus
    4. hehehehehe cctv ne salahhhh mestiii

      Hapus
    5. ...sanes info saking cctv Ki ....ananging info saking nyanyian angin pagi...lembut...sejuk....damai....menenteramkan...

      Hapus
    6. wuihhhh angin semilir ... dingin .... nguantuuukkk ....

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. terus semangat mengikuti Mbah Man, semoga diberi limpahan kesehatan untuk menghibur para camen

    BalasHapus
  13. terus semangat mengikuti Mbah Man, semoga diberi limpahan kesehatan untuk menghibur para camen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siji maneh..dpt hadiah payung

      Hapus
    2. ...payung agung napa payung pantasi Ki Mas Aryo...???

      ...karuane olehe temandang....

      ....hihihi....

      Hapus
    3. Berikut gantungan kunci bentuk hati dari Anjanitour sponsor utama...hehehe

      Hapus
    4. karena ada sponsor dari Anjani Tour maka selain dapat payung dan gantungan kunci masih dapat lagi free tour ke gandhok gagakseta naik sepur kluthuk Ki mbolak mbalik ke taman bacaan .....

      Hapus
  14. Matur nuwun Mbah_man.... Sopo kui...😉

    BalasHapus
  15. Balasan
    1. ...nggih Ki BK.....menapa bade matur manawi sampun kangen dipun paringi wedaran malih???...nek matur Mbah_Man ora pareng ragu - ragu .....

      ...hehehe....ngapuntene Mbah_Man....

      Hapus
    2. kulo matur Mbah Man....
      Matur suwun....

      Hapus
  16. Malem jumat nganti malem minggu nglangut

    BalasHapus
  17. Malem jumat nganti malem minggu nglangut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siji malih....dapat bertemu Rara Anjani hadiahne...hehe

      Hapus
    2. Sampun Senin meniko KangMas Aryo .... tetep nglangut berarti Nggih .....

      Sabaaaar semangat bareng supaya nggak nglangut kita muter taman numpak sepur kluthuk mas satpam ... wkwkwkwk

      Hapus
  18. Sugeng dalu can/men....mesakke anjani....

    BalasHapus
  19. Hadir,Senin ke 3 Januari ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  20. semangaaaat ,,, tetep sabaaar ... tetep mendoakan Mbah Man tetep sehat....

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.