Sejenak kemudian sumber
bunyi itu ternyata telah bergerak semakin menjauhi Ndalem Kapangeranan. Ki Rangga harus meloncati pagar dan
menyeberangi halaman beberapa rumah untuk mengikuti sumber bunyi itu sebelum
akhirnya sampai di dinding yang membatasi Kota Mataram sebelah utara. Sumber bunyi
itu agaknya memperhitungkan juga keadaan di sekitarnya dan tidak ingin mendapat
kesulitan dengan para prajurit yang sedang meronda sehingga memilih jalur di
luar kewajaran.
Untuk beberapa saat Ki
Rangga justru diam membeku di bawah dinding. Ada sedikit keragu-raguan yang
menyelinap di dalam dadanya. Tidak menutup kemungkinan bahaya sedang
mengintainya di balik dinding.
Namun anggapan itu segera
ditepisnya sendiri. Dengan mengetrapkan aji sapta pangrungu, Ki Rangga mencoba
meraba apa yang sedang terjadi di balik dinding. Sementara sumber bunyi itu justru
telah berhenti dan tidak terdengar lagi.
Dengan dada yang berdebaran Ki Rangga semakin mempertajam pengetrapkan aji
sapta pangrungunya untuk menelisik keadaan di balik dinding. Namun yang terjadi kemudian sungguh diluar
dugaan Ki Rangga. Pendengarannya yang sangat tajam justru menangkap
langkah-langkah yang sangat halus nyaris tak terdengar dari arah belakangnya.
Dengan segera Ki Rangga
menghilang di balik sebuah gerumbul perdu yang banyak tumbuh di sekitar
dinding.
“Ki Waskita,” desis Ki
Rangga dalam hati begitu melihat bayangan seorang tua yang berjalan mendekati dinding. Hampir saja Ki Rangga menampakkan dirinya, namun dengan
segera niat itu diurungkannya.
Untuk beberapa saat Ki
Waskita masih termangu-mangu di bawah dinding. Namun setelah yakin tidak ada
suatu gerakan pun yang didengarnya dari balik dinding, Ki Waskita pun segera
bergerak meloncatinya.
Sejenak kemudian bayangan
ayah Rudita itu pun segera menghilang di balik dinding.
“Agaknya Ki Waskita pun
mengenali isyarat itu,” berkata Ki Rangga dalam hati sambil perlahan-lahan
muncul dari balik gerumbul. Dengan tetap mengetrapkan aji sapta pangrungunya,
Ki Rangga pun akhirnya memutuskan untuk menyusul Ki Waskita.
Demikianlah, dengan tanpa
sepengetahuan orang yang telah dianggap sebagai gurunya selain Kiai Gringsing
itu, Ki Rangga mengikuti langkah-langkah Ki Waskita menyusuri sebuah bulak yang
cukup panjang. Sementara sumber bunyi itu sudah terdengar lagi namun sudah cukup
jauh di depan.
Untuk beberapa saat Ki
Rangga harus berjalan di bawah tanggul di kiri jalan. Tanggul itu cukup tinggi
sehingga jika dengan tiba-tiba Ki Waskita berpaling ke belakang, ada kesempatan
bagi Ki Rangga untuk melekatkan dirinya di dinding tanggul.
“Apakah tidak sebaiknya aku
menampakkan diriku saja?” berkata Ki Rangga dalam hati, “Tidak sepatutnya aku
bersembunyi dari Ki Waskita, orang yang telah memberiku kesempatan untuk membaca
dan mempelajari kitabnya.”
Berpikir sampai disitu, Ki
Rangga segera mempercepat langkahnya dengan tanpa menyembunyikan lagi bunyi
yang ditimbulkan dari gerakan tubuhnya.
Agaknya Ki Waskita pun
segera mendengar langkah tergesa-gesa di belakangnya. Ketika Ki Waskita pun
kemudian berpaling ke belakang, seraut wajah yang sudah sangat dikenalnya telah
tersenyum sambil mempercepat langkah menuju ke tempatnya.
“Engkau ngger?” sapa Ki
Waskita juga sambil tersenyum.
“Ya Ki Waskita,” jawab Ki
Rangga sambil menjajari langkah Ki Waskita, “Agaknya kita mempunyai tujuan yang
sama.”
“Ya ngger,” jawab Ki
Waskita, “Suara itu sangat menarik perhatian. Dulu aku pernah melakukan hal
yang serupa dan ternyata dugaanku benar, gurumu sangat tertarik dengan suara
isyaratku itu dan telah mendatangi ke tempat aku menunggu.”
Ki Rangga mengerutkan
keningnya. Gurunya tidak pernah bercerita tentang peristiwa itu. Maka tanyanya
kemudian, “Bagaimana Ki Waskita bisa mengetahui tentang isyarat itu? Bukankah Ki
Waskita dan guru bukan berasal dari satu sumber?”
“Engkau benar ngger,” jawab
Ki Waskita, “Kami memang bukan saudara seperguruan, namun isyarat itu memang
telah digunakan bersama oleh orang-orang yang berkepentingan dalam menegakkan Demak
sepeninggal Majapahit.”
Tak terasa langkah mereka
berdua hampir mencapai tengah-tengah bulak ketika tiba-tiba saja suara desis yang
mirip dengan desis seekor ular itu berhenti.
“Suara itu berhenti, Ki,”
bisik Ki Rangga sambil memperlambat langkahnya.
“Ya, ngger. Suara itu telah
berhenti,” jawab Ki Waskita. Kemudian sambil menunjuk ke depan, Ki waskita
melanjutkan, “Lihatlah, di depan ada seseorang yang sedang menunggu kita.”
Pandangan mata Ki Rangga
yang tajam segera saja mengenali seseorang yang berperawakan tinggi sedang
berdiri di tengah jalan sambil bertolak pinggang beberapa puluh tombak di depan
mereka.
Dalam pada itu di Ndalem
Kapangeranan, Rara Anjani telah keluar dari biliknya. Dengan tergesa-gesa dia
menuju ke dapur. Namun alangkah terkejutnya Rara Anjani, begitu dia membuka
pintu dapur yang terhubung dengan ruang tengah, tampak pelayan tua itu sedang
duduk terkantuk-kantuk di bibir amben
bambu yang terletak di sudut dapur.
“Mbok,” sapa Rara Anjani, “Mengapa
belum tidur?”
Perempuan tua itu terkejut
dan berpaling. Sambil mengusap kedua matanya dia menyahut, “O, Rara kiranya. Aku
menunggu titah Pangeran jika ada sesuatu yang diperlukan.”
Rara Anjani tersenyum. Katanya
kemudian, “Tidurlah mbok. Malam telah larut. Aku kira Pangeran Pati tidak
membutuhkan apa-apa lagi.”
Sejenak pelayan tua itu
memandangi Rara Anjani tanpa berkedip. Katanya kemudian, “Nah, Rara sendiri mau
kemana malam-malam begini?”
“Aku akan ke pakiwan
sebentar, mbok?”
“Mengapa tidak memakai
pakiwan yang ada di dalam?”
“Aku terbiasa dengan pakiwan
yang berada di halaman belakang mbok,” jawab Rara Anjani sambil melangkah
menuju pintu keluar.
“Bawalah dlupak Rara, diluar
sangat gelap.”
“Tidak mbok, terima kasih. Aku
sudah terbiasa melihat dalam gelap.”
Pelayan tua itu hanya dapat
menarik nafas dalam-dalam sambil memandangi bayangan Rara Anjani yang hilang di balik pintu.
Matur nuwun Mbah_Man....
BalasHapusRara Anjani nopo badhé nyusul Ki RAS?
Alhamdulillah...
BalasHapusMatur suwun Panembahan.
Pertemuan yang mengharukan antara RAS dengan Kyai Gringsing, begitu sepertinya...dan semoga.....
BalasHapusMaturnuwun Panembahan...
Ternyata, ada wedaran. Matur nuwun mbah man.
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man ... wedaran tombo penasaran sudah datang .... makin naik penasarannya .... makin buat deg deg plass ...
BalasHapusDipun tenggo lanjutanipun Mbah Man ....
Guruuuuu.....!!! Huhuhu....cep..cep...sudahlah, malu dengan sepasang mata bola yang sedang mengintip dibalik pohon beringin....Anjani!!!... keluarlah disini tidak ada pakiwan...
BalasHapusAnjaniiiii......kakang Sedayuuuuùu ....hiks...hiks..hiks
samtiingininyurais...donkraytunait....
donworibehepi ...plissss...
Mari kita ucapkan matur nuwun sanget pada Mbah Man atas pertemuan ini ....hiks...hiks...🙏🙏🙏
Matur nuwun mbah Man
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, atas wedarannya.... sehat selalu.
BalasHapusMatur nuwun mbah....
BalasHapusWaduh Anjani mau ngapain ya?
Mau apa kira kira ya Ki Tunjungtirto ? Mau bikin penasaran yang pasti Ki ....
HapusBetul Ki DP
HapusBikin penasaran
...Anjani mau pesan gudeg Yu Siyem ...yang dulu mangkal di halaman pojok Timur Harian KR.....
Hapus....salam kagem penerusnya Bapak Wonohito....
hehehe sekarang depan KR yang mangkal angkringan pak jabrik ya Ki DikHar ...
HapusKalau Ki DP angkringane di Pendopo ndalem khusus orang ganteng dan gagah dan bergelar Roro...kulo cekap di angkringan Lek Man kumpulane gojek online ...nyerudut kopine seng legendaris....hihihi
HapusYa nggih mboten lah Ki Adiwaswa .... mboten wonten pembedaan pembedaan to ,,, sami sami nenggo wedaran dengan sabar dan semangat ....
Hapus.....nggih Ki DP.....Angkringan pak Jabrik kedahipun mapan "berdampingan" kalih warung kopi angkringan Lek Man......
HapusNjeng sonten kula usulake.....cocok kagem tamba arip.......resto angkringan....rasa dan selera interlokal......pun, pokoke resto prekawis rasa racikan bintang tujuh kawon.....
geng siang....hehehe
Ngapunten Ki DP njih setuju👍🙏🙏
Hapus... perbedaan itu sebenarnya indah karena merupakan kembang kehidupan dan sangat mesra kalau kita hayati...karena perbedaan ada atas kehendakNYA, Sang Maha Pencipta....
Ki Dik Har akan membuka resto racikan bintang tujuh...khusus pengunjung yang sedang sakit kepala...hebehelm...helm...sreet mblayuuu...
woro woro...nembe mawon kula tapak jempol deklarasi kesepakatan angkringan bintang tujuh Ki....
Hapus...angkringan ndalem ageng cocok kagem ngrahapi dahar siang watawis bakdo tabuh bedug wayah tengange....taripipun sangat merakyat...garang aseme ...wah buanget.
....angkringan pak Jabrik ngajeng harian KR. cocok ngrahapi daharan sekul macan ngiras mbungkus kangge sangu nglembur ngrantos wedaran saking Mbah_Man, bikaipun bakda Mahrib...
......angkringan kopi jooosss lek Man, pitulas tombak saking statsiun sepur klutuk, bikak bakda peksi emprit wangsul saking neba...ngantos tabuh telu jago kluruk. Paling cocok dipun rahapi anget anget...langsung di tempat...pas tabuh dara muluk...
...mangga...mangga... Ki DP., Ki PA...Ki Hrg...Nyi Rien...saha para ca/men ingkang kersa...kula rantos sesarengan Ki Adiwa wonten Tugu Putih bakdo tabuh bedug tengangge....
.....Ki Adiwa sampun mborong tiket transjojga....
....hehehe....
Via Anjani Tour keliling Jogya gratis numpak bis kawin sopirne Ki Bango Lamatan.....hehehe ngapunten Ki Dik Har🙏🙏
Hapussiaaap mampirr
Hapusmatur nuwun mbah-man, betul2 semakin mendebarkan ontran2 apalagi yang akan dimasukkan dalam ceritera ini.
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man ..... serba misterius !
BalasHapus...mudah mudahan tebakan saya kali ini tepat Ki MJ....
Hapus....tokoh yang berperawakan tinggi, ganteng , gagah ,....dan sering mecungul tepat pada saat kentongan dara muluk berbunyi....itu tentu Ki DP.......
...hehehe...ngapuntene Ki.....
hahahahahahaha sanes kulo ki DikHar, leres sanes kulo hehehehe ... mbok menawi Ki Adiwaswa Ki ...
HapusWeh...sanes kulo Ki DP...panjenengan seng coucok..leres tenan Ki DP menurut pantauan cctv ne....
Hapushehehehehe cctv ne salahhhh mestiii
Hapus...sanes info saking cctv Ki ....ananging info saking nyanyian angin pagi...lembut...sejuk....damai....menenteramkan...
Hapuswuihhhh angin semilir ... dingin .... nguantuuukkk ....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man.
BalasHapusterus semangat mengikuti Mbah Man, semoga diberi limpahan kesehatan untuk menghibur para camen
BalasHapusterus semangat mengikuti Mbah Man, semoga diberi limpahan kesehatan untuk menghibur para camen
BalasHapusSiji maneh..dpt hadiah payung
Hapus...payung agung napa payung pantasi Ki Mas Aryo...???
Hapus...karuane olehe temandang....
....hihihi....
Berikut gantungan kunci bentuk hati dari Anjanitour sponsor utama...hehehe
Hapuskarena ada sponsor dari Anjani Tour maka selain dapat payung dan gantungan kunci masih dapat lagi free tour ke gandhok gagakseta naik sepur kluthuk Ki mbolak mbalik ke taman bacaan .....
HapusMatur nuwun Mbah_man.... Sopo kui...😉
BalasHapusmatur nuwun mbah-Man
BalasHapusmatur nuwun mbah-Man
BalasHapusMatur nuwun panembahan..
BalasHapusKulo matur Mbah Man ....
BalasHapus...nggih Ki BK.....menapa bade matur manawi sampun kangen dipun paringi wedaran malih???...nek matur Mbah_Man ora pareng ragu - ragu .....
Hapus...hehehe....ngapuntene Mbah_Man....
kulo matur Mbah Man....
HapusMatur suwun....
Malem jumat nganti malem minggu nglangut
BalasHapusMalem jumat nganti malem minggu nglangut
BalasHapusSiji malih....dapat bertemu Rara Anjani hadiahne...hehe
HapushI hi hi ....
HapusSampun Senin meniko KangMas Aryo .... tetep nglangut berarti Nggih .....
HapusSabaaaar semangat bareng supaya nggak nglangut kita muter taman numpak sepur kluthuk mas satpam ... wkwkwkwk
Sugeng dalu can/men....mesakke anjani....
BalasHapusHadir,Senin ke 3 Januari ..... tetap semangat !
BalasHapussemangaaaat ,,, tetep sabaaar ... tetep mendoakan Mbah Man tetep sehat....
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus