Ki Waskita mengangguk-anggukkan
kepalanya diikuti oleh yang lainnya.
“Apakah angger mempunyai dugaan
siapakah yang dimaksud dengan Raden Mas Harya Surengpati?” bertanya Ki Waskita
kemudian setelah sejenak mereka terdiam, “Sewaktu masih di atas tanggul tadi,
orang berjambang itu telah menyebut namanya.”
Ki Rangga menggeleng. Jawabnya
kemudian, “Mungkin banyak orang yang mengaku masih kerabat dekat dengan Sekar
Seda Lepen dan bergabung dengan kelompok itu. Namun aku yakin bahwa
mereka masing-masing mempunyai pamrih pribadi yang lebih kuat dibanding dengan apa yang mereka sebut sebagai sebuah perjuangan itu.”
Kembali Ki Waskita mengangguk-anggukkan
kepalanya dan diikuti oleh yang lainnya.
“Kita harus membuat hubungan
terlebih dahulu dengan para petugas sandi sebelum memasuki Perdikan Matesih,”
berkata Ki Rangga selanjutnya, “Kita tidak tahu apakah pengaruh kelompok
orang-orang yang menyebut dirinya pengikut
Trah Sekar Seda Lepen itu telah merambah sampai ke Perdikan Matesih.”
“Kemungkinan itu ada ngger,” sahut Ki Waskita, “ Tanah Perdikan Matesih
letaknya tidak jauh di sebelah barat gunung Tidar. Tidak menutup kemungkinan
ada sebagian penduduk terutama para pemudanya yang menjadi murid perguruan
Sapta Dhahana.”
“Dan perguruan Sapta Dhahana
menurut keterangan para petugas sandi telah menjalin hubungan dengan Trah
Sekar Seda Lepen,” Ki Jayaraga yang berkuda di belakang Ki Rangga menyahut.
Ki Rangga menarik nafas
dalam-dalam. Katanya kemudian, “Menilik pengaruh para pengikut Trah Sekar Seda
Lepen sudah sampai di padukuhan Salam dan sekitarnya, kuat dugaanku Perdikan
Matesih pun tidak luput dari pengaruh itu.”
“Jadi bagaimana kakang?”
Glagah Putih yang sedari tadi hanya diam saja tidak mampu lagi menahan hati, “Apakah
kita akan tetap bermalam di Perdikan Matesih?”
“Seperti yang telah aku
katakan tadi, kita membuat hubungan dengan para petugas sandi terlebih dahulu,”
jawab Ki Rangga kemudian, “Petugas sandi yang terdekat berada di padukuhan
Klangon.”
Glagah Putih mengangguk-anggukkan
kepalanya mendengar keterangan kakak sepupunya itu. Sementara yang lainnya pun telah ikut mengangguk-angguk pula.
Demikianlah sejenak kemudian
mereka segera memacu kuda masing-masing menyusuri bulak yang cukup panjang itu
sebelum mencapai hutan kecil di pinggir padukuhan Ngadiluwih.
Dalam pada itu, orang
berjambang dan kedua kawannya sedang memacu kuda-kuda mereka keluar pintu gerbang
padukuhan Ngadiluwih. Setelah melewati sebuah bulak pendek, mereka akan
memasuki sebuah padukuhan kecil yang selama ini mereka pergunakan sebagai
tempat tinggal sementara, padukuhan Salam.
Perjalanan itu hanya
memerlukan waktu yang sangat pendek. Ketika pintu gerbang padukuhan yang sangat
sederhana telah mereka lalui, orang berjambang beserta kedua kawannya itu
segera mengambil jalur ke kanan menyusuri sebuah jalan setapak.
Tidak banyak yang
memperhatikan jalan setapak itu. Sebuah jalan setapak yang menembus pategalan
yang sangat luas. Di kanan kiri jalan setapak itu tumbuh beberapa jenis
pepohonan yang berkayu keras. Beberapa gerombol pohon pisang juga tampak tumbuh
di beberapa tempat di sepanjang jalur jalan setapak itu.
“Ki Lurah pasti akan terkejut melihat hasil
kerja kita hari ini,” berkata orang berjambang itu kepada kedua kawannya yang
berkuda di belakangnya, “Matahari baru mendekati puncaknya, namun
kita sudah pulang dengan membawa hasil yang sedemikian banyaknya.”
Kedua kawannya tidak
menyahut dan hanya mengangguk-anggukkan kepala mereka. Tanpa sadar salah seorang
telah mendongakkan wajahnya ke langit. Di sela-sela rimbunnya dedaunan, tampak
Matahari memang belum sampai pada puncaknya.
Untuk beberapa saat mereka
masih menyusuri jalan setapak di pinggir pategalan yang tidak terurus itu. Kelihatannya
pemilik pategalan itu sudah lama tidak menengoknya dan dibiarkan saja semak
belukar tumbuh subur di pategalan itu. Namun ketiga orang itu sama sekali tidak
menaruh perhatian terhadap keadaan di sekeliling mereka. Masing-masing sedang berangan-angan untuk
mendapatkan hadiah dari pemimpin mereka
serta di masa mendatang akan lebih dipercaya untuk melaksanakan tugas yang
lebih besar.
Semakin lama jalan setapak
yang mereka lalui semakin sempit sehingga mereka harus berkuda berurutan. Setelah
melewati sebuah pohon randu yang batangnya sebesar hampir dua pelukan orang
dewasa, mereka pun kemudian berbelok ke kiri dan melalui jalan setapak yang
mulai menurun.
“Kita hampir sampai,”
berkata orang berjambang itu sambil berpaling sekilas ke belakang, “Aku tidak
bisa membayangkan wajah Ki Lurah yang akan terheran-heran melihat hasil kerja
kita hari ini.”
Kawannya yang bertubuh
pendek dan berkuda tepat di belakangnya tersenyum mendengar angan-angan orang
berjambang itu. Tanpa sadar tubuhnya agak membungkuk ke depan sambil tangan
kirinya meraba kantong besar yang tersangkut di pelana kudanya.
Namun alangkah terkejutnya
orang yang bertubuh pendek itu. Jantungnya bagaikan berhenti berdetak dengan
tiba-tiba. Tangan kirinya yang meraba kantong itu tidak menemukan sesuatu
apapun. Dicobanya sekali lagi untuk meremas-remas kantong itu, namun hasilnya
tetap sama. Kantong itu sama sekali kosong dan tidak ada isinya.
“Kakang..!” terdengar
suaranya gemetar memanggil orang berjambang di depannya.
Orang berjambang itu
mengerutkan keningnya sambil menoleh. Tanyanya kemudian, “Ada apa?”
“Kantong itu..” orang
bertubuh pendek itu tidak mampu menyelesaikan kata-katanya. Dadanya rasa-rasanya
telah pepat seolah tertimbun bebatuan yang longsor dari puncak bukit.
Matur suwun Mbah Man....
BalasHapusMatur nuwun mbah Man
BalasHapusKantong itu ..... bolong...
BalasHapusApa yg akan para begundal perampok itu saat barang bawaan hasil rampokan mereka tak ada secuil barang pun .....
BalasHapusKsuwun Mbah Man
Apa yg akan para begundal perampok itu saat barang bawaan hasil rampokan mereka tak ada secuil barang pun .....
BalasHapusKsuwun Mbah Man
ki waskita emang usil...hahaha
BalasHapusMatur suwun mBah
BalasHapusNunggu doubelan maneh
hehehehe setujuuuu
HapusMatur nuwun sanget Mbah Man wedaranipun ..... menunggu lanjutannya ....
BalasHapusMakanya jangan berangan2 dulu. Itulah hasilnya.
BalasHapusMakanya jangan berangan2 dulu. Itulah hasilnya.
BalasHapusBelum kenal mereka siapa Ki waskita. Tertipu kan? Untung saja ilmu itu tdk ada pewarisnya, kalau ada....
BalasHapusMatur nuwun Mbah_Man.
Matur nuwun Mbah Man .....
BalasHapusWah, ada bonus, maturnuwun . . . .
BalasHapuswuah politik e elok tenan, sanepane "sapa main politik bakal mangan pepesan kosong"
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man, jian mantep ki waskito sulap'e....hehe
BalasHapusWonten malih mbah rontalipun...? Hehe(maunya...)
Matur-nuwun mBah-Man, sugeng sonten.
BalasHapusMatur nuwun sanget wedaranipun Mbah Man. Mugi2 MBah Man tansah kaparingan kasarasan lan kabagyan sareng kulawarga. Aamiin
BalasHapusMatur nuwun sanget wedaranipun Mbah Man. Mugi2 MBah Man tansah kaparingan kasarasan lan kabagyan sareng kulawarga. Aamiin
BalasHapusHadir, Jum'at Barakah ..... tetap semangat !
BalasHapusJemuah Barokah ... sehat semangat .... sabaaar yang pasti ... semoga sehabis Bholat Jumat ada wedaran yang datang ... Aamiin YRA
BalasHapusKi DP terlalu bersemangat, sholat diketik menjadi Bholat.
BalasHapusTdk apa-apa, tetap semangat dlm penantian!
Saya ikut hadir di belakang sampean Ki.
Bholat..ben dobel
HapusBholat..ben dobel
Hapushehehehehe semoga dobelan wedaran bisa ada lagi ...
Hapussabaaaaarrrr.. hhh.sampai minggu depan.
BalasHapusMatur nuwun mbah. Telat dikit mbacanya
BalasHapusHai Mbah Man .... gong xie fat chai...
BalasHapussugeng enjing...
Sugeng enjang mbah man dan can men sekalian .... selamat libur ....
BalasHapusAyam emas.... Imlek... Tahun barune cino. Di hari libur ini, semoga Mbah_Man berkenan menurunkan rontal, ya....
BalasHapusSelamat berhari libur 'tuk poro canmen.
Tahun ayam....banyak kegaduhan..esuk2 do ribut....rebutan pangan
BalasHapusAngger malem minggu mesthi nglangut
BalasHapusMbah Man liburan juga sepertinya.... wedaran sebentar lagi ... sabaaaar ,,,, mudah2xan mbah man sehat ....
BalasHapusMbelink tenan...dikandani wedarane senin seloso kemis....
Hapus....pancene Mbah_Man wis terlatih momong cantrik sing podo mbuuueeelink - mbuueelink...
Hapus....wis ben - na bae....hehehe.....
hehehehehehe leres Ki .... mbelink tenan ... nggogrok wedaran terusss hehehehehe
HapusHadir ..... tetap semangat !
BalasHapusSaya ya tetep semangat dan tetep hadiiirrr ...
HapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus