Ki Gede mengangguk sambil
melangkahkan kakinya. Ketika pandangan matanya melihat beberapa pengawal
padukuhan yang berjalan beriringan sambil bersenda gurau, Ki Gede pun segera
membisikkan sebuah pertanyaan kepada Ki Jagabaya.
“Mengapa begitu banyak
pengawal yang datang melayat? Aku tadi juga sempat melihat banyak pengawal yang
bersiaga di banjar padukuhan. Apakah ini ada hubungannya dengan kedatangan
kelima orang itu?”
Ki Jagabaya menggeleng. Jawabnya
kemudian, “Aku tidak tahu, Ki Gede. Mungkin Ki Dukuh telah mendapat laporan dan
menyuruh para pengawal padukuhan untuk bersiaga.”
Ki Gede menarik nafas
panjang. Bertanya Ki Gede kemudian, “Apakah Ki Dukuh Klangon masih sering
mengadakan hubungan dengan pengikut Trah Sekar Seda Lepen?”
K Jagabaya mengangguk sambil
berdesis, “Orang yang mengaku bernama Raden Mas Harya Surengpati itulah yang
sering mengunjungi Ki Dukuh dan kemudian membuat hubungan kerja sama dan janji-janji
dengan mengatas-namakan kakaknya, Raden Wirasena.”
Ki Gede kembali menarik
nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Katanya kemudian, “Agaknya
Ki Dukuh Klangon telah termakan janji-janji dari Raden Mas Harya Surengpati.”
“Kemungkinannya memang demikian
Ki Gede,” sahut Ki Jagabaya.
“Apakah semua perangkat
padukuhan telah terpengaruh?” bertanya Ki Gede selanjutnya.
Ki Jagabaya menggeleng, “Aku
tidak tahu Ki Gede. Yang jelas aku tetap bersetia kepada Mataram. Namun hal ini
tidak aku tunjukkan dengan semata-mata. Aku masih memikirkan keselamatan
keluargaku.”
Ki Gede mengangguk-anggukkan
kepalanya. Pertimbangan yang sangat berat adalah permasalahan yang menyangkut keluarga. Bagaimanapun juga jika keluarga
terancam keselamatannya, tentu akan berpikir seribu kali untuk menentang
pengaruh para pengikut Trah Sekar Seda Lepen itu.
Tak terasa langkah mereka
telah sampai di persimpangan jalan. Kedua orang itu pun kemudian memutuskan
untuk segera berpisah.
“Kita bertemu lagi saat
sirep uwong,” berkata Ki Gede, “Aku akan berusaha memasuki banjar lewat
belakang. Aku akan menunggu di dekat perigi. Lontarkanlah sebuah isyarat jika
memang kelima orang itu berada di pihak kita. Namun jika ternyata kelima orang itu
justru orang-orangnya Raden Mas Harya Surengpati, aku harus segera
menyelamatkan diri.”
“Baik Ki Gede,” jawab Ki
Jagabaya.
Demikianlah akhirnya kedua
orang itu pun kemudian segera berpisah. Ki Gede dengan langkah yang
tergesa-gesa telah mengambil jalur jalan yang lurus untuk meninggalkan tempat itu, sementara
dengan langkah satu-satu Ki Jagabaya mengambil jalur jalan yang satunya untuk kembali menuju ke banjar padukuhan.
Dalam pada itu, walaupun
hujan telah berhenti, namun di langit masih menyisakan mendung yang
bergelayutan. Matahari tidak menampakkan sinarnya sama sekali. Walaupun hari
belum menjelang petang, namun suasananya benar-benar sudah seperti menjelang
malam.
Di banjar padukuhan, Ki
Rangga dan kawan-kawannya telah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian.
Mereka pun kemudian segera berkumpul
kembali di ruang dalam, ruang yang diperuntukkan bagi mereka untuk bermalam.
“Sebentar lagi Matahari akan
terbenam,” berkata Ki Rangga kemudian sambil membetulkan letak duduknya,
“Selepas makan malam sebaiknya kita menyusun rencana.”
“Ya ngger,” jawab Ki
Waskita, “Aku menyarankan sebagian dari kita duduk-duduk saja di pendapa. Siapa tahu
Ki Jagabaya berkenan hadir dan menemani kita berbincang.”
“Ya, aku setuju,” sahut Ki
Jayaraga, “Sementara sebagian dari kita berbincang di pendapa, yang lainnya
melakukan penyelidikan di padukuhan Klangon ini.”
“Tepatnya di sekitar rumah
Ki Dukuh Klangon,” dengan serta-merta Glagah Putih mengajukan sebuah usul.
Semua orang menengok ke arah
suami Rara Wulan itu. Ki Rangga lah yang kemudian bertanya, “Apa pertimbanganmu
Glagah Putih?”
Glagah Putih menggeser
duduknya sejengkal. Jawabnya kemudian, “Aku mempunyai dugaan, jika padukuhan ini telah terpengaruh oleh
orang-orang yang menyebut dirinya Trah Sekar Seda Lepen, tentu dimulai dari
pemimpinnya , dalam hal ini adalah Ki Dukuh.”
Mereka yang hadir
mengangguk-anggukkan kepala pertanda setuju dengan pendapat Glagah Putih
kecuali Ki Bango Lamatan. Berkata Ki Bango Lamatan kemudian, “Belum tentu Ki
Dukuh telah terpengaruh oleh para pengikut Trah Sekar Seda Lepen. Bisa saja Ki
Dukuh sedang dalam tekanan dan ancaman orang-orang terdekatnya yang telah terpengaruh terlebih
dahulu. Jika hal ini yang terjadi, kita harus melindungi Ki Dukuh.”
Kembali mereka
mengangguk-angguk. Berkata Ki Rangga kemudian, “Kedua kemungkinan itu bisa saja
terjadi, dan sebaiknya kita memang mengadakan penyelidikan di sekitar rumah Ki
Dukuh Klangon.”
“Benar, ngger,” Ki Waskita
menambahi, “Namun harus tetap kita usahakan jangan sampai jati diri kita
terungkap. Dan yang lebih penting lagi, jangan sampai apa yang terjadi nantinya
di padukuhan Klangon ini akan membangunkan perguruan Sapta Dhahana yang selama
ini masih belum menyadari akan kehadiran kita.”
Alhamdulillah, dpt lagi rontal ...
BalasHapusMatur nuwun mbah Man
wah wah wah ,,,,, hadiah rontal lagi ... mantappp ,,,, matur nuwun mbah man
BalasHapusNunggu tripelan tahap 2
BalasHapusMatur suwun .. mBah Man memang dermawan, baik hati dan suka menolong sesama
.....Raden Mas Haryo Surengpati menjanjikan double-lan rontal tahap 1 kepada Ki Dukuh.....
Hapus...Ki Adiwa....pinjam helmnya Ki...tadi lupo bawa...
...hehehe...
Matur sanget nuwun Mbah_Man.....
BalasHapusMbah_Man memang sangat menyayangi para CA/MEN nya....
Sehat selalu Mbah_Man.
www.salamhormatanangingtetepisihkangenmbahman.co.id.hehehe.
Matur-nuwun mBah-Man atas rontal di hari minggu.
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !
BalasHapusMelu ah.....
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !
komen dobel biar dapat rontal dobel...
hihihi... ngapunten Mbah.
Huh...selesai baca sambil marathon sampai-sampai kehilangan kata-kata...untung masih ada sisa...
BalasHapusMatur suwun sanget Mbah Man (4×)
Usul Ki Bango Lamatan cukup bijaksana dan sesuai dengan pengalamanya soal tekan menekan.."Belum tentu Ki Dukuh itu berpihak ke Trah SDL mungkin juga dia dalam tekanan..dan kita wajib melindunginya"....bukan begitu Ki Dandang Wesi???...
Ki Dandang Wesi, iki sopo, Ki Adiwa Swarna? Apa ini nama samarannya Ki Gembleh?😎😎😎
HapusOh... bukan nama samaran Ki Gembleh, Ki...tapi mereka berdua bersahabat dan ada kesamaan cerita dengan Joko Tarub dan Nawang Wulan....kesamaannya cara memasak nasi.
HapusNawang Wulan diketemukan Joko Tarub di sebuak segara dan Ki Dandang Wesi diketemukan di sebuah empang.
Kalau Nawang Wulan memasak dengan anugrah dan memakai dandang biasa cukup dengan setangkai padi sudah bisa untuk makan sekeluarga sore dan pagi.
Dan kalau Ki Gembleh memasak nasi pakai Ki Dandang Wesi yang sakti dan dengan setangkai padi bisa untuk makan se RT.
Begitu Ki Zaini semoga jadi jelas adanya tentang silsilah Kiai Gembleh.....
Terima kasih atas pencerahannya.
HapusKi Dandang Wesi kini jadi Ki Rice Cooker, Ki?🤔🤔🤔
Betul Ki Zaini....Ki Dandang Wesi karena saktinya lebih dikenal dengan Kiai Magic Jar yang sering menolong para ibu-ibu.....
Hapus😂😂😂😂 bener 3x.... Ki Adiwa Swara pancen oyeee.
HapusEh... ralat swara= Swarna. Mohon maaf, Ki.
HapusKi Gede ini mungkin penguasa tanah perdikan, seperti Ki Gede Argapati? Matur suwun, Mbah_Man.
BalasHapusNama lengkapnya Ki Gede Banget ... penguasa Bang Etan .... kesasar tekan padukuhan Klangon
HapusKi Gede Banget....masih satu jalur perguruan dengan Ki Bhre Kahuripan ....trah raja raja Kediri....
HapusSangat akrab dengan Ki Gede Sabar....
...hehehe...
Ki Gde Banget Anune.... Ki Dik Har?
Hapus😀😀😀
...ya Ki Zaini Yacub..... .WIBAWA NYA Gede Buuangeet...sehingga mampu menarik perhatian tokoh hebat dari Padepokan Sunda Kelapa untuk bergabung dan lengket dengan Padepokan Sekar Keluwih....
HapusMekaten nggih Ki Bre Kahuripan?
..hehehe...
Leres .... paten S
HapusMatur nuwun mbah_man, minggu berkah, udan rontal....makin asyik mbah....
BalasHapusWaduh.....
BalasHapusSeharian tidak sempat sambang taman ternyata ada banjir rontal
Matur suwun....
Banjir rontal hari minggu. Matur nuwun mbah.
BalasHapusWeh Ki HRG lagi nyaru nih...di pedukuhan Klangon..hati-hati ganti kena paser beracun Ki....
HapusMatur nuwun mbah.
BalasHapusBesok cuaca kayaknya masih hujan terus. Demikuan juga dengan padepokan ini. Hujan rontal
Sugeng ndalu ... mampir taman bacaan lagi ,,, hehehe siapa tahu ada wedaran lagi ... ternyata sudah ramai yang ngepos disini ...kopi panas tambah telo goreng mantaaaap
BalasHapusMinggu tenang, benar-benar tenang sebab asyik moco rontal konsentrasi penuh. Bravo itu kata Nassar.
BalasHapusHadir, suasana sejuk ..... tetap semangat !
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus