Minggu, 12 Februari 2017

STSD 02_06

Ki Gede mengangguk sambil melangkahkan kakinya. Ketika pandangan matanya melihat beberapa pengawal padukuhan yang berjalan beriringan sambil bersenda gurau, Ki Gede pun segera membisikkan sebuah pertanyaan kepada Ki Jagabaya.

“Mengapa begitu banyak pengawal yang datang melayat? Aku tadi juga sempat melihat banyak pengawal yang bersiaga di banjar padukuhan. Apakah ini ada hubungannya dengan kedatangan kelima orang itu?”

Ki Jagabaya menggeleng. Jawabnya kemudian, “Aku tidak tahu, Ki Gede. Mungkin Ki Dukuh telah mendapat laporan dan menyuruh para pengawal padukuhan untuk bersiaga.”

Ki Gede menarik nafas panjang. Bertanya Ki Gede kemudian, “Apakah Ki Dukuh Klangon masih sering mengadakan hubungan dengan pengikut Trah Sekar Seda Lepen?”

K Jagabaya mengangguk sambil berdesis, “Orang yang mengaku bernama Raden Mas Harya Surengpati itulah yang sering mengunjungi Ki Dukuh dan kemudian  membuat hubungan kerja sama dan janji-janji dengan mengatas-namakan kakaknya, Raden Wirasena.”

Ki Gede kembali menarik nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Katanya kemudian, “Agaknya Ki Dukuh Klangon telah termakan janji-janji dari Raden Mas Harya Surengpati.”

“Kemungkinannya memang demikian Ki Gede,” sahut Ki Jagabaya.

“Apakah semua perangkat padukuhan telah terpengaruh?” bertanya Ki Gede selanjutnya.

Ki Jagabaya menggeleng, “Aku tidak tahu Ki Gede. Yang jelas aku tetap bersetia kepada Mataram. Namun hal ini tidak aku tunjukkan dengan semata-mata. Aku masih memikirkan keselamatan keluargaku.”

Ki Gede mengangguk-anggukkan kepalanya. Pertimbangan yang sangat berat adalah permasalahan yang menyangkut  keluarga. Bagaimanapun juga jika keluarga terancam keselamatannya, tentu akan berpikir seribu kali untuk menentang pengaruh para pengikut Trah Sekar Seda Lepen itu.

Tak terasa langkah mereka telah sampai di persimpangan jalan. Kedua orang itu pun kemudian memutuskan untuk segera berpisah.

“Kita bertemu lagi saat sirep uwong,” berkata Ki Gede, “Aku akan berusaha memasuki banjar lewat belakang. Aku akan menunggu di dekat perigi. Lontarkanlah sebuah isyarat jika memang kelima orang itu berada di pihak kita. Namun jika ternyata kelima orang itu justru orang-orangnya Raden Mas Harya Surengpati, aku harus segera menyelamatkan diri.”

“Baik Ki Gede,” jawab Ki Jagabaya.

Demikianlah akhirnya kedua orang itu pun kemudian segera berpisah. Ki Gede dengan langkah yang tergesa-gesa telah mengambil jalur jalan yang lurus untuk meninggalkan tempat itu, sementara dengan langkah satu-satu Ki Jagabaya mengambil jalur jalan yang satunya  untuk kembali menuju ke banjar padukuhan.

Dalam pada itu, walaupun hujan telah berhenti, namun di langit masih menyisakan mendung yang bergelayutan. Matahari tidak menampakkan sinarnya sama sekali. Walaupun hari belum menjelang petang, namun suasananya  benar-benar sudah seperti menjelang malam.

Di banjar padukuhan, Ki Rangga dan kawan-kawannya telah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian.  Mereka pun kemudian segera berkumpul kembali di ruang dalam, ruang yang diperuntukkan bagi mereka untuk bermalam.

“Sebentar lagi Matahari akan terbenam,” berkata Ki Rangga kemudian sambil membetulkan letak duduknya, “Selepas makan malam sebaiknya kita menyusun rencana.”

“Ya ngger,” jawab Ki Waskita, “Aku menyarankan sebagian dari kita duduk-duduk saja di pendapa. Siapa tahu Ki Jagabaya berkenan hadir dan menemani kita berbincang.”

“Ya, aku setuju,” sahut Ki Jayaraga, “Sementara sebagian dari kita berbincang di pendapa, yang lainnya melakukan penyelidikan di padukuhan Klangon ini.”

“Tepatnya di sekitar rumah Ki Dukuh Klangon,” dengan serta-merta Glagah Putih mengajukan sebuah usul.

Semua orang menengok ke arah suami Rara Wulan itu. Ki Rangga lah yang kemudian bertanya, “Apa pertimbanganmu Glagah Putih?”

Glagah Putih menggeser duduknya sejengkal. Jawabnya kemudian, “Aku mempunyai dugaan,  jika padukuhan ini telah terpengaruh oleh orang-orang yang menyebut dirinya Trah Sekar Seda Lepen, tentu dimulai dari pemimpinnya , dalam hal ini adalah Ki Dukuh.”

Mereka yang hadir mengangguk-anggukkan kepala pertanda setuju dengan pendapat Glagah Putih kecuali Ki Bango Lamatan. Berkata Ki Bango Lamatan kemudian, “Belum tentu Ki Dukuh telah terpengaruh oleh para pengikut Trah Sekar Seda Lepen. Bisa saja Ki Dukuh sedang dalam tekanan dan ancaman orang-orang terdekatnya yang telah terpengaruh terlebih dahulu. Jika hal ini yang terjadi, kita harus melindungi Ki Dukuh.”

Kembali mereka mengangguk-angguk. Berkata Ki Rangga kemudian, “Kedua kemungkinan itu bisa saja terjadi, dan sebaiknya kita memang mengadakan penyelidikan di sekitar rumah Ki Dukuh Klangon.”


“Benar, ngger,” Ki Waskita menambahi, “Namun harus tetap kita usahakan jangan sampai jati diri kita terungkap. Dan yang lebih penting lagi, jangan sampai apa yang terjadi nantinya di padukuhan Klangon ini akan membangunkan perguruan Sapta Dhahana yang selama ini masih belum menyadari akan kehadiran kita.”

31 komentar :

  1. Alhamdulillah, dpt lagi rontal ...
    Matur nuwun mbah Man

    BalasHapus
  2. wah wah wah ,,,,, hadiah rontal lagi ... mantappp ,,,, matur nuwun mbah man

    BalasHapus
  3. Nunggu tripelan tahap 2
    Matur suwun .. mBah Man memang dermawan, baik hati dan suka menolong sesama

    BalasHapus
    Balasan
    1. .....Raden Mas Haryo Surengpati menjanjikan double-lan rontal tahap 1 kepada Ki Dukuh.....

      ...Ki Adiwa....pinjam helmnya Ki...tadi lupo bawa...

      ...hehehe...

      Hapus
  4. Matur sanget nuwun Mbah_Man.....

    Mbah_Man memang sangat menyayangi para CA/MEN nya....


    Sehat selalu Mbah_Man.


    www.salamhormatanangingtetepisihkangenmbahman.co.id.hehehe.

    BalasHapus
  5. Matur-nuwun mBah-Man atas rontal di hari minggu.

    BalasHapus
  6. Matur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !

    BalasHapus
  7. Matur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !

    BalasHapus
  8. Melu ah.....

    Matur nuwun Mbah Man, hujan tiada henti ternyata pertanda ada guyuran rontal di hari Ahad, 4 - pel ..... luar biasa !

    komen dobel biar dapat rontal dobel...
    hihihi... ngapunten Mbah.

    BalasHapus
  9. Huh...selesai baca sambil marathon sampai-sampai kehilangan kata-kata...untung masih ada sisa...

    Matur suwun sanget Mbah Man (4×)

    Usul Ki Bango Lamatan cukup bijaksana dan sesuai dengan pengalamanya soal tekan menekan.."Belum tentu Ki Dukuh itu berpihak ke Trah SDL mungkin juga dia dalam tekanan..dan kita wajib melindunginya"....bukan begitu Ki Dandang Wesi???...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ki Dandang Wesi, iki sopo, Ki Adiwa Swarna? Apa ini nama samarannya Ki Gembleh?😎😎😎

      Hapus
    2. Oh... bukan nama samaran Ki Gembleh, Ki...tapi mereka berdua bersahabat dan ada kesamaan cerita dengan Joko Tarub dan Nawang Wulan....kesamaannya cara memasak nasi.

      Nawang Wulan diketemukan Joko Tarub di sebuak segara dan Ki Dandang Wesi diketemukan di sebuah empang.

      Kalau Nawang Wulan memasak dengan anugrah dan memakai dandang biasa cukup dengan setangkai padi sudah bisa untuk makan sekeluarga sore dan pagi.

      Dan kalau Ki Gembleh memasak nasi pakai Ki Dandang Wesi yang sakti dan dengan setangkai padi bisa untuk makan se RT.

      Begitu Ki Zaini semoga jadi jelas adanya tentang silsilah Kiai Gembleh.....

      Hapus
    3. Terima kasih atas pencerahannya.
      Ki Dandang Wesi kini jadi Ki Rice Cooker, Ki?🤔🤔🤔

      Hapus
    4. Betul Ki Zaini....Ki Dandang Wesi karena saktinya lebih dikenal dengan Kiai Magic Jar yang sering menolong para ibu-ibu.....

      Hapus
    5. 😂😂😂😂 bener 3x.... Ki Adiwa Swara pancen oyeee.

      Hapus
    6. Eh... ralat swara= Swarna. Mohon maaf, Ki.

      Hapus
  10. Ki Gede ini mungkin penguasa tanah perdikan, seperti Ki Gede Argapati? Matur suwun, Mbah_Man.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama lengkapnya Ki Gede Banget ... penguasa Bang Etan .... kesasar tekan padukuhan Klangon

      Hapus
    2. Ki Gede Banget....masih satu jalur perguruan dengan Ki Bhre Kahuripan ....trah raja raja Kediri....

      Sangat akrab dengan Ki Gede Sabar....

      ...hehehe...

      Hapus
    3. Ki Gde Banget Anune.... Ki Dik Har?
      😀😀😀

      Hapus
    4. ...ya Ki Zaini Yacub..... .WIBAWA NYA Gede Buuangeet...sehingga mampu menarik perhatian tokoh hebat dari Padepokan Sunda Kelapa untuk bergabung dan lengket dengan Padepokan Sekar Keluwih....

      Mekaten nggih Ki Bre Kahuripan?

      ..hehehe...

      Hapus
  11. Matur nuwun mbah_man, minggu berkah, udan rontal....makin asyik mbah....

    BalasHapus
  12. Waduh.....
    Seharian tidak sempat sambang taman ternyata ada banjir rontal
    Matur suwun....

    BalasHapus
  13. Banjir rontal hari minggu. Matur nuwun mbah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh Ki HRG lagi nyaru nih...di pedukuhan Klangon..hati-hati ganti kena paser beracun Ki....

      Hapus
  14. Matur nuwun mbah.
    Besok cuaca kayaknya masih hujan terus. Demikuan juga dengan padepokan ini. Hujan rontal

    BalasHapus
  15. Sugeng ndalu ... mampir taman bacaan lagi ,,, hehehe siapa tahu ada wedaran lagi ... ternyata sudah ramai yang ngepos disini ...kopi panas tambah telo goreng mantaaaap

    BalasHapus
  16. Minggu tenang, benar-benar tenang sebab asyik moco rontal konsentrasi penuh. Bravo itu kata Nassar.

    BalasHapus
  17. Hadir, suasana sejuk ..... tetap semangat !

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.