Selasa, 28 Februari 2017

STSD 02_18

Tanpa sadar mereka telah mengangkat kepala dan saling pandang begitu mendengar pertanyaan Ki Jayaraga. Setiap dada yang ada di longkangan itu pun telah berdesir. Tidak menutup kemungkinan tuduhan pembunuhan itu akan kembali diarahkan kepada mereka.

“Apakah tidak sebaiknya kita menyingkir saja, ngger?” bertanya Ki Waskita kemudian kepada Ki Rangga yang terlihat termenung.

Sejenak Ki Rangga menimbang-nimbang. Namun akhirnya Ki Rangga pun menjawab, “Ki Waskita, pada awalnya kita akan menerima tawaran ki Gede untuk tinggal di kediamannya dengan dalih kita adalah tamu-tamu yang masih terhitung kerabat jauh dari Prambanan,” Ki Rangga berhenti sebentar. Lanjutnya kemudian, “Kemudian timbul pemikiran untuk memecah kekuatan kita. Ki Jayaraga, Ki Bango Lamatan dan Glagah Putih saja yang akan berangkat ke Tanah Perdikan Matesih. Sedangkan kita berdua seolah-olah pulang kembali ke Prambanan karena suatu kepentingan. Namun ternyata keadaan telah berkembang semakin rumit, dan jika kita menyingkir dari tempat ini, bagaimana dengan keselamatan Ki Gede Matesih dan keluarganya? Para pengikut Trah Sekar Seda Lepen pasti akan menangkap Ki Gede dan keluarganya serta menyandera mereka sebagai alat untuk memaksa kita menyerahkan diri.”

Sejenak mereka menjadi bimbang. Namun ditengah-tengah ketidak pastian itu, tiba-tiba saja Ki Waskita berdesis perlahan, “Marilah kita singkirkan saja mayat ini jauh-jauh dan jangan sampai ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya kita.”

Bagaikan baru saja tersadar dari sebuah mimpi buruk, Ki Rangga pun segera berkata, “Glagah Putih, angkatlah mayat ini. Mari kita bawa mayat ini  ke hutan kecil di sebelah barat padukuhan Klangon. Kita akan menguburkannya di sana.”

“Baik Kakang,” jawab Glagah Putih sambil bersiap untuk mengangkat mayat yang meringkuk di longkangan itu.

Namun belum sempat Glagah Putih menyentuh mayat itu, tiba-tiba saja pendengaran mereka yang tajam telah mendengar langkah-langkah yang menuju ke tempat itu.

Segera saja suasana menjadi tegang kembali. Namun agaknya Ki Rangga telah mengenal langkah-langkah itu, maka katanya kemudian sambil tersenyum, “Sepertinya Ki Bango Lamatan telah selesai mengantar Ki Gede.”

 “Oh,” yang mendengar kata-kata Ki Rangga itu pun telah menarik nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ternyata hati  mereka terlalu tegang dengan adanya peristiwa pembunuhan itu.

Demikianlah sejenak kemudian terdengar langkah itu semakin jelas mendekati bangunan induk banjar padukuhan dari arah samping kiri.

“Kami di sini Ki Bango Lamatan,” desis Ki Rangga perlahan memberi tahukan keberadaan mereka begitu langkah-langkah itu semakin jelas terdengar.

Ki Bango Lamatan yang sedang berjalan dalam gelapnya malam menuju ke pintu butulan samping itu telah tersenyum mendengar bisikan Ki Rangga. Segera saja diayunkan langkahnya menuju ke longkangan.

Namun alangkah terkejutnya Ki Bango Lamatan begitu menyadari ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di longkangan itu. Ki Rangga dan yang lainnya tampak sedang mengerumuni seseorang yang sedang meringkuk tak bergerak di dalam longkangan itu.

“Apa yang terjadi?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian sesampainya dia di hadapan Ki Rangga.

“Seseorang telah mati di longkangan ini,” jawab Ki Rangga, “Lebih baik segera kita singkirkan saja mayat ini sebelum ada orang yang mengetahuinya.”

“Aku akan mengambil cangkul di dapur dulu,” sela  Glagah Putih kemudian sambil setengah berlari menuju ke ruang tengah melalui pintu butulan.

“Biarlah Glagah Putih aku kawani,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian sambil mengangkat mayat itu di pundaknya.

“Ki Bango Lamatan,” dengan serta merta Ki Rangga mencoba untuk mencegah, “Biar Glagah Putih saja yang membawa mayat ini.”

Ki Bango Lamatan tersenyum sambil menggeleng. Jawabnya kemudian, “Tidak Ki Rangga, Glagah Putih biar membawa peralatan saja.”

“Aku ikut,” tiba-tiba saja Ki Jayaraga menyela, “Aku sudah tidak bisa tidur lagi di sisa malam ini.”

Ki Rangga menarik nafas dalam-dalam. Entah mengapa sejak tadi panggraitanya telah mengisyaratkan sesuatu, namun Ki Rangga belum mampu menguraikannya.

Melihat kebimbangan Ki Rangga, Ki Waskita pun segera berbisik, “Apakah angger merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan?”

Sejenak Ki Rangga ragu-ragu. Namun akhirnya Ki Rangga pun menjawab, “Entahlah Ki Waskita. Mungkin hanya kekhawatiran yang tidak beralasan.”

Ki Waskita menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-angguk. Sebagai orang yang menimba ilmu pada sumber yang sama, Ki Waskita segera menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada diri Ki Rangga sehubungan dengan ilmu yang sedang di pelajari dan disempurnakannya, aji pengangen-angen. Maka katanya kemudian, “Sebaiknya biarlah Ki Jayaraga saja yang menemani Ki Bango lamatan dan Glagah Putih. Aku dan Ki Rangga masih ada urusan yang harus diselesaikan di banjar ini.”

Ki Rangga akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia segera maklum dengan maksud Ki Waskita.

Demikianlah begitu Glagah Putih telah muncul dengan sebuah cangkul di pundaknya, mereka bertiga pun kemudian dengan penuh kewaspadaan telah menyelinap ke halaman belakang banjar dan kemudian keluar lewat pintu butulan yang terdapat di dinding bagian belakang banjar.

“Para pengawal itu kelihatannya masih tertidur nyenyak,” desis Ki Jayaraga sambil membuka pintu butulan itu.

“Ya, Ki,” jawab Ki Bango Lamatan sambil sedikit membungkuk agar mayat yang dipanggulnya tidak tersangkut pintu butulan yang agak rendah.  Lanjutnya kemudian sambil melangkahi tlundak, “Tadi sewaktu aku mengantar Ki Gede lewat halaman belakang ini, mereka juga tampak tertidur pulas. Ki Gede sempat bercerita kepadaku sewaktu Ki Gede datang ke tempat ini, mereka pun sudah tertidur pulas. Agaknya telah terjadi sesuatu yang tidak wajar pada mereka.”


Ki Jayaraga mengangguk-anggukkan kepalanya, sementara Glagah Putih masih sempat berpaling sekilas ke teritisan tempat para pengawal itu tertidur silang melintang sebelum menutup pintu itu kembali dan kemudian menghilang ditelan kegelapan malam.

73 komentar :

  1. MAtur nuwun sanget Mbah Man wedaran hari ini .... pas istirahat ada wedaran ... pas banget timingnya ... makin bikin penasaran ...

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah siang2 ada lontar yg jatuh. Semakin tambah penasaran. Nuwun mbah Man. Semoga sore ini ada lontar lagi ...

    BalasHapus
  3. Matur-nuwun mBah-Man, atas rontalnya.

    BalasHapus
  4. Matur nuwun Mbah Man, kok tambah trataban ya ......

    BalasHapus
  5. Matur nuwun sanget Mbah Man....

    Ternyata Ki Bango Lamatan juga bukan pelaku pembunuhan itu...
    Jadi siapakah dia itu????....mari kita tunggu wedaran selanjutnya....karena kunci jawaban ada di Mbah Man....hehehe

    BalasHapus
  6. matur nuwun mbah Man wedaran rontalipun ...

    BalasHapus
  7. menunggu keajaiban...
    the magic of three ....

    #nunggutripelan

    BalasHapus
  8. Matur nuwun Mbah_man, monggo ditripel...hehehe

    BalasHapus
  9. Matur nuwun Mbah Man.
    Siappp menunggu dobel or tripel
    Nuwuunn

    BalasHapus
  10. Sejuk menyiram kalbu yang senantiasa kekurangan cairan Rontal dari Mbah Man, sore menjelang magrib gogrogannya turun. Alhamdulillah.
    Makasih Mbah Man, Barokallah

    BalasHapus
  11. Alhamdillah..semoga ada wedaran lagi.

    BalasHapus
  12. Matur nuwun mbah man.. dr sekian lanjutan adbm, karya mbah man lah yg menurut saya lebih mendekati gaya tulisanya SHM..ceritanya mengalir dengan natural.. semoga senantiasa sehat mbah man..dan terus berkarya..

    BalasHapus
  13. Hadir ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  14. geng-injang, harak dawah sami''.....sudah lama tidak kedengaran suaranya. Apakah pakai aji pangalimunan?

    BalasHapus
  15. iki padepokan penuh misterius...
    setiap hari, jumlah kunjungan (NGINGUK GANDOK) malah berkurang...wingi 342..saiki 284
    ono mahluk alus sing do sliweran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saiki akeh seng di setrap ora gowo tugas PR, bengi gawene mung ngogrok ngogrok rontalae...

      Hapus
  16. Mbah_Man, saya sudah nyoblos ke mandiri. mohon dicek.

    BalasHapus
  17. Hadir, ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  18. Ki Gede Sabar tiba tiba menghilang ditelan kegelapan malam, untungnya Ki Ageng Semangat membawa setitik cahaya jauh dari ujung langit, makin lama makin jelas bentuk rupanya, itu sepur klutuk yang sedang menggeos ...tuit...tuit...ojo..jajan...ojo..jajan...asapnya yang putih mengepul diudara....

    BalasHapus
  19. Kemis kemis.....

    Jadwal wedaran....

    BalasHapus
  20. Hadir kamis.....tetap semangat...

    BalasHapus
  21. Tuit......tuit....tuit... ojo jajan...ojo jajan.... sebab sudah sarapan.

    BalasHapus
  22. Ikut semangat yang dilengkapi kesabaran.
    Wah ada kosa kata baru."menggeos"
    Ayo kita rame2 menggeos nunggu rontal jatuh.

    BalasHapus
  23. Ikut semangat yang dilengkapi kesabaran.
    Wah ada kosa kata baru."menggeos"
    Ayo kita rame2 menggeos nunggu rontal jatuh.

    BalasHapus
  24. Hadir Kamis siang ... mampir taman bacaan dulu nunut istirahat ... butuh tempat yang adem untuk leyeh leyeh sebentar ,,,, siapa tahu wedaran datang ....

    BalasHapus
  25. Ikut semangat yang dilengkapi kesabaran.
    Wah ada kosa kata baru."menggeos"
    Ayo kita rame2 menggeos nunggu rontal jatuh.

    BalasHapus
  26. Ikut semangat yang dilengkapi kesabaran.
    Wah ada kosa kata baru."menggeos"
    Ayo kita rame2 menggeos nunggu rontal jatuh.

    mengeong,mengegos kulo ngertos.....

    BalasHapus
  27. Menggeos, menggoes...... masalahnya cuma e..dan....o, o....dan....e....
    Ohhh spur kluthuk masih jauuuuuh.

    BalasHapus
  28. Menggeos, menggoes...... masalahnya cuma e..dan....o, o....dan....e....
    Ohhh spur kluthuk masih jauuuuuh.

    BalasHapus
  29. Menggeos, menggoes...... masalahnya cuma e..dan....o, o....dan....e....
    Ohhh spur kluthuk masih jauuuuuh.

    BalasHapus
  30. Menggeos, menggoes...... masalahnya cuma e..dan....o, o....dan....e....
    Ohhh spur kluthuk masih jauuuuuh.

    BalasHapus
  31. Menggeos,menggoes....masalahnya cuma e..dan..o,o..dan..e..
    Tapi efeknya bisa buat kite-kite ngos-ngosan nungguin ntu jambu klutuk mateng...iye ga bang haji.....

    BalasHapus

  32. “Mohon maaf Rara Anjani,” berkata Ki Rangga Agung Sedayu kemudian memecah kesunyian, “Kami sengaja mengunjungi Rara untuk menjenguk keadaan Rara,” Ki Rangga berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Sekalian pada kesempatan ini kami juga mohon pamit. Kami berlima sedang menjalankan tugas negara untuk menyelidiki kabar datangnya 3000 orang asing dari sebrang, negeri penghasil minyak, yang dipimpin langsung oleh Rajanya”

    Bibir Rara Anjani yang bak delima merekah itu terkatup rapat-rapat. Tidak ada sepatah kata pun yang terucap. Dipalingkan wajahnya yang muram ke arah lereng bukit yang curam dan berbatu-batu. Sinar Matahari pagi yang cerah menyinari wajahnya yang jelita bak putri kahyangan itu sehingga kedua belah pipinya yang ranum tampak semakin menggairahkan. Namun sinar matanya yang biasanya berbinar kini tampak redup bagaikan sinar dlupak yang tersangkut di regol Padukuhan di tengah malam yang sunyi.

    “Ada apakah Rara?” bertanya Ki Rangga kemudian dengan suara perlahan begitu menyadari perubahan yang terjadi pada diri Rara Anjani, “Adakah sesuatu yang membebani hati Rara ?”

    Rara Anjani menjawab pertanyaan Ki Rangga dengan pertanyaan yang lain
    " Apakah Raja Sebrang itu Kaya Raya ?" , "Ya" jawab Ki Rangga.
    " Apakah dia tampan ?" ,
    " Mungkin di masa mudanya dia tampan",
    " Berapakah umurnya ?",
    " 81 tahun "

    Pandangan mata Rara Anjani menatap kosong ke titik-titik di kejauhan. Dalam hatinya berkata " aku takut Ki Rangga, aku takut dikawin kontrak oleh raja itu !"
    Perlahan dari sepasang mata yang indah itu menetes air bening, sebening embun pagi.


    (Jangan bersedih Rara, masih banyak Cantrik yang siap menghiburmu)


    ngapunten Panembahan.... akibat jari kengangguren.... 🏃🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tdk tendensius negative ke satu person tertentu

      Hapus
    2. Semoga tdk tendensius negative ke satu person tertentu

      Hapus
    3. Semoga...semoga...mari kita sambut dengan suka cita peristiwa 47 tahun yang lalu....

      Hapus
  33. Geng-injang, Jum'at barokah.....nenggo rapelan rontal dengan sabaaaaarrrr..

    BalasHapus
  34. Hadir, ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  35. woro woro
    Rontal akan diwedar setelah jml komen tripple digit

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih kurang banyak kalau begitu Ki .... masing masin komen tripelan kalau begitu ... sampe itu nanti 3 digit ....hehehehe

      Hapus
  36. Sugeng enjang sedanten ..... Jemuah Barokah banyak wedaran harusnya hehehe ... Mudah2xan mbah Man sehat sehat saja ya .... Aamiin YRA

    BalasHapus







  37. Lho ora jumatan le??
    Mboten mbok!
    Kenopo ora jumatan??
    Anu mbok soale aku gowo HP
    Lho opo malahne gowo hp kok orang jumatan???

    "Niku takmir mesjid wau sanjang pas bade sholat sing gowo HP dipateni wae"...ketimbang kulo dipateni jamaah sak mesjid, lewih becik kulo wangsul mawon....

    si mbok???????ahhh iki pastine salah tafsir....

    BalasHapus
  38. puasa rontal....., minggu depan mungkin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sabar ki...... wong sabar niku gedhe rekasane..gedhe pangarep2e..

      Hapus
  39. Ngintip. Belum ada wedaran lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wedaran mung diintip intip seng mengcungul neng setunggal paragraf wae Ki HRG.....

      Hapus
    2. Nggih ki adiwa ikut sabar menanti datangnya rontal

      Hapus
  40. Gede ngarep mburine lah Ki PA.

    BalasHapus
  41. gak sampai kok Ki, cuma ngelus dodone dewe.... sabaaaaarrrr... hh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohh...Ki Widi...sedang melas toh???....sabaaaarr sambil ngelus dodo....

      Hapus
    2. Dodone mboke sing salah niku Ki PA...

      Hapus
  42. Iya Ki adiwa, saya ini kan anak yatim piyatu,santunan rontalpun cukuplah....hh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar Ki Widi ngenteni komen isih kurang telungpuluhlimo maleh...pasti santunane gede...monggo seng biasane double or triple koment...saiki ora dipisuni....ojo wedi ... sebab cantrik seng usilan saiki wes dipasung....hehehe

      Hapus
  43. Dodone AK sendirilah,aku maksutnya...KI PA.

    BalasHapus
  44. 1.Mbah_Man membutuhkan dokumen tertulis yang diterbitkan resmi atas karya ilmiahnya, yang antara lain berupa CERSIL,.....

    Marilah kita dukung penerbitan dalam bentuk buku STTD jilid 1 , 2, 3, ...dst. , minimal dalam bentuk doa, semoga niat yang mulia ini senantiasa mendapatkan RIDHA ALLAH S.W.T. Aamin.

    2. Menurut "woro woro" medio Pebruari yl., STTD Buku 3 akan diterbitkan mecungul kira kira "sebulan lagi"...berarti di sekitar tanggal 20 Maret 2017....

    3. Serial STTD 2 sekarang di urutan 18...dan akan selesai di nomor 21.....
    (....mungkin) STTD 19 akan mecungul tgl. 10/03.....no.20..tgl.15/03....no. 21...tgl. 19/03....

    4. STTD Buku 3 akan terbit 21/03.....dan akan dikatamkan oleh Ki RAS. (Ki Rangga Adiwa Swarna)sekitar tgl. 26/03....(nuwun sewu Ki Rangga...ngaputene...hehehe...)

    5. STTD Buku 4 tgl. 21/04......

    6. ....hehehe....seperti buah mangga....mudah mudahan pos gojek nya tidak menjadi sepi....karena teka teki silangnya sudah tiada lagi....

    7. Tentu peran Ki Gede Sabar dan Ki Ageng Semangat sangat penting untuk lebih dikukuhkan ....

    ....hehehe.....

    Salam hormat.


    BalasHapus
  45. Ikut hadir bersama Prince Sabar bin semangat, semoga menjelang munculnya gondoruwo mringis ada rontal jatuh.

    BalasHapus
  46. Ikut hadir bersama Prince Sabar bin semangat, semoga menjelang munculnya gondoruwo mringis ada rontal jatuh.

    BalasHapus
  47. ...hehehe...nika mpun onten rontokan rontal Ki MS....hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar bab 18 dinyatakan ditutup...teka tekine wes terjawab....hehehe

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.