Senin, 27 Februari 2017

STSD 02_17

Sejenak kemudian kembali suasana mencekam dirasakan oleh orang-orang yang berada di ruang dalam itu. Seolah-olah mereka sedang menunggu pelaksanaan hukuman mati saja, namun tidak tahu, siapakah yang akan terlebih dahulu menerima hukuman itu.

Namun ke empat orang yang berada di dalam ruang dalam itu diam-diam menjadi heran. Setelah beberapa saat menunggu, ternyata belum terjadi sesuatu apa pun. Bahkan kini mereka tidak mendengar lagi desah nafas tertahan-tahan dari orang yang bersembunyi di balik dinding itu.

Sedangkan Ki Rangga yang telah berhasil memantau keberadaan orang yang datang kemudian itu menjadi berdebar-debar. Dalam rabaan mata hatinya, orang yang datang kemudian itu ternyata telah menggerakkan kedua tangannya dari arah belakang untuk menyumbat jalan pernafasan orang pertama dengan cara mencekik lehernya.

Hampir saja Ki Rangga terpancing dan meloncat bangun untuk menolong orang yang sedang dalam bahaya itu, namun naluri keprajuritannya telah mencegahnya. Ki Rangga belum tahu pasti, berdiri di pihak manakah orang yang datang kemudian itu.

Tidak ada kesempatan bagi orang yang sedang mengarahkan sumpitnya itu untuk meronta maupun melawan. Cengkeraman itu begitu kuatnya dan datang dengan tiba-tiba sehingga  telah menyumbat jalan nafasnya dan sekaligus mematahkan lehernya.

“Benar-benar iblis!” geram Ki Rangga dalam hati. Panggraitanya masih dapat meraba gerakan orang itu setelah mencekik korbannya. Agaknya orang itu telah bergeser mundur dengan cepat  sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

Ketika tiba-tiba saja terdengar tetes-tetes air hujan yang turun dengan derasnya memukul-mukul atap banjar padukuhan, Ki Rangga pun ternyata telah kehilangan pengamatan atas kepergian orang itu. Perhatian Ki Rangga telah terpecah dengan turunnya hujan yang bagaikan dicurahkan dari langit.

“Orang itu telah pergi,” perlahan Ki Rangga berdesis sambil menarik nafas dalam dalam dan mengurai sepasang tangannya yang bersilang di dada. Dengan bertelekan pada kedua tangannya, Ki Rangga pun kemudian bangkit dan duduk bersila.

Yang lain pun segera mengikuti Ki Rangga untuk bangkit dan duduk bersila. Kini mereka berempat telah duduk melingkar di atas tikar yang usang.

“Orang itu seperti nya telah mati tercekik,” berkata Glagah Putih, “Aku sempat mendengar desah nafasnya yang tiba-tiba saja telah terputus. Mungkin telah terjadi sesuatu dengan orang itu. Tetapi siapakah yang telah membunuhnya?”

“Benar ngger,” Ki Waskitalah yang kemudian menjawab, “Seseorang yang mempunyai kemampuan linuwih telah membunuhnya. Beberapa saat tadi aku memang telah kehilangan jejak akan keberadaan orang yang datang kemudian itu. Namun disaat dia mencekik orang yang pertama, agaknya dia lupa menyembunyikan suara yang ditimbulkan akibat gesekan tangannya dengan leher orang yang pertama itu. Disaat itulah aku mampu memantau kembali keberadaannya.”

Orang-orang yang berada di ruangan itu pun mengangguk-anggukkan kepala mereka. Sementara Ki Rangga justru telah termenung sambil mengerutkan keningnya dalam dalam. Ada sesuatu yang sedang merisaukan hatinya, namun Ki Rangga merasa enggan untuk mengungkapkannya.

“KI Rangga,” berkata Ki Jayaraga kemudian, “Apakah tidak sebaiknya kita melihat keadaan orang di balik dinding itu?”

KI Rangga memandang ke arah Ki Waskita untuk meminta pertimbangan. Ketika Ki Waskita kemudian mengangguk, Ki Rangga pun akhirnya menarik nafas dalam-dalam sambil bangkit dari duduknya. Katanya kemudian, “Marilah kita lihat orang itu. Barangkali kita akan mendapatkan sebuah petunjuk.”

Yang lain pun segera bangkit dan mengikuti langkah Ki Rangga yang telah berjalan terlebih dahulu keluar dari ruang dalam.

Ketika mereka telah keluar lewat pintu butulan yang terdapat di lorong tengah, dengan bergegas mereka pun segera berbelok ke kanan dan memasuki longkangan. Apa yang mereka dapatkan kemudian adalah sangat mengejutkan. Sesosok tubuh tampak meringkuk dengan kepala yang terkulai. Sementara ketika Ki Rangga kemudian membungkuk untuk mencoba mengamati lebih teliti lagi, tampak sebuah paser menancap dalam-dalam di leher mayat itu.

“Mengapa?” pertanyaan itu muncul di benak mereka masing-masing.

“Agaknya orang itu ingin memberikan kesan bahwa orang ini telah mengalami kejadian yang sama dengan petugas sandi Mataram itu, mati karena paser beracun,” berkata Ki Rangga kemudian sambil menegakkan tubuhnya.

“Ya, ngger,” sahut Ki Waskita, “Agaknya memang itulah kesan yang ingin ditunjukkan oleh pembunuh orang yang malang ini.”

“Dan sumpit orang itu pun ternyata juga telah lenyap,” seru Glagah Putih agak sedikit keras sambil mencari-cari sumpit yang akan digunakan orang itu, namun Glagah Putih tidak  menemukan apa yang dicarinya.

Hampir berbareng mereka telah menarik nafas dalam-dalam. Untuk beberapa saat kemudian orang-orang itu tampak masih merenungi sesosok mayat yang meringkuk di longkangan itu.


“Ki Rangga,” tiba-tiba suara Ki Jayaraga membuyarkan lamunan mereka, “Apakah langkah kita selanjutnya? Besuk pagi pasti akan terjadi kegemparan lagi karena sekali lagi telah terjadi  rajapati di padukuhan Klangon ini. Dan tempatnya justru di banjar padukuhan, di balik dinding tempat kita menginap.”

30 komentar :

  1. matur suwun mBah...
    msh setia mnunggu wedaran selanjutnya (tripple off)

    BalasHapus
  2. Bagaimana kalau kita naikkan ke spur kluthuk mayat ini, agar tidak membuat heboh di padukuhan Klangon untuk kedua kalinya?
    Matur nuwun Mbah_Man atas wedaran rontalnya.

    BalasHapus
  3. Matur nuwun mbah. Ditunggu wedaran selanjutnya

    BalasHapus
  4. Matur nuwun Mbah Man ... semakin seru dan bikin deg deg plasss ....dipun tenggo kelanjutanipun ...

    BalasHapus
  5. Matur nuwun sanget Mbah Man....🙏🙏

    Oh..oh...siapa dia...koyo kuis jaman bahela TVRI

    Kepalanya botak??...tidak
    Hidungnya mancung??...bisa "iya" bisa "tidak"
    Badannya tegap dan tinggi???...tidak
    Kurus??...juga tidak
    Rambutnya hitam hitam???....iya
    Punya dua mata???...iya
    Bisa berjalan dan punya dua kaki???....iya
    Tangannya lengkap ada dua???...iya
    Jawabanya pasti "orang"!!!!.....betuul...betuuul

    Tamu penuh misteri dipersilahkan keluar......

    Oohhhhh....ternyata Ki Gembleh toh.....

    "Iya saya orang" geram Ki Gembleh "bukan orang orangan sawah"....

    Hehehehelm...helm...#kangenKiMbleh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. ki mBleh nembe mencolo mentrik teng padepokan Sapto Dahono...sangking primpene, panjenengane yo wes lali nek sabenere cantrik, dudu mentrik

      Hapus
    2. Hahahaha.....ahhh..ora melu melu ahh....wedi mengko disengak Ki Mbleh...hihihi

      Hapus
  6. Matur-nuwun mBah-Man, atas rontalipun.

    BalasHapus
  7. Matur nuwun Mbah_man, mau ada sufitnah nih...hehe

    BalasHapus
  8. Matur nuwun mbah man..semakin penasaran ..

    BalasHapus
  9. Tambah penasaran,.... Siiip Mbah Man

    BalasHapus
  10. Matur nuwun Mbah Man.
    Ternyata KTA artinya Kelihatannya Tebakannya Agak meleset. He he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul dan setuju alasan di komentar satunya....

      Hapus
  11. Matur nuwun Mbah Man.
    Ternyata KTA artinya Kelihatannya Tebakannya Agak meleset. He he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul dan setuju alasan di komentar satunya....

      Hapus
    2. Tutuge....

      "Bebar-benar iblis"!! geram Ki Rangga dalam hatinya,dimana pangritanya masih terasa bagaimana orang itu dicekik sampai mate....Kalau orang itu KTA atau KG ki Rangga pasti kualat....

      yang masih belum bisa meredam dengan kemarahan atas kelicikan itu mungkin Ki Bango Lamatan yang juga membuat tidur Ki Lurah.....mungkin lho???

      Hapus
    3. Bukan begitu Ki Bhre...bukan...bukan...tapi telik sandi yang punya Aji Lupa Cebok...sehingga suaranya nyaris tak terdengar......hehehe

      Hapus
    4. Lupa ceboknya jgn dibahas skrg Ki ... prajuritnya malu... tingak tinguk.. tolah toleh... ngah ngoh... pah poh...

      ngenteni wedaran berikutnya...

      Hapus
    5. Ohhhh!!!.....begitu baiklah....ngah ngoh pah poh...siip ikut ngenteni juga....

      Hapus
  12. Matur sembah nuwun Mbah Man wedaran nipun,ditenggo wedaran sa'lajenge,,

    BalasHapus
  13. Hadir juga dengan semangat, sabaaaaarrrr ....... kehadiran orang Mataram sudah ketahuan.kira'' ada tiga pihak atau dua pihak saja nggih.. orang yang membwa paser dan orang yang membunuhnya?...sabaaaaarrrr aja....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Org yg membunuhnya pasti sdg membuat makar, agar romb AS dituduh sbg biang onar

      Hapus
    2. Ohh jadi benar ada pihak lain yang menunggangi....atau kelompok itu saling tunggang menunggani.....

      Yang membunuh menunggangi yang dibunuh, dan yang dibunuh menunggangi akan dibunuh...uhh jadi bingung.....

      Hapus
    3. MBah pasti ga tega mirsani cantrike do bingung

      Hapus
    4. Daripada bingung mending nunggu aja ya Ki, nanti malah jadi tunggang menunggangi ....

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.