Sejenak kemudian kembali
suasana mencekam dirasakan oleh orang-orang yang berada di ruang dalam itu.
Seolah-olah mereka sedang menunggu pelaksanaan hukuman mati saja, namun tidak
tahu, siapakah yang akan terlebih dahulu menerima hukuman itu.
Namun ke empat orang yang
berada di dalam ruang dalam itu diam-diam menjadi heran. Setelah beberapa saat
menunggu, ternyata belum terjadi sesuatu apa pun. Bahkan kini mereka tidak
mendengar lagi desah nafas tertahan-tahan dari orang yang bersembunyi di balik
dinding itu.
Sedangkan Ki Rangga yang
telah berhasil memantau keberadaan orang yang datang kemudian itu menjadi
berdebar-debar. Dalam rabaan mata hatinya, orang yang datang kemudian itu
ternyata telah menggerakkan kedua tangannya dari arah belakang untuk menyumbat
jalan pernafasan orang pertama dengan cara mencekik lehernya.
Hampir saja Ki Rangga
terpancing dan meloncat bangun untuk menolong orang yang sedang dalam bahaya
itu, namun naluri keprajuritannya telah mencegahnya. Ki Rangga belum tahu
pasti, berdiri di pihak manakah orang yang datang kemudian itu.
Tidak ada kesempatan bagi
orang yang sedang mengarahkan sumpitnya itu untuk meronta maupun melawan.
Cengkeraman itu begitu kuatnya dan datang dengan tiba-tiba sehingga telah menyumbat jalan
nafasnya dan sekaligus mematahkan lehernya.
“Benar-benar iblis!” geram
Ki Rangga dalam hati. Panggraitanya masih dapat meraba gerakan orang itu
setelah mencekik korbannya. Agaknya orang itu telah bergeser mundur dengan
cepat sebelum akhirnya meninggalkan
tempat itu.
Ketika tiba-tiba saja
terdengar tetes-tetes air hujan yang turun dengan derasnya memukul-mukul atap
banjar padukuhan, Ki Rangga pun ternyata telah kehilangan pengamatan atas kepergian orang itu. Perhatian Ki Rangga telah
terpecah dengan turunnya hujan yang bagaikan dicurahkan dari langit.
“Orang itu telah pergi,” perlahan
Ki Rangga berdesis sambil menarik nafas dalam dalam dan mengurai sepasang
tangannya yang bersilang di dada. Dengan bertelekan pada kedua tangannya, Ki
Rangga pun kemudian bangkit dan duduk bersila.
Yang lain pun segera
mengikuti Ki Rangga untuk bangkit dan duduk bersila. Kini mereka berempat telah
duduk melingkar di atas tikar yang usang.
“Orang itu seperti nya telah
mati tercekik,” berkata Glagah Putih, “Aku sempat mendengar desah nafasnya yang
tiba-tiba saja telah terputus. Mungkin telah terjadi sesuatu dengan orang itu.
Tetapi siapakah yang telah membunuhnya?”
“Benar ngger,” Ki Waskitalah
yang kemudian menjawab, “Seseorang yang mempunyai kemampuan linuwih telah
membunuhnya. Beberapa saat tadi aku memang telah kehilangan jejak akan
keberadaan orang yang datang kemudian itu. Namun disaat dia mencekik orang yang
pertama, agaknya dia lupa menyembunyikan suara yang ditimbulkan akibat gesekan
tangannya dengan leher orang yang pertama itu. Disaat itulah aku mampu memantau
kembali keberadaannya.”
Orang-orang yang berada di ruangan
itu pun mengangguk-anggukkan kepala mereka. Sementara Ki Rangga justru telah termenung
sambil mengerutkan keningnya dalam dalam. Ada sesuatu yang sedang merisaukan
hatinya, namun Ki Rangga merasa enggan untuk mengungkapkannya.
“KI Rangga,” berkata Ki
Jayaraga kemudian, “Apakah tidak sebaiknya kita melihat keadaan orang di balik
dinding itu?”
KI Rangga memandang ke arah
Ki Waskita untuk meminta pertimbangan. Ketika Ki Waskita kemudian mengangguk,
Ki Rangga pun akhirnya menarik nafas dalam-dalam sambil bangkit dari duduknya.
Katanya kemudian, “Marilah kita lihat orang itu. Barangkali kita akan
mendapatkan sebuah petunjuk.”
Yang lain pun segera bangkit
dan mengikuti langkah Ki Rangga yang telah berjalan terlebih dahulu keluar dari
ruang dalam.
Ketika mereka telah keluar
lewat pintu butulan yang terdapat di lorong tengah, dengan bergegas mereka pun
segera berbelok ke kanan dan memasuki longkangan. Apa yang mereka dapatkan
kemudian adalah sangat mengejutkan. Sesosok tubuh tampak meringkuk dengan kepala
yang terkulai. Sementara ketika Ki Rangga kemudian membungkuk untuk mencoba
mengamati lebih teliti lagi, tampak sebuah paser menancap dalam-dalam di leher
mayat itu.
“Mengapa?” pertanyaan itu muncul
di benak mereka masing-masing.
“Agaknya orang itu ingin
memberikan kesan bahwa orang ini telah mengalami kejadian yang sama dengan
petugas sandi Mataram itu, mati karena paser beracun,” berkata Ki Rangga
kemudian sambil menegakkan tubuhnya.
“Ya, ngger,” sahut Ki
Waskita, “Agaknya memang itulah kesan yang ingin ditunjukkan oleh pembunuh
orang yang malang ini.”
“Dan sumpit orang itu pun
ternyata juga telah lenyap,” seru Glagah Putih agak sedikit keras sambil
mencari-cari sumpit yang akan digunakan orang itu, namun Glagah Putih tidak menemukan apa yang dicarinya.
Hampir berbareng mereka
telah menarik nafas dalam-dalam. Untuk beberapa saat kemudian orang-orang itu
tampak masih merenungi sesosok mayat yang meringkuk di longkangan itu.
“Ki Rangga,” tiba-tiba suara
Ki Jayaraga membuyarkan lamunan mereka, “Apakah langkah kita selanjutnya? Besuk
pagi pasti akan terjadi kegemparan lagi karena sekali lagi telah terjadi rajapati di padukuhan Klangon ini. Dan
tempatnya justru di banjar padukuhan, di balik dinding tempat kita menginap.”
matur suwun mBah...
BalasHapusmsh setia mnunggu wedaran selanjutnya (tripple off)
Pembunuhan misterius ... .
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man .....
BalasHapusBagaimana kalau kita naikkan ke spur kluthuk mayat ini, agar tidak membuat heboh di padukuhan Klangon untuk kedua kalinya?
BalasHapusMatur nuwun Mbah_Man atas wedaran rontalnya.
Matur nuwun mbah. Ditunggu wedaran selanjutnya
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man ... semakin seru dan bikin deg deg plasss ....dipun tenggo kelanjutanipun ...
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man....🙏🙏
BalasHapusOh..oh...siapa dia...koyo kuis jaman bahela TVRI
Kepalanya botak??...tidak
Hidungnya mancung??...bisa "iya" bisa "tidak"
Badannya tegap dan tinggi???...tidak
Kurus??...juga tidak
Rambutnya hitam hitam???....iya
Punya dua mata???...iya
Bisa berjalan dan punya dua kaki???....iya
Tangannya lengkap ada dua???...iya
Jawabanya pasti "orang"!!!!.....betuul...betuuul
Tamu penuh misteri dipersilahkan keluar......
Oohhhhh....ternyata Ki Gembleh toh.....
"Iya saya orang" geram Ki Gembleh "bukan orang orangan sawah"....
Hehehehelm...helm...#kangenKiMbleh....
ki mBleh nembe mencolo mentrik teng padepokan Sapto Dahono...sangking primpene, panjenengane yo wes lali nek sabenere cantrik, dudu mentrik
HapusHahahaha.....ahhh..ora melu melu ahh....wedi mengko disengak Ki Mbleh...hihihi
HapusMatur-nuwun mBah-Man, atas rontalipun.
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man, mau ada sufitnah nih...hehe
BalasHapusMatur nuwun mbah man..semakin penasaran ..
BalasHapusTambah penasaran,.... Siiip Mbah Man
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man.
BalasHapusTernyata KTA artinya Kelihatannya Tebakannya Agak meleset. He he
Betul dan setuju alasan di komentar satunya....
HapusMatur nuwun Mbah Man.
BalasHapusTernyata KTA artinya Kelihatannya Tebakannya Agak meleset. He he
Betul dan setuju alasan di komentar satunya....
HapusTutuge....
Hapus"Bebar-benar iblis"!! geram Ki Rangga dalam hatinya,dimana pangritanya masih terasa bagaimana orang itu dicekik sampai mate....Kalau orang itu KTA atau KG ki Rangga pasti kualat....
yang masih belum bisa meredam dengan kemarahan atas kelicikan itu mungkin Ki Bango Lamatan yang juga membuat tidur Ki Lurah.....mungkin lho???
Bukan begitu Ki Bhre...bukan...bukan...tapi telik sandi yang punya Aji Lupa Cebok...sehingga suaranya nyaris tak terdengar......hehehe
HapusLupa ceboknya jgn dibahas skrg Ki ... prajuritnya malu... tingak tinguk.. tolah toleh... ngah ngoh... pah poh...
Hapusngenteni wedaran berikutnya...
Ohhhh!!!.....begitu baiklah....ngah ngoh pah poh...siip ikut ngenteni juga....
HapusMatur sembah nuwun Mbah Man wedaran nipun,ditenggo wedaran sa'lajenge,,
BalasHapusHadir, ..... tetap semangat !
BalasHapusHadir juga dengan semangat, sabaaaaarrrr ....... kehadiran orang Mataram sudah ketahuan.kira'' ada tiga pihak atau dua pihak saja nggih.. orang yang membwa paser dan orang yang membunuhnya?...sabaaaaarrrr aja....
BalasHapusOrg yg membunuhnya pasti sdg membuat makar, agar romb AS dituduh sbg biang onar
HapusOhh jadi benar ada pihak lain yang menunggangi....atau kelompok itu saling tunggang menunggani.....
HapusYang membunuh menunggangi yang dibunuh, dan yang dibunuh menunggangi akan dibunuh...uhh jadi bingung.....
MBah pasti ga tega mirsani cantrike do bingung
HapusDaripada bingung mending nunggu aja ya Ki, nanti malah jadi tunggang menunggangi ....
HapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus