Namun baru saja Ki Lurah
berjalan lagi beberapa langkah, kali ini pendengaran ki Lurah dikejutkan oleh
suara orang terbatuk-batuk beberapa langkah saja di belakangnya.
Bagaikan disengat
kalajengking sebesar ibu jari kaki orang dewasa, Ki Lurah pun terlonjak kaget.
Dengan cepat dia segera memutar tubuhnya dan memasang kuda-kuda. Siap untuk
menghadapi segala kemungkinan.
Namun yang terlihat di
hadapan Ki Lurah hanyalah kegelapan malam. Tidak tampak sesuatu pun yang
mencurigakan sehingga Ki Lurah menjadi ragu-ragu sendiri dengan pendengarannya.
“Hantu?” kata itulah yang
kini menyelinap di dalam hati Ki Lurah.
“Ah, tidak mungkin. Seumur
hidupku aku belum pernah melihat seekor hantu dan aku memang tidak percaya
dengan keberadaan para hantu itu sendiri,” berkata Ki Lurah dalam hati mencoba
untuk menenangkan hatinya. Namun Ki Lurah tidak dapat memungkiri bahwa
pendengarannya benar-benar telah menangkap suara orang terbatuk-batuk.
Setelah beberapa saat Ki
Lurah tidak melihat sesuatu yang mencurigakan,
dengan perlahan-lahan Ki Lurah pun kemudian memutar tubuhnya.
Namun kali ini jantung ki
Lurah bagaikan terlepas dari tangkainya. Belum sepenuhnya Ki Lurah memutar
tubuhnya, terasa sebuah tangan telah mengusap tengkuknya.
“Iblis!” teriak Ki Lurah
sekeras-kerasnya sambil meloncat menjauh. Begitu sepasang kakinya menginjak
tanah, dengan cepat Ki Lurah memutar tubuhnya. Sebuah pedang berukuran cukup
besar telah tergenggam di tangan kanannya.
Namun kembali Ki Lurah hanya
dapat mengumpat-umpat dengan umpatan yang sangat kotor. Kembali yang terbentang
di hadapannya hanyalah kegelapan malam yang sepi.
Kali ini hati Ki Lurah
benar-benar tinggal semenir. Betapapun Ki Lurah mencoba menyangkal akan
keberadaan segala jenis hantu, gendruwo,
ilu-ilu banaspati, engklek-engklek balung atandak dan sebangsanya, namun
kenyataan yang dihadapinya sekarang ini benar-benar berada diluar jangkauan
nalarnya.
“Tidak mungkin seseorang
mampu melakukan ini semua, walaupun orang itu memiliki kesaktian yang tiada
taranya. Dia pasti memerlukan waktu yang cukup untuk menghindar dari pandangan
mataku,” berkata Ki Lurah dalam hati dengan jantung yang berdentangan. Begitu
dahsyatnya suara dentangan itu sehingga dadanya seolah-olah akan meledak.
Untuk beberapa saat Ki Lurah
masih menunggu. Dicobanya menarik nafas
dalam-dalam beberapa kali sekedar untuk menurunkan gejolak di dalam dadanya.
Namun rasa-rasanya perasaan takut yang
mulai menjalari otaknya telah membuat tubuh ki Lurah menjadi menggigil
kedinginan.
Sambil meningkatkan
kemampuan panca indranya, Ki Lurah mencoba membaca segala mantra-mantra yang
pernah dipelajarinya. Dulu sewaktu dia berguru pada seseorang yang sakti, yang
dianggap menguasai dunia kasar maupun dunia halus, dia telah diajari bagaimana
caranya menolak segala jenis makhluk halus yang datang mengganggu.
Sambil meludah tiga kali ke
tanah, Ki Lurah pun kemudian menggores-goreskan ujung pedangnya ke tanah yang
telah basah oleh ludahnya.
“Setan ora doyan demit ora ndulit!” geram Ki Lurah sambil memutar
pedangnya dengan deras di atas kepala. Seolah-olah Ki Lurah sudah yakin dengan
keberadaan lawannya dan akan segera ditebasnya dengan senjata di tangannya.
Demikianlah dengan teriakan menggelegar, pedang di tangan kanannya bergerak membabat kesana-kemari tanpa arah yang
jelas. Ki Lurah yakin dengan demikian jika ada sebangsa makhluk halus yang
berada di sekitarnya, mereka akan berlarian tunggang langgang karena takut terkena
sabetan pedang yang telah diberinya mantra.
Namun yang terjadi kemudian
justru telah membuat sekujur tubuh Ki Lurah kaku tak mampu bergerak. Jantungnya
kini benar-benar berhenti berdetak. Sepasang matanya melotot dengan mulut
ternganga lebar-lebar. Wajahnya pucat pasi bagaikan tak dialiri oleh darah
setetes pun.
Memang ketika dengan penuh
semangat yang membara Ki Lurah sedang mengayun-ayunkan senjatanya tadi,
tiba-tiba saja pedang yang berukuran cukup besar di tangan kanannya itu
terlepas begitu saja. Seolah-olah ada kekuatan yang luar biasa kuatnya menarik
pedang itu. Dan sebagai gantinya, pedang itu sekarang justru telah
bergerak-gerak sendiri dan justru mengancam ke arah dadanya.
Penalaran ki Lurah pun kini benar-benar
telah menjadi buram. Perlahan-lahan kesadarannya pun mulai kabur dan pandangan
matanya mulai gelap. Namun sebelum Ki Lurah benar-benar jatuh tak sadarkan
diri, lamat-lamat dia mendengar sebuah bisikan di telinganya.
“Tidurlah Ki Lurah,” terdengar bisikan itu sangat dekat sekali di
telinga kanannya.
Diantara kesadarannya yang
mulai menghilang, Ki Lurah mencoba mengenali
siapa pemilik suara itu dengan memalingkan wajahnya. Namun sekali lagi terasa
sebuah tangan mengusap tengkuknya dan segala sesuatunya pun menjadi gelap.
Namun sebelum tubuh Ki Lurah
benar-benar terjatuh, tiba-tiba sepasang tangan yang kekar muncul begitu saja
dari dalam kegelapan malam dan menahan tubuh yang sudah hampir menyentuh tanah
itu. Sejenak kemudian, perlahan-lahan dari dalam kegelapan malam muncul
seseorang yang bertubuh tinggi besar sambil sepasang tangannya menahan tubuh Ki
Lurah.
“Dengan memutus jalur ini, semoga orang yang menyebut
dirinya Trah Sekar Seda Lepen itu tidak akan mendengar berita yang terjadi di
padukuhan Klangon,” gumam orang tinggi besar itu perlahan sambil mengangkat
tubuh ki Lurah dan kemudian memanggulnya. Sejenak kemudian orang tinggi besar
itupun segera meninggalkan tempat itu.
Matur nuwun mbah man wedarannya hari ini.
BalasHapusMatur nuwum Mbah Man ..... bar bedhuk !
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, atas rontalnya... sehat selalu.
BalasHapusSuwun mbah
BalasHapuswah..sopo pawongan iki... KG perawakan pendek ramping..iki tinggi duwur kekar
BalasHapusKi mbleh..? hehehe dimana beliau ya?
HapusAgung Hercules, Ki??
Hapuski mBleh nembe mbukak alas mBah...radi sisah sinyale
Hapus.....sementara itu Ki Gede Matesih telah mecungul di pendopo bangsal. Ki Jagabaya gupuh berdiri menyambut kedatangan Ki Gede.
Hapus..."mari...mari ...silakan duduk Ki Gede.....kebetulan sekali.... baru saja Ki DP. mampir bangsal , bawa termos isi kopi jahe panassss ... tambah wajik temen ngopi .... "
....hehehe....
hehehehehe ....
HapusKIra kira itu siapa ya tinggi besar bisa ngilang .... Ki Bango Lamatan atau Ki MBleh sedang mencungul sebentar ... ?
HapusAllhamdulillah Ki Gembleh akhir di muncungul kan ...pastenan Mbah Man...matur nuwun sanget...cocok untuk calon mantu Ki Gede Matesih...anak tunggal,cantik,kaya raya....hehehe
HapusMatur nuwun Mbah Man
BalasHapusMatur nuwun sanget wedaranipun mbah man .... pulang muter muter ujan ujan dapet wedaran ... Alhamdulillah ...
BalasHapusPantesan saya tidak dapat signal ternyata ujannya muter muter??...jadi signalnya agak bingung.....
HapusUjannya muter-muter sambil bawa sinyalnya Ki Adiwa Swarna, gitu? Hehehe.... pinjam aja sinyal di tetangga sebelah.
HapusBetul sekali Ki Zaini Yacub....pas mau enter komen muncul "ups!!..ongkos kirim tidak cukup silahkan hubungi kios terdekat"....ternyata kios terdekat tutup karena hujannya muter muter dan pemilik kiosnya tidur jadi signal saya agak terganggu terbawa tidur...hehehe
Hapushehehehehe ujan muter muter .... angin pusing pusing ....
HapusMantap sekali
BalasHapusWah....ono padepokan nyantrik neng padepokan
HapusMantap sekali
HapusMatur nuwun Mbah_man...Maknyus....
BalasHapusSemoga sehat selalu dan mendapatkan kemudahan dalam melanjutkan karyanya.
BalasHapusAmin
Sejenak perlahan-lahan dari dalam kegelapan malam muncul seseorang yang bertubuh tinggi besar......kemudian orang tinggi besar itupun segera meninggalkan tempat itu.
BalasHapuswalah ... pawongane gede duwur dempal.... metune kok mek sedilut..
Iya Ki ... biar penasarannnnn ...
HapusPawongane gede duwur dempal...metune mek sedulit, iku stuntman karena tokoh aslinya sedang umroh.....
Hapusooohhh...
HapusCameo toh...
HapusSuwun mbah Man..
BalasHapusSarapan sudah....ngopi sudah...tapi hujannya tidak sudah sudah...ah sudahlah...sudah mengajukan izin....sudahlah saya sudah tahu jawabnya bos....ya sudah jawabku...jalau sudah tau...bos geram.. sudahlah!!!...dasarnya sudah malas kamu!!...ya sudah jawabku kembali...tunggu saya kalau hujan sudah reda tantangku....sudahlah saya sudah kesal... bos tambah geram....ya sudah saya ngopi lagi...tolong buatkan juga buat saya!!!..seru bos...karena saya juga sudah malas akhirnya....
BalasHapusPenalaran ki Lurah pun kini benar-benar telah menjadi buram. Perlahan-lahan kesadarannya pun mulai kabur dan pandangan matanya mulai gelap. Namun sebelum Ki Lurah benar-benar jatuh tak sadarkan diri, lamat-lamat dia mendengar sebuah bisikan di telinganya.
Hapus“Tidurlah Ki Lurah,hari masih hujan.... nyantai ajalah dulu” terdengar bisikan itu sangat dekat sekali di telinga kanannya.
Dalam keburaman penalaran Ki Lurah masih sempat mendengar bisikan mesra, tidurlah Ki Lurah dan renungkanlah dalam-dalam, karena jabatan Lurah walapun bergajih dan berstatus PNS masih mendingan jadi Ketua RW, kerjanya nyantai tidak punya jadual rutin wara wiri ngantor, dan anggaran setahun cukup lumayan tanpa di indik indik KPK,
HapusHmm... desah Ki Lurah dalam separuh tidur....hemm lagi.. kopiku benar-benar mantapp...cap kopi turu maning ....kegemarannya Mbah Surip...
Pagi'' sudah hujan''....
BalasHapussebentar lagi rontal akan gogrok....
kopi+ pohong goreng,cocok.
Bagaimana kabar Ki-mBleh?
Klo dilihat dari signal hp , sepertinya sehat'' saja...
Demikianlah dengan teriakan menggelegar, pohong di tangan kanannya bergerak menuju mulut langsung diuntal tanpa dikunyah .. kopi ditangan kiri dipegang erat2 tanpa maksud yang jelas. Ki Lurah yakin dengan demikian jika ada sebangsa makhluk halus yang berada di sekitarnya, mereka akan berlarian tunggang langgang karena takut terkena cipratan kopi yang telah diberinya mantra.
BalasHapus“Setan ora doyan gombel ora nempel!” geram Ki Lurah sambil nyeruput kopinya dengan bibir dimonyongkan. Seolah-olah Ki Lurah sudah yakin sebentar lagi rontal akan digrojogkan dengan deras.....
hahahahaha...
Hapusmonggo nripel mBah ...... sbg wujud dukungan ke aksi 212 di gedung DPR
HapusSambil berorasi "Turunkan Kiai Gringsing" dijilid Dua...
Hapus....hehehe...
ha..ha..juga..
BalasHapusGeng siyang mBah-Man....
monggo dipunwedar...mboten ikut'' ajrih tho....?
Hadir,suasana sejuk tapi mencekam ..... tetap semangat !
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus