Senin, 20 Februari 2017

STSD 02_11

Namun baru saja Ki Lurah berjalan lagi beberapa langkah, kali ini pendengaran ki Lurah dikejutkan oleh suara orang terbatuk-batuk beberapa langkah saja di belakangnya.

Bagaikan disengat kalajengking sebesar ibu jari kaki orang dewasa, Ki Lurah pun terlonjak kaget. Dengan cepat dia segera memutar tubuhnya dan memasang kuda-kuda. Siap untuk menghadapi segala kemungkinan.

Namun yang terlihat di hadapan Ki Lurah hanyalah kegelapan malam. Tidak tampak sesuatu pun yang mencurigakan sehingga Ki Lurah menjadi ragu-ragu sendiri dengan pendengarannya.

“Hantu?” kata itulah yang kini menyelinap di dalam hati Ki Lurah.

“Ah, tidak mungkin. Seumur hidupku aku belum pernah melihat seekor hantu dan aku memang tidak percaya dengan keberadaan para hantu itu sendiri,” berkata Ki Lurah dalam hati mencoba untuk menenangkan hatinya. Namun Ki Lurah tidak dapat memungkiri bahwa pendengarannya benar-benar telah menangkap suara orang terbatuk-batuk.

Setelah beberapa saat Ki Lurah tidak melihat sesuatu  yang mencurigakan, dengan perlahan-lahan Ki Lurah pun kemudian memutar tubuhnya.

Namun kali ini jantung ki Lurah bagaikan terlepas dari tangkainya. Belum sepenuhnya Ki Lurah memutar tubuhnya, terasa sebuah tangan telah mengusap tengkuknya.

“Iblis!” teriak Ki Lurah sekeras-kerasnya sambil meloncat menjauh. Begitu sepasang kakinya menginjak tanah, dengan cepat Ki Lurah memutar tubuhnya. Sebuah pedang berukuran cukup besar telah tergenggam di tangan kanannya.

Namun kembali Ki Lurah hanya dapat mengumpat-umpat dengan umpatan yang sangat kotor. Kembali yang terbentang di hadapannya hanyalah kegelapan malam yang sepi.

Kali ini hati Ki Lurah benar-benar tinggal semenir. Betapapun Ki Lurah mencoba menyangkal akan keberadaan segala jenis hantu, gendruwo, ilu-ilu banaspati, engklek-engklek balung atandak dan sebangsanya, namun kenyataan yang dihadapinya sekarang ini benar-benar berada diluar jangkauan nalarnya.

“Tidak mungkin seseorang mampu melakukan ini semua, walaupun orang itu memiliki kesaktian yang tiada taranya. Dia pasti memerlukan waktu yang cukup untuk menghindar dari pandangan mataku,” berkata Ki Lurah dalam hati dengan jantung yang berdentangan. Begitu dahsyatnya suara dentangan itu sehingga dadanya seolah-olah akan meledak.

Untuk beberapa saat Ki Lurah masih menunggu. Dicobanya  menarik nafas dalam-dalam beberapa kali sekedar untuk menurunkan gejolak di dalam dadanya. Namun rasa-rasanya perasaan takut  yang mulai menjalari otaknya telah membuat tubuh ki Lurah menjadi menggigil kedinginan.

Sambil meningkatkan kemampuan panca indranya, Ki Lurah mencoba membaca segala mantra-mantra yang pernah dipelajarinya. Dulu sewaktu dia berguru pada seseorang yang sakti, yang dianggap menguasai dunia kasar maupun dunia halus, dia telah diajari bagaimana caranya menolak segala jenis makhluk halus yang datang mengganggu.

Sambil meludah tiga kali ke tanah, Ki Lurah pun kemudian menggores-goreskan ujung pedangnya ke tanah yang telah basah oleh ludahnya.

Setan ora doyan demit ora ndulit!” geram Ki Lurah sambil memutar pedangnya dengan deras di atas kepala. Seolah-olah Ki Lurah sudah yakin dengan keberadaan lawannya dan akan segera ditebasnya dengan senjata di tangannya.

Demikianlah dengan teriakan menggelegar, pedang di tangan kanannya bergerak membabat kesana-kemari tanpa arah yang jelas. Ki Lurah yakin dengan demikian jika ada sebangsa makhluk halus yang berada di sekitarnya, mereka akan berlarian tunggang langgang karena takut terkena sabetan pedang yang telah diberinya  mantra.

Namun yang terjadi kemudian justru telah membuat sekujur tubuh Ki Lurah kaku tak mampu bergerak. Jantungnya kini benar-benar berhenti berdetak. Sepasang matanya melotot dengan mulut ternganga lebar-lebar. Wajahnya pucat pasi bagaikan tak dialiri oleh darah setetes  pun.

Memang ketika dengan penuh semangat yang membara Ki Lurah sedang mengayun-ayunkan senjatanya tadi, tiba-tiba saja pedang yang berukuran cukup besar di tangan kanannya itu terlepas begitu saja. Seolah-olah ada kekuatan yang luar biasa kuatnya menarik pedang itu. Dan sebagai gantinya, pedang itu sekarang justru telah bergerak-gerak sendiri dan justru mengancam ke arah dadanya.

Penalaran ki Lurah pun kini benar-benar telah menjadi buram. Perlahan-lahan kesadarannya pun mulai kabur dan pandangan matanya mulai gelap. Namun sebelum Ki Lurah benar-benar jatuh tak sadarkan diri, lamat-lamat dia mendengar sebuah bisikan di telinganya.

“Tidurlah Ki Lurah,”  terdengar bisikan itu sangat dekat sekali di telinga kanannya.

Diantara kesadarannya yang mulai menghilang,  Ki Lurah mencoba mengenali siapa pemilik suara itu dengan memalingkan wajahnya. Namun sekali lagi terasa sebuah tangan mengusap tengkuknya dan segala sesuatunya pun menjadi gelap.

Namun sebelum tubuh Ki Lurah benar-benar terjatuh, tiba-tiba sepasang tangan yang kekar muncul begitu saja dari dalam kegelapan malam dan menahan tubuh yang sudah hampir menyentuh tanah itu. Sejenak kemudian, perlahan-lahan dari dalam kegelapan malam muncul seseorang yang bertubuh tinggi besar sambil sepasang tangannya menahan tubuh Ki Lurah.


“Dengan memutus jalur ini, semoga orang yang menyebut dirinya Trah Sekar Seda Lepen itu tidak akan  mendengar berita yang terjadi di padukuhan Klangon,” gumam orang tinggi besar itu perlahan sambil mengangkat tubuh ki Lurah dan kemudian memanggulnya. Sejenak kemudian orang tinggi besar itupun segera meninggalkan tempat itu.

40 komentar :

  1. Matur nuwun mbah man wedarannya hari ini.

    BalasHapus
  2. Matur nuwum Mbah Man ..... bar bedhuk !

    BalasHapus
  3. Matur-nuwun mBah-Man, atas rontalnya... sehat selalu.

    BalasHapus
  4. wah..sopo pawongan iki... KG perawakan pendek ramping..iki tinggi duwur kekar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ki mbleh..? hehehe dimana beliau ya?

      Hapus
    2. ki mBleh nembe mbukak alas mBah...radi sisah sinyale

      Hapus
    3. .....sementara itu Ki Gede Matesih telah mecungul di pendopo bangsal. Ki Jagabaya gupuh berdiri menyambut kedatangan Ki Gede.

      ..."mari...mari ...silakan duduk Ki Gede.....kebetulan sekali.... baru saja Ki DP. mampir bangsal , bawa termos isi kopi jahe panassss ... tambah wajik temen ngopi .... "

      ....hehehe....

      Hapus
    4. KIra kira itu siapa ya tinggi besar bisa ngilang .... Ki Bango Lamatan atau Ki MBleh sedang mencungul sebentar ... ?

      Hapus
    5. Allhamdulillah Ki Gembleh akhir di muncungul kan ...pastenan Mbah Man...matur nuwun sanget...cocok untuk calon mantu Ki Gede Matesih...anak tunggal,cantik,kaya raya....hehehe

      Hapus
  5. Matur nuwun sanget wedaranipun mbah man .... pulang muter muter ujan ujan dapet wedaran ... Alhamdulillah ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pantesan saya tidak dapat signal ternyata ujannya muter muter??...jadi signalnya agak bingung.....

      Hapus
    2. Ujannya muter-muter sambil bawa sinyalnya Ki Adiwa Swarna, gitu? Hehehe.... pinjam aja sinyal di tetangga sebelah.

      Hapus
    3. Betul sekali Ki Zaini Yacub....pas mau enter komen muncul "ups!!..ongkos kirim tidak cukup silahkan hubungi kios terdekat"....ternyata kios terdekat tutup karena hujannya muter muter dan pemilik kiosnya tidur jadi signal saya agak terganggu terbawa tidur...hehehe

      Hapus
    4. hehehehehe ujan muter muter .... angin pusing pusing ....

      Hapus
  6. Matur nuwun Mbah_man...Maknyus....

    BalasHapus
  7. Semoga sehat selalu dan mendapatkan kemudahan dalam melanjutkan karyanya.
    Amin

    BalasHapus
  8. Sejenak perlahan-lahan dari dalam kegelapan malam muncul seseorang yang bertubuh tinggi besar......kemudian orang tinggi besar itupun segera meninggalkan tempat itu.

    walah ... pawongane gede duwur dempal.... metune kok mek sedilut..

    BalasHapus
  9. Sarapan sudah....ngopi sudah...tapi hujannya tidak sudah sudah...ah sudahlah...sudah mengajukan izin....sudahlah saya sudah tahu jawabnya bos....ya sudah jawabku...jalau sudah tau...bos geram.. sudahlah!!!...dasarnya sudah malas kamu!!...ya sudah jawabku kembali...tunggu saya kalau hujan sudah reda tantangku....sudahlah saya sudah kesal... bos tambah geram....ya sudah saya ngopi lagi...tolong buatkan juga buat saya!!!..seru bos...karena saya juga sudah malas akhirnya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penalaran ki Lurah pun kini benar-benar telah menjadi buram. Perlahan-lahan kesadarannya pun mulai kabur dan pandangan matanya mulai gelap. Namun sebelum Ki Lurah benar-benar jatuh tak sadarkan diri, lamat-lamat dia mendengar sebuah bisikan di telinganya.

      “Tidurlah Ki Lurah,hari masih hujan.... nyantai ajalah dulu” terdengar bisikan itu sangat dekat sekali di telinga kanannya.

      Hapus
    2. Dalam keburaman penalaran Ki Lurah masih sempat mendengar bisikan mesra, tidurlah Ki Lurah dan renungkanlah dalam-dalam, karena jabatan Lurah walapun bergajih dan berstatus PNS masih mendingan jadi Ketua RW, kerjanya nyantai tidak punya jadual rutin wara wiri ngantor, dan anggaran setahun cukup lumayan tanpa di indik indik KPK,
      Hmm... desah Ki Lurah dalam separuh tidur....hemm lagi.. kopiku benar-benar mantapp...cap kopi turu maning ....kegemarannya Mbah Surip...

      Hapus
  10. Pagi'' sudah hujan''....
    sebentar lagi rontal akan gogrok....
    kopi+ pohong goreng,cocok.
    Bagaimana kabar Ki-mBleh?
    Klo dilihat dari signal hp , sepertinya sehat'' saja...

    BalasHapus
  11. Demikianlah dengan teriakan menggelegar, pohong di tangan kanannya bergerak menuju mulut langsung diuntal tanpa dikunyah .. kopi ditangan kiri dipegang erat2 tanpa maksud yang jelas. Ki Lurah yakin dengan demikian jika ada sebangsa makhluk halus yang berada di sekitarnya, mereka akan berlarian tunggang langgang karena takut terkena cipratan kopi yang telah diberinya mantra.


    “Setan ora doyan gombel ora nempel!” geram Ki Lurah sambil nyeruput kopinya dengan bibir dimonyongkan. Seolah-olah Ki Lurah sudah yakin sebentar lagi rontal akan digrojogkan dengan deras.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. monggo nripel mBah ...... sbg wujud dukungan ke aksi 212 di gedung DPR

      Hapus
    2. Sambil berorasi "Turunkan Kiai Gringsing" dijilid Dua...
      ....hehehe...

      Hapus
  12. ha..ha..juga..
    Geng siyang mBah-Man....
    monggo dipunwedar...mboten ikut'' ajrih tho....?

    BalasHapus
  13. Hadir,suasana sejuk tapi mencekam ..... tetap semangat !

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.