Rabu, 08 Februari 2017

STSD 02_01

“Tangkap ..pembunuh..!!” yang lainnya pun ikut berteriak sambil mengangkat senjata di tangan kanan mereka tinggi-tinggi.

Untuk beberapa saat Ki Rangga dan kawan-kawannya justru telah membeku. Mereka tidak tahu apa yang harus  dilakukan dan hanya diam di tempat saja sambil menunggu.

Sejenak kemudian orang-orang yang berlari-larian itu telah sampai di tempat  Ki Rangga dan kawan-kawannya berdiri. Dengan  segera mereka berkerumun sambil mengacu-acukan senjata mereka.

Sekilas Ki Rangga dan kawan-kawannya segera melihat  bahwa mereka adalah sekumpulan orang-orang padukuhan yang masih lugu, dilihat dari jenis senjata yang mereka bawa. Kebanyakan dari mereka membawa parang pembelah kayu, linggis dan bahkan sabit rumput serta dua orang justru telah membawa cangkul.

Agaknya mereka begitu tergesa-gesa atau bahkan tidak menutup kemungkinan mereka sedang dalam perjalanan  ke sawah atau ke pategalan dan kemudian seseorang telah mempengaruhi mereka.

“Ki Sanak semua,” berkata Ki Waskita kemudian dengan suara sareh sambil maju selangkah, “Apakah sebenarnya yang telah terjadi, sehingga Ki Sanak semua telah berbondong-bondong menuju ke tempat ini?”

“Tidak usah berpura-pura kakek tua!” geram seorang yang berperawakan tegap dan masih cukup muda sambil melangkah ke depan, “Kalian berlima akan kami bawa ke banjar padukuhan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan kalian.”

“Sebentar Ki Sanak,” berkata Ki Waskita tetap dengan nada yang sareh, “Perbuatan apakah yang harus kami pertanggung-jawabkan?”

“Kalian telah membunuh orang itu!” bentak orang bertubuh kekar itu sambil menunjuk orang yang duduk di bawah pohon dan telah menjadi mayat.

“Kalian salah sangka,” jawab Ki Waskita, “Kami berlima justru terheran-heran mendapatkan orang itu telah menjadi mayat.”

“Bohong!” kembali orang berperawakan tegap itu membentak, “Ada seseorang yang telah memberitahu kami bahwa kalian lah yang telah membunuh orang itu.”

Ki Waskita mengerutkan keningnya sejenak. Katanya kemudian, “Siapakah diantara kalian yang melihat kami telah membunuh orang itu?”

Serentak orang-orang yang berkerumun itu saling pandang sambil mencoba mengenali orang-orang yang berada di dekat mereka. Agaknya mereka sedang mencari seseorang diantara mereka.

“Dimana dia?” geram orang berperawakan tegap itu sambil menebarkan pandangannya ke sekeliling.

“Ya, mana orang tadi?” seseorang yang lain telah menyahut.

“Siapa?” yang lain justru balik bertanya

“Orang yang memberitahu  kita bahwa di bulak telah terjadi  rajapati,” sahut yang lain.

Segera saja terdengar suara bergeremang di antara mereka. Ternyata orang yang sedang mereka cari  itu  justru tidak ada di antara mereka.

“Gila!” kembali orang tegap itu menggeram, “Kemana perginya orang itu, he? Dia harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini.”

“Maaf Ki Sanak,” kali ini Ki Rangga yang berkata, “Sesungguhnya kami berlima  bermaksud untuk menanyakan sesuatu kepada orang itu. Namun kami menjadi curiga begitu orang itu sama sekali tidak menjawab bahkan terlihat tidak bergerak sama sekali,” Ki Rangga berhenti sebentar. Lanjutnya kemudian, “Kami menyangka orang itu sedang mengalami kesulitan atau menderita sakit. Maka kami memberanikan diri untuk mendekat dan memeriksanya. Ternyata orang itu telah meninggal.”

Beberapa orang tampak menarik nafas sambil mengangguk-angguk. Sedangkan orang berperawakan tegap itu masih mengerutkan keningnya dalam-dalam. Bertanya orang itu kemudian dengan nada yang mulai menurun, “Siapakah sebenarnya Ki Sanak berlima ini?”

“Kami dari Prambanan dan sedang dalam perjalanan menuju ke tanah Perdikan Matesih,” jawab Ki Waskita, “Kami sangat jarang melakukan perjalanan jauh. Sehingga kami sering berhenti di suatu tempat dan menanyakan kembali arah perjalanan kami untuk meyakinkan bahwa kami tidak tersesat.”

Orang bertubuh tegap itu tampak ragu-ragu. Namun sebelum dia bertanya lebih lanjut, tiba-tiba terdengar langkah-langkah beberapa orang yang sedang berlari-larian menuju ke tempat itu Sejenak kemudian beberapa orang tampak muncul dari regol padukuhan.

“Ki Jagabaya!” hampir setiap mulut menyebut nama itu kecuali Ki Rangga dan kawan-kawannya.

Memang yang datang itu adalah Ki Jagabaya, perangkat padukuhan Klangon yang bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan padukuhan.


“Ada apa Ki Senggi?” bertanya Ki Jagabaya sesampainya dia di hadapan orang yang bertubuh tegap itu.

26 komentar :

  1. Matur nuwun mbah. Jilid baru sdh dimulai. Eng ing eng

    BalasHapus
  2. Sugeng enjang, selamat pagi ...
    Matur nuwun mbah Man wedaranipun

    BalasHapus
  3. Matur suwun mBah...
    tansah nyadong rapelan seminggu + bonus sakawne

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah..akhirnya wedaran juga...suwun mbah Man

    BalasHapus
  5. Matur nuwun.... Mbah_Man. Terpenuhi rasa kangen meskipun tambah penasaran dan semakin penasaran.

    BalasHapus
  6. ALhamdulillah buku jilid 2 sudah mulai di wedar .... matur nuwun sanget Mbah Man ... semoga sehat terus

    BalasHapus
  7. Matur nuwun sanget Mbah Man....

    Nah...sekarang kalian harus sadar, jangan cepat terpancing dengan berita berita yang tak bersaksi, seru Ki Jagabaya karena setiap orang yang telah memiliki ilmu dunia maya bisa saja bikin berita berita tanpa bukti dan saksi, yang istilah kerennya berita hoax....bukan begitu Ki Bango Lamatan??...oh iya..iya Ki Jagabaya begitulah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?

      Hapus
    2. Ooh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?

      Hapus
    3. Ooh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?

      Hapus
    4. Hahaha...selalu nyebur kelobang yang sama...hati hati Ki Zaini kalau mau enter Aji Kakang pembarep adi wuragil dilepas dulu...atau makan daun kelor agar hilang...hehehe

      Hapus
  8. Ampuuuun... komentku ada echonya....

    BalasHapus
  9. Ampuuuun... komentku ada echonya....

    BalasHapus
  10. Suwun2 mbah saben dinten ngintip mbok menowo wis ono wedaran. Plong

    BalasHapus
  11. Matur nuwun mbah_man, tas nginguk gandok..ono rontal...wah makin asyuiik...

    BalasHapus
  12. Matur nuwun mbah man. Ternyata ada wedaran hari ini, makin seru.

    BalasHapus
  13. matur nuwun mBah-Man atas Wedaran rontal hari ini.

    BalasHapus
  14. Berhati-hati jangan sampai disadap hingga dua kali sending.
    Percobaan.....

    BalasHapus
  15. Hahaha..... Kali ini berhasil!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allhamdullilah....

      coba sekali lagi Ki...buat ngelancarin kali kali aja ada hadiahnya.....hehehe

      Hapus
    2. Hahaha..... Kali ini berhasil!!!

      Hapus
    3. Aha aha...kali ini anda belum berhasil....

      Silahkan dicoba lagi...pasti ada hadiahnya stsd 2 bab 2

      Hapus
  16. Hadir sore...tetap semangat...

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.