“Tangkap ..pembunuh..!!”
yang lainnya pun ikut berteriak sambil mengangkat senjata di tangan kanan
mereka tinggi-tinggi.
Untuk beberapa saat Ki
Rangga dan kawan-kawannya justru telah membeku. Mereka tidak tahu apa yang
harus dilakukan dan hanya diam di tempat
saja sambil menunggu.
Sejenak kemudian orang-orang
yang berlari-larian itu telah sampai di tempat Ki Rangga dan kawan-kawannya berdiri.
Dengan segera mereka berkerumun sambil
mengacu-acukan senjata mereka.
Sekilas Ki Rangga dan
kawan-kawannya segera melihat bahwa
mereka adalah sekumpulan orang-orang padukuhan yang masih lugu, dilihat dari
jenis senjata yang mereka bawa. Kebanyakan dari mereka membawa parang pembelah
kayu, linggis dan bahkan sabit rumput serta dua orang justru telah membawa
cangkul.
Agaknya mereka begitu
tergesa-gesa atau bahkan tidak menutup kemungkinan mereka sedang dalam
perjalanan ke sawah atau ke pategalan dan
kemudian seseorang telah mempengaruhi mereka.
“Ki Sanak semua,” berkata Ki
Waskita kemudian dengan suara sareh sambil maju selangkah, “Apakah sebenarnya
yang telah terjadi, sehingga Ki Sanak semua telah berbondong-bondong menuju ke
tempat ini?”
“Tidak usah berpura-pura
kakek tua!” geram seorang yang berperawakan tegap dan masih cukup muda sambil
melangkah ke depan, “Kalian berlima akan kami bawa ke banjar padukuhan untuk
mempertanggung-jawabkan perbuatan kalian.”
“Sebentar Ki Sanak,” berkata
Ki Waskita tetap dengan nada yang sareh, “Perbuatan apakah yang harus kami
pertanggung-jawabkan?”
“Kalian telah membunuh orang
itu!” bentak orang bertubuh kekar itu sambil menunjuk orang yang duduk di bawah
pohon dan telah menjadi mayat.
“Kalian salah sangka,” jawab
Ki Waskita, “Kami berlima justru terheran-heran mendapatkan orang itu telah
menjadi mayat.”
“Bohong!” kembali orang
berperawakan tegap itu membentak, “Ada seseorang yang telah memberitahu kami bahwa
kalian lah yang telah membunuh orang itu.”
Ki Waskita mengerutkan
keningnya sejenak. Katanya kemudian, “Siapakah diantara kalian yang melihat
kami telah membunuh orang itu?”
Serentak orang-orang yang
berkerumun itu saling pandang sambil mencoba mengenali orang-orang yang berada
di dekat mereka. Agaknya mereka sedang mencari seseorang diantara mereka.
“Dimana dia?” geram orang
berperawakan tegap itu sambil menebarkan pandangannya ke sekeliling.
“Ya, mana orang tadi?”
seseorang yang lain telah menyahut.
“Siapa?” yang lain justru balik
bertanya
“Orang yang memberitahu kita bahwa di bulak telah terjadi rajapati,” sahut yang lain.
Segera saja terdengar suara
bergeremang di antara mereka. Ternyata orang yang sedang mereka cari itu justru tidak ada di antara mereka.
“Gila!” kembali orang tegap
itu menggeram, “Kemana perginya orang itu, he? Dia harus bertanggung jawab atas
semua kejadian ini.”
“Maaf Ki Sanak,” kali ini Ki
Rangga yang berkata, “Sesungguhnya kami berlima bermaksud untuk menanyakan
sesuatu kepada orang itu. Namun kami menjadi curiga begitu orang itu sama
sekali tidak menjawab bahkan terlihat tidak bergerak sama sekali,” Ki Rangga
berhenti sebentar. Lanjutnya kemudian, “Kami menyangka orang itu sedang
mengalami kesulitan atau menderita sakit. Maka kami memberanikan diri untuk
mendekat dan memeriksanya. Ternyata orang itu telah meninggal.”
Beberapa orang tampak
menarik nafas sambil mengangguk-angguk. Sedangkan orang berperawakan tegap itu
masih mengerutkan keningnya dalam-dalam. Bertanya orang itu kemudian dengan
nada yang mulai menurun, “Siapakah sebenarnya Ki Sanak berlima ini?”
“Kami dari Prambanan dan sedang
dalam perjalanan menuju ke tanah Perdikan Matesih,” jawab Ki Waskita, “Kami
sangat jarang melakukan perjalanan jauh. Sehingga kami sering berhenti di suatu
tempat dan menanyakan kembali arah perjalanan kami untuk meyakinkan bahwa kami
tidak tersesat.”
Orang bertubuh tegap itu
tampak ragu-ragu. Namun sebelum dia bertanya lebih lanjut, tiba-tiba terdengar
langkah-langkah beberapa orang yang sedang berlari-larian menuju ke tempat itu Sejenak kemudian beberapa orang tampak muncul dari regol padukuhan.
“Ki Jagabaya!” hampir setiap
mulut menyebut nama itu kecuali Ki Rangga dan kawan-kawannya.
Memang yang datang itu
adalah Ki Jagabaya, perangkat padukuhan Klangon yang bertanggung jawab atas keselamatan
dan keamanan padukuhan.
“Ada apa Ki Senggi?”
bertanya Ki Jagabaya sesampainya dia di hadapan orang yang bertubuh tegap itu.
Matur nuwun mbah. Jilid baru sdh dimulai. Eng ing eng
BalasHapusSugeng enjang, selamat pagi ...
BalasHapusMatur nuwun mbah Man wedaranipun
Matur suwun mBah...
BalasHapustansah nyadong rapelan seminggu + bonus sakawne
Alhamdulillah..akhirnya wedaran juga...suwun mbah Man
BalasHapusMatur nuwun.... Mbah_Man. Terpenuhi rasa kangen meskipun tambah penasaran dan semakin penasaran.
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man .....
BalasHapusALhamdulillah buku jilid 2 sudah mulai di wedar .... matur nuwun sanget Mbah Man ... semoga sehat terus
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man....
BalasHapusNah...sekarang kalian harus sadar, jangan cepat terpancing dengan berita berita yang tak bersaksi, seru Ki Jagabaya karena setiap orang yang telah memiliki ilmu dunia maya bisa saja bikin berita berita tanpa bukti dan saksi, yang istilah kerennya berita hoax....bukan begitu Ki Bango Lamatan??...oh iya..iya Ki Jagabaya begitulah...
Ooh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?
HapusOoh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?
HapusOoh... jadi Ki RAS dkk korban hoax, Ki Adiwa Swarna? Digruduk rame-rame?
HapusHahaha...selalu nyebur kelobang yang sama...hati hati Ki Zaini kalau mau enter Aji Kakang pembarep adi wuragil dilepas dulu...atau makan daun kelor agar hilang...hehehe
HapusAmpuuuun... komentku ada echonya....
BalasHapusAmpuuuun... komentku ada echonya....
BalasHapusmatur nuwun
BalasHapusSuwun2 mbah saben dinten ngintip mbok menowo wis ono wedaran. Plong
BalasHapusMatur nuwun mbah_man, tas nginguk gandok..ono rontal...wah makin asyuiik...
BalasHapusMatur nuwun mbah man. Ternyata ada wedaran hari ini, makin seru.
BalasHapusmatur nuwun mBah-Man atas Wedaran rontal hari ini.
BalasHapusBerhati-hati jangan sampai disadap hingga dua kali sending.
BalasHapusPercobaan.....
Hahaha..... Kali ini berhasil!!!
BalasHapusAllhamdullilah....
Hapuscoba sekali lagi Ki...buat ngelancarin kali kali aja ada hadiahnya.....hehehe
Hahaha..... Kali ini berhasil!!!
HapusAha aha...kali ini anda belum berhasil....
HapusSilahkan dicoba lagi...pasti ada hadiahnya stsd 2 bab 2
Hadir sore...tetap semangat...
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus