Kamis, 09 Februari 2017

STSD 02_02

“Maaf Ki Jagabaya, kita sedang mengusut sebuah rajapati yang baru saja terjadi di bulak ini,” jawab orang  bertubuh tegap itu yang ternyata bernama Ki Senggi.

Sejenak Ki Jagabaya mengerutkan keningnya sambil mengedarkan pandangan matanya ke wajah-wajah yang ada di sekelilingnya. Katanya kemudian, “Aku baru saja diberi tahu tentang rajapati ini. Nah, di mana jasad orang itu? Aku ingin melihatnya.”

Segera saja kerumunan itu menyibak dan memberi jalan Ki Jagabaya. Dengan langkah lebar Ki Jagabaya  pun kemudian mendekati jasad orang yang masih terlihat duduk di bawah pohon itu.

Sambil membungkuk Ki Jagabaya mencoba membuka caping itu. Sejenak kerut merut yang dalam terlihat menghiasi kening Ki Jagabaya.

“Sebuah paser,” desis Ki Jagabaya perlahan sambil mengamat-amati sebuah paser yang menancap dalam-dalam di leher orang itu, “Tentu sebuah paser yang sangat beracun.”

Beberapa orang yang mendengar desis Ki Jagabaya itu mencoba mendekat. Dengan berdesak-desakan mereka mencoba melihat keadaan orang itu.

“Sudahlah,’ berkata Ki Jagabaya kemudian sambil menegakkan tubuhnya dan berbalik, “Angkat jasad ini dan bawa ke banjar padukuhan. Kita harus segera menyelenggarakan pemakaman baginya sebelum hujan turun.”

Mendengar kalimat terakhir Ki Jagabaya, serentak mereka yang hadir mendongakkan kepala mereka ke langit. Mendung sudah sedemikian tebalnya serta angin yang bertiup  keras terasa telah membawa titik-titik air.

“Bagaimana dengan Ki Sanak berlima ini, Ki Jagabaya?” bertanya Ki Senggi begitu melihat Ki Jagabaya tampak memperhatikan Ki Rangga dan kawan-kawannya yang berdiri termangu-mangu sambil memegang kendali kuda masing-masing.

Ki Jagabaya berpaling sekilas mendengar pertanyaan Ki Senggi. Bertanya Ki Jagabaya kemudian, “Siapakah mereka?”

“Maaf Ki Jagabaya,” Ki Waskita lah yang mendahului menjawab sambil  melangkah mendekat dengan tetap memegangi kendali kudanya, “Kami berlima berasal dari Prambanan dan sedang dalam perjalanan menuju ke Perdikan Matesih,” Ki Waskita berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Beberapa saat tadi kami menemukan orang itu sudah dalam keadaan tidak bernyawa di bawah pohon.”

Ki Jagabaya tidak  segera menanggapi kata-kata Ki Waskia. Sepasang matanya yang mirip sepasang mata burung hantu itu menatap tajam ke wajah Ki Waskita.

Agaknya Ki Waskita dapat menjajagi isi hati Ki Jagabaya. Maka katanya kemudian sambil balas menatap mata Ki Jagabaya, “Apakah Ki Jagabaya meragukan keterangan kami?”

Ki Jagabaya terkejut. Sepasang mata Ki Waskita yang balik menatapnya itu bagaikan menyala dan telah membuat sepasang matanya menjadi pedas bahkan mulai berair.

“Gila!” geram Ki Jagabaya dalam hati sambil melemparkan  pandangan matanya ke arah Ki Senggi. Katanya kemudian, “Ada hubungan apakah mereka berlima dengan peristiwa rajapati ini?”

Ki Senggi beringsut setapak. Jawabnya kemudian, “Seseorang telah memberitahukan kepada kami bahwa mereka berlima itulah pembunuh yang sebenarnya.”

Untuk kesekian kalinya Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Tanyanya kemudian, “Di mana orang itu sekarang?”

“Dia tidak ada di sini, Ki Jagabaya.”

Merah padam wajah Ki Jagabaya. Katanya kemudian dengan suara sedikit keras, “Panggil orang itu ke sini sekarang juga!”

“Aku tidak mengenalnya, Ki Jagabaya.”

“He?” seru Ki Jagabaya keheranan, “Bagainmana mungkin? Bukankah Ki Senggi  mengenal hampir semua penghuni padukuhan Klangon ini?”

“Ya, Ki Jagabaya,” jawab Ki Senggi cepat, “Namun kami tidak sempat menanyakan  jati diri orang itu, karena berita rajapati itu telah mengejutkan kami.”

“Ki Senggi benar Ki Jagabaya,” sahut yang lain, “Pada saat kami akan berangkat ke sawah, di tengah perjalanan  seseorang telah memberitahu kami tentang rajapati ini.”

“Dan tidak ada seorang pun dari kalian yang mengenal orang itu?’ sela  Ki Jagabaya cepat.

Hampir bersamaan orang-orang padukuhan Klangon yang hadir di tempat itu menggeleng.

Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sambil menatap satu-satu wajah yang tertunduk itu Ki Jagabaya pun kemudian bertanya, “Atas dasar apa kalian seenaknya saja menuduh Ki Sanak berlima ini sebagai pelakunya?”


Wajah-wajah lugu penghuni padukuhan Klangon itupun semakin  tertunduk dalam-dalam.

33 komentar :

  1. Mantaap mbah Man .... matur nuwun sanget .... wedaran pagi hari buat semangat macul sawah ...

    BalasHapus
  2. Matur nuwun mbah wedarannya hari ini.

    BalasHapus
  3. Siip.....
    matur suwun Panembahan

    BalasHapus
  4. Seorang Jagabaya yg bijaksana rupanya... Cerdik dan teliti. Matur nuwun Mbah_Man.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang pastinya Mbah Man yang paling bijaksana,teliti dan cerdik "Atas dasar apa kalian seenaknya saja menuduh Kisanak berlima ini sebagai pelakunya?"...

      Coba kalau yang ngarang bukan Mbah Man pastinya sudah digeruduk..duk..duk...www.usil.com hehehelm..helm

      Matur nuwun sanget Mbah Man🙏🙏

      Hapus
    2. luwih rame lsg digruduk....ora mempan tapak paluning pande

      Hapus
    3. Itulah sesorah Adipati Harya Penangsang yang diwakili oleh Raden Mas Aryo Paningset ternyata keangkuhannya atas ilmunya telah memakan diri sendiri,kiai setan kober juga sedikit tersinggung karenanya.....hehehe

      Hapus
  5. Matur nuwun mbah_man, kamis berkah, monggo ditambah mbah hehe

    BalasHapus
  6. Matur-nuwun mBah-Man, atas rontalnya.

    BalasHapus
  7. Hadir, Jum'at Barakah ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  8. Pagi2 dari menjelang subuh sampai sekarng hujan. Wah kalau ada wedaran asiik kuha nih.

    BalasHapus
  9. Pagi2 dari menjelang subuh sampai sekarng hujan. Wah kalau ada wedaran asiik kuha nih.

    BalasHapus
  10. Pagi2 dari menjelang subuh sampai sekarng hujan. Wah kalau ada wedaran asiik kuha nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dibaca dari kanan kekiri....

      Nih kuha asik wedaran ada kalau wah. Hujan sekarang sampai subuh menjelang dari pagi2.

      Hapus
    2. ..... kekiri kanan dari dibaca Kalau

      Hapus
    3. asik kuha itu apa ya ? ya apa itu kuha asik ? kuha kuha .... .....

      Hapus
  11. Hadir jemuah barokah ..... hujan hujan nunggu wedaran ..... biar gak kedinginan, lari lari muter taman ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ....biar kedinginan... hujan hujan lari lari muter taman....


      ...hehehe....besok persiapan minggu tenang....hahaha....

      Hapus
    2. Kalau dibaca sambil atret....

      hujan muter taman lari, hujan lari...kedinginan biar aja...hehehe

      Hapus
    3. heheheheehe dingiiiinnn .... lari lari aja kita ya Ki DikHar dan Ki Adiwaswa ....

      Hapus
  12. Hari ini Mataram tanpa matahari, mendung. Bersedih karna dilarang turun kejalan 112. Hadir di TB Mbah_Man lebih afdol kali ya?.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ...Mataram cerah oom...cuma ngelangut nunggu rontal...


      ...hehehe....

      Hapus
  13. 112 hadir di TB Mbah_Man? Mataram tenang, adem ayem. Kita tetap bersabar menunggu rontal berikutnya.

    BalasHapus
  14. Menghapus bayangan semu yg selalu ikut tampil...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menghapus bayangan semu yg selalu ikut tampil...

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
    3. Bayang semu sudah terhapus oleh pengarangnya....tapi menchungul kembali bayangan berikutnya...ah bayanganmu selalu mengejar...sehingga jari ini seakan bergetar...seharus terpencet hanya satu "tut"...karena selalu dikejar bayangan sehingga terpencet "tut..tut"
      ....hehehe

      Hapus
    4. ....Padepokan Sekar Keluwih saat ini adalah yang terkuat di antara padepokan yang lain....para Cantrik nya yang relative angkatan muda sudah pada memiliki ajian kakang kawah adi ari ari dan - pengangen-angen - dan ajian penggandaan koment....apalagi para seniornya....

      ...hehehe....

      www.kangenmbahman.com

      Hapus
    5. Nggeh Mbah.... poro cantrik sampun lulus ajian komen ganda.... sakmeniko lagi tirakat matek aji rontal dobel....

      Hapus
    6. Wajah-wajah lugu penghuni pedukuhan Klangon itupun semakin tertunduk dalam-dalam....

      dan tak lupa sembari geleng-geleng kepala begitu dahsyat ilmu semu yang diperagakan oleh Ki Waskita...bisa membuat sesorah sesorah bisa kembar siam bahkan menjadi ganda campur baur...hehehelm...helm

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.