Begitu
langkah Ki Rangga hampir mencapai tempat
Ki Swandaru terbaring, ternyata Pandan Wangi dan Sekar Mirah telah
sampai terlebih dahulu dan langsung berlutut di sisi tubuh Ki Swandaru yang
terbujur diam..
“Jangan
pegang tubuh Adi Swandaru..!” teriak Ki Rangga begitu melihat kedua perempuan
itu berusaha mengguncang tubuh yang tergolek diam itu.
Serentak
kedua perempuan itu segera berpaling. Begitu menyadari yang hadir adalah Ki
Rangga Agung sedayu, dengan serta-merta mereka segera menghentikan gerakan
tangan mereka.
“Wangi,
Mirah,” berkata Ki Rangga kemudian sambil berlutut di sebelah tubuh Ki
Swandaru, “Ketahuilah. Menilik luka-luka yang lebam dan hitam ini, kemungkinan
Adi Swandaru terkena racun yang sangat kuat dan jahat.”
Berdesir
jantung kedua perempuan itu. Dengan mata yang mulai sembab dan suara sedikit
serak, Pandan Wangi pun segera mengajukan pertanyaan, “Lantas bagaimana Kakang?
Apakah kakang dapat mengobati kakang Swandaru?”
Sejenak Ki
Rangga menarik nafas dalam-dalam. Dengan kerut-merut di dahinya, diamatinya beberapa bagian tubuh Ki Swandaru
yang terlihat membengkak dan berwarna biru kehitam-hitaman.
“Wangi, aku
hanya bisa berusaha. Marilah kita panjatkan doa kepada Yang Maha Agung agar
suamimu selamat,” jawab Ki Rangga kemudian.
Pandan
Wangi hanya mengangguk sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dengan sekuat
tenaga dicobanya untuk menahan tangis yang mulai terasa menyesakkan dada.
Dengan sepenuhnya dia menyadari, walaupun dia seorang perempuan namun kini dia
sedang berada di tengah medan pertempuran dengan sepasang pedang di lambung.
Sedangkan
Sekar Mirah hanya dapat menggeretakkan giginya. Wajahnya tampak gelisah melihat
keadaan saudara laki-laki satu-satunya itu.
Dengan
cekatan dan hati-hati Ki Rangga kemudian segera memijat jalur-jalur urat nadi
di beberapa bagian tubuh Ki Swandaru untuk mencegah racun itu menjalar sampai
ke jantung.
“Kakang?”
bertanya Sekar Mirah kemudian dengan sedikit terkejut, “Mengapa kakang
menyentuh tubuh kakang Swandaru? Bukankah kakang tadi mengatakan bahwa tubuh
kakang Swandaru terkena racun yang keras dan jahat?”
Ki Rangga
menarik nafas dalam-dalam sambil memandang kedua perempuan itu ganti berganti.
Sementara pandan Wangi pun ikut mengangkat kepalanya sambil memandang Ki Rangga
dengan penuh kekhawatiran.
“Atas
seijin Yang Maha Agung, aku telah dikaruniai kekebalan terhadap segala jenis
racun,” jawab Ki Rangga dengan suara rendah.
Hampir
bersamaan kedua perempuan itu menarik nafas dalam-dalam sambil
mengangguk-angguk. Kekaguman kedua perempuan itu kepada Ki Rangga pun menjadi semakin
bertambah-tambah.
"Bagaimana kalian berdua bisa sampai ke tempat ini?" bertanya Ki Rangga kemudian sambil tetap bekerja.
Untuk beberapa saat kedua perempuan itu saling pandang. Pandan Wangilah yang menjawab, "Kami bertiga diantar Kanjeng Sunan."
"Bertiga?" bertanya Ki Rangga dengan kerut merut di dahi.
"Ya, kakang. kami bertiga bersama Anjani," giliran Sekar Mirah yang menjawab sambil mencoba melihat kesan di wajah suaminya. Namun Sekar Mirah menjadi kecewa. Wajah suaminya datar-datar saja bahkan terlihat sangat bersungguh-sungguh menelisik luka-luka di sekujur tubuh adik seperguruannya itu.
“Apakah ada
yang bisa mencarikan aku air?” bertanya Ki Rangga kemudian untuk mengalihkan perhatian.
Kedua
perempuan yang kini bersimpuh di sisi tubuh Ki Swandaru itu saling pandang
sejenak. Bagaimana mungkin mereka mendapatkan air di tengah padang rumput lemah
cengkar itu?
“Aku akan
mencarinya kakang?” akhirnya Sekar Mirah bangkit berdiri. Dengan tergesa-gesa
dia kemudian berlari ke garis belakang pertempuran.
Adalah
sangat kebetulan pada saat itu cantrik yang kembali dari mencari air tampak
sedang berlari-lari ke arahnya sambil menjinjing sesuatu di tangan kanannya.
Sekar Mirah
pun agaknya melihat cantrik itu. Dengan segera diayunkan langkahnya untuk
menyongsongnya.
Agaknya
cantrik itu mengenal Sekar Mirah sebagai istri Ki Rangga Agung Sedayu, murid
utama perguruan orang bercambuk. Maka dengan tergopoh-gopoh dia segera berlari menyambut
kedatangan Sekar Mirah.
“Apa yang
terjadi?” bertanya Sekar Mirah begitu sampai di hadapan cantrik itu.
“Ki Widura
terluka Nyi,” jawab cantrik itu sambil menunjuk Ki Widura yang terbaring beberapa
langkah di belakangnya.
“He?!” seru
Sekar Mirah terkejut, “Paman Widura terluka?”
Cantrik itu
belum sempat menjawab, ketika dengan
setengah berlari Sekar Mirah segera menuju ke tempat Ki Widura terbaring.
Dengan
hati-hati Sekar Mirah segera berlutut di sisi tubuh yang terlihat tertidur
dengan tenang. Dengan perlahan Sekar Mirah pun mencoba mengguncang pundak Ki
Widura.
“Paman?..Paman
Widura..?” panggil Sekar Mirah sedikit keras sambil mengguncang-guncang bahu Ki
Widura. Sementara cantrik itu hanya bisa berdiri termangu-mangu di belakangnya.
Namun
agaknya Ki Widura terlalu lelap tidurnya sehingga sulit untuk dibangunkan.
Sekar Mirah pun menjadi tidak sabar.
“Biarlah
Paman Widura beristirahat di sini. Tungguilah. Aku akan mencari air,” berkata
Sekar Mirah sambil bangkit berdiri.
“Air?”
bertanya cantrik itu sedikit terkejut, “Aku sudah mendapatkan air, Nyi.”
Selesai
berkata demikian cantrik itu segera mengangsurkan sebuah lodong bambu yang
penuh berisi air.
“He?” seru
Sekar Mirah heran sambil memutar tubuhnya, “Dari mana engkau dapatkan ini?”
“Seseorang
telah memberi aku lodong ini Nyi,” berkata cantrik itu kemudian, “Sewaktu Ki
Widura aku bawa ke garis belakang ini, aku telah meninggalkannya sejenak untuk
mencari air. Sesampainya aku di pinggir padang rumput di ujung sana, ada seorang
kakek-kakek yang sedang duduk di bawah sebatang pohon. Dia memberikan aku
lodong berisi air ini.”
Untuk sejenak
Sekar Mirah mengerutkan keningnya. Tanyanya kemudian, “Apakah engkau mengenal
kakek itu?”
Cantrik itu
menggeleng. Jawabnya kemudian, “Ketika aku bertanya, dia hanya memperkenalkan
diri sebagai kakek Tanpa Aran.”
Kembali Sekar
Mirah mengerutkan keningnya. Namun akhirnya dia menghela nafas panjang sambil
berkata, “Ah, sudahlah. Kakang Agung Sedayu memerlukan air ini untuk mengobati
kakang Swandaru,” Sekar Mirah berhenti sejenak.
Lanjutnya kemudian, “Kelihatannya Paman Widura sudah berangsur membaik. Nanti
aku sampaikan Kakang Agung Sedayu setelah dia selesai mengobati kakang
Swandaru.”
Cantrik itu
justru tidak menanggapi kata-kata Sekar Mirah dan hanya mengangguk-angguk. Dia tidak
tahu harus berbuat apa. Ki Widura sedang terluka sedangkan menurut penuturan
Sekar Mirah, Ki Swandaru pun juga
terluka.
“Aku pergi
dulu,” berkata Sekar Mirah kemudian ketika dilihatnya cantrik itu hanya berdiri
diam termangu-mangu.
Tanpa menunggu
jawaban cantrik itu, Sekar Mirah pun segera berlari kembali ke tengah-tengah
medan pertempuran.
Dalam pada
itu pertempuran di padang rumput lemah Cengkar itu ternyata menjadi semakin kisruh demikian Pangeran Ranapati terjatuh. Para pengikutnya tidak tahu harus
berbuat apa. Sekilas mereka masih melihat guru Pangeran Ranapati itu berlari ke
tempat Pangeran Ranapati jatuh. Selanjutnya mereka tidak melihat lagi kedua
orang itu di medan pertempuran.
“Menyerahlah..!”
teriak Lurah prajurit yang mengambil alih pasukan sepeninggal Ki Tumenggung
Purbarana, “Atas nama penguasa tertinggi Mataram, aku jamin kalian akan
diperlakukan sesuai paugeran yang berlaku.”
“Omong
kosong..!” teriak Kyai Dadap Ireng yang bertempur dengan sengitnya melawan Ki
Lurah Adiwaswa, “Kalian tak ubahnya segerombolan serigala yang lapar. Kalian akan
mencabik-cabik tubuh kami dan menggantung kepala kami masing masing di
alun-alun sebagai contoh bagi orang-orang yang berani menentang Mataram.”
“Tentu saja tidak Kyai,” jawab Ki Lurah sambil menghindar sambaran senjata lawannya. Tanpa sadar
pandangan matanya sekilas melihat bayangan seseorang mendekati mereka.
Ketika dengan
sebuah loncatan panjang Ki Lurah Adiwaswa menghindari serangan membadai
lawannya, begitu kedua kakinya menjejak tanah, pandangan matanya segera saja
melihat seorang perempuan muda yang mempunyai kecantikan luar biasa sedang
berdiri termangu-mangu di pinggir arena pertempuran.
@ para CanMen
BalasHapusNyuwun ngapunten Mohon maaf, mbah man beberpa hari ini sakit. Tensi naik 180/100. Kebanyakan ngopi kata mbah putri.
Beberpa hari mbah man nggak ngator. Pagi tadi rasa-rasanya sudah sehat, maka mbah man menyempatkan wedaran.
mohon maaf telah agak lama menunggu.
matur suwun
Alhamdulillah...Mbah_Mah sudah sehat kembali....dan kami senantiasa mendoakan, agar Mbah_Mah dan Keluarga senantiasa dikaruniai Rahmat , Hidayah dan Kesehatan oleh Allah SWT. Aamin.
HapusMboten dados punopo mbah...niki pun dados ciri wancine nek para camen remen gegujengan....mboten usah dipun penggalih mbah....sing penting ana tamba kangene...
Salam hormatuntuk para kadang sadaya...
ehh...salah ketik...maksudnya Mbah_Man.....gugup mendengar mbah tersayangnya kesehatannya agak terganggu....
HapusMatur nuwun sanget Mbah Man walaupun kurang sehat masih sempat menghibur para canmen semoga Yang Maha Agung Allah SWT selalu memberi karunia kesehatan dan semoga cepat sembuh....Aamin🙏🙏
HapusYang penting sehat dulu mbah, wedaran bisa menyusul
HapusAlhamdulillah kalau Mbah Man sudah membaik kesehatannya .... sehat dulu yang penting Mbah Man ... semoga Mbah Man sekeluarga selalu dalam lindungan Allah SWT ...
HapusMatur nuwun sanget wedarannya .....
Hapuswis tak titeni (ngapunten Ki Jokowono, ngampil tagline nya #wistaktiteni), angger wedaran terlambat mesti Panembahan gerah atau sibuk dengan kebunnya.
HapusSemoga Panembahan semakin sehat dan tidak kambuh lagi penyakitnya. Aamiin.....
Alhamdulillah... Mugi mugi mbah Man tansah paringi sehat...
HapusMatur nuwun mbah_man.....wah tensinya kok duwur yo...semoga cepet sehat lagi nggih mbah...
BalasHapusMatur nuwun Mban Man, hidangan weekend !
BalasHapusMugi enggal pulih kados wingi uni, sehat wal afiat malih ..... aamiin !
Matur nuwun mBah-Man, atas wedarannya ,semoga lekas sembuh seperti sediakala, bahkan lebih sehat, Aamiin.
BalasHapusSyafakallohu...mBah mboten sah menggalih nasibe Anjani..ben dak rampungake
BalasHapus....
Matur nuwun mbah. Semoga cepat pulih
BalasHapusAlhamdulillah, semoga Mbah Man selalu diberiNYA sehat selalu, Amien YRA
BalasHapusWaduh ketinggalan. Matur nuwun mbah wedaran hari ini. Ditambah lagi dong, double atau triple.
BalasHapus"Yang penting sehat dulu Mbah Man wedaran bisa menyusul"...lho koq jembule komentar lanjutan minta tambah double or triple Ki HRG ....hehehe...kulo nganggo helm Ki...😆😆
HapusKan lagi nggogrok rontal biar wedaran lg ki adiwa. Kl udah wedaran kan sudah sehat hehehe . Ngapunten mbah, ampun suko.
Hapus☺☺
Insya Allah Mbah Man segera sehat agar Ki Widura bisa cepat bangun dari tidur pulasnya....ternyata Kyai Tanpa Aran yang berjohgkok itu....Kyai Tanpa Aran dan Kanjrng Sunan apakah orang yang sama??
HapusMbah Man dalam kondisi kurang sehat masih bisa bercanda dengan menghadirkan Gadis cantik ditengan pertempuran Ki Lurah dan Kyai Dadap Ireng sehingga membuat gerah hawa di lemah cengkar apalagi Aji Ki Singawana Sepuh yang mengeluarkan hawa dingin telah lenyap sehingga banyak yang merasa gerah dan situasi ini dimanfaatkan oleh pedagang asongan yang menjual kipas sate...kipas...kipas..sewu telu...sret mblayu nganggo montor ora lali nganggo helm....tuit...tuit
BalasHapusSippppp mbah....semoga lekas sembuh amin
BalasHapusSippppp mbah....semoga lekas sembuh amin
BalasHapusSwandaru terluka cukup parah, meskipun RAS kebal racun belum tentu bisa mengobati. Mungkin hanya bisa menghentikan menjalarnya racun. Lalu siapa yg bisa mengobati ? Yg sdh berguru dg kanjeng Sunan adalah Anjani. Anjani lah yg bisa membuat Swandaru siuman spt ketika mengobati RAS.
BalasHapusItu sekedar prediksi saya. Ngapunten nggih mbah Man komowani ngramal.
SG tdk tertolong lgi
HapusTerbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam
SG tdk tertolong lgi
HapusTerbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam
Semangat 45 mas Aryo sampai komentarne selalu double...SG pralaya PW resmi Janda balik kecinta pertama yang membuat bahagia...hehe
HapusAda kemungkinan ramalan Ki Sastrawan yang menyembuhkan SG itu Nyi Anjani dengan Aji Seribu Bunga pengusir racun tapi agak risih saratne harus bugil....wedi ono seng ingak inguk mbolongi pager....opo harus ngundang Kyai Bugil Kaliki...ben Anjani ora bugil bugilan meneh....
SG tdk tertolong lgi
HapusTerbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam
Hahaha...3 kali komentar yg sama silahkan ambil hadiah payungnya....Mas Aryo😆😆
HapusKi TA kira kira KG yang diberi peran penting membimbing calon ......
BalasHapusWeh pak tenan Ki Dik Har KG dpt tugas membimbing Sukra alias Gratra Bumi karena KS tahu silsilah anak itu....bapaknya lagi nyaru jadi Lurah saudara seperguruan Ki Lurah Wira Sembada yang awet muda karena rajin bekerja dan nyambi ngojek...
HapusKoq iso dadi 3 komen ya....
HapusJgn2 sdh ketularan AS...kakang kawah adi ari2
...hihihi...GB sudah disiapkan untuk jadi OE Ki Adi......
HapusOE singkatan opo yo Ki Dik yo wis coba nebak mugo mugo ono hadiahne mulai...
HapusOE = menjadi U ejaan baru
OE = oncom enak
OE = orang edan
OE = ogah emoh
OE = onta elek
Wah ora ono sing pas Ki Dik....kulo nyerah Ki...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus...U lama Ki...
HapusLanjut ......
BalasHapusjogging muter taman .... sapa tau ada wedaran lagi malem malem .... ngarep boleh kan .... gak kuat ngebayangke Ki Lurah Adiwaswa ketemu Anjani ...
BalasHapusOjo dibayangke Ki DP dibalangae HPne...mau nguping omong omong Ki Lurah dgn Anjani seru pasti Ki DP klepek klepek...karena ada lirik lagu koes plus...pernah kucium remas tujuh belas...kumerasa terbang hatiku deg..deg..plas...kutaktau...kutaktau...ooooo...kulesu!!
Hapuskulesu/ kujmu?...pingin tahu ini lagu judulnya nopo nggih.....? dah lama banget ternyata...hhhh.
HapusJudul lagune "Ku jemu" by Koes Plus lagu keluhane Ki P Satpam ....Ki Widi..penggalan lirikne sbb:
HapusBekerja dimalam hari tidur disianh hari
Kerja keras bagai kuda dicambuk dan didera
Kutaktahu...kutaktahu....ooooo...kujemu!!
Ngahaputen Ki P Satpam ....🙏
tks ki Adiwa, jdi ingat masa kecil....
HapusSemoga Panembahan sehat-sehat saja. Aamiin...
BalasHapusGeng injang, dah sampai Sangkal Putung/ Jatinom,......blm ketemu Swandaru.@Samsat Klaten.
BalasHapus