Sabtu, 17 Desember 2016

TADBM 416_18

Begitu langkah Ki Rangga hampir mencapai tempat  Ki Swandaru terbaring, ternyata Pandan Wangi dan Sekar Mirah telah sampai terlebih dahulu dan langsung berlutut di sisi tubuh Ki Swandaru yang terbujur diam..

“Jangan pegang tubuh Adi Swandaru..!” teriak Ki Rangga begitu melihat kedua perempuan itu berusaha mengguncang tubuh yang tergolek diam itu.

Serentak kedua perempuan itu segera berpaling. Begitu menyadari yang hadir adalah Ki Rangga Agung sedayu, dengan serta-merta mereka segera menghentikan gerakan tangan mereka.

“Wangi, Mirah,” berkata Ki Rangga kemudian sambil berlutut di sebelah tubuh Ki Swandaru, “Ketahuilah. Menilik luka-luka yang lebam dan hitam ini, kemungkinan Adi Swandaru terkena racun yang sangat kuat dan jahat.”

Berdesir jantung kedua perempuan itu. Dengan mata yang mulai sembab dan suara sedikit serak, Pandan Wangi pun segera mengajukan pertanyaan, “Lantas bagaimana Kakang? Apakah kakang dapat mengobati kakang Swandaru?”

Sejenak Ki Rangga menarik nafas dalam-dalam. Dengan kerut-merut di dahinya,  diamatinya beberapa bagian tubuh Ki Swandaru yang terlihat membengkak dan berwarna biru kehitam-hitaman.

“Wangi, aku hanya bisa berusaha. Marilah kita panjatkan doa kepada Yang Maha Agung agar suamimu selamat,” jawab Ki Rangga kemudian.

Pandan Wangi hanya mengangguk sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dengan sekuat tenaga dicobanya untuk menahan tangis yang mulai terasa menyesakkan dada. Dengan sepenuhnya dia menyadari, walaupun dia seorang perempuan namun kini dia sedang berada di tengah medan pertempuran dengan sepasang pedang di lambung.

Sedangkan Sekar Mirah hanya dapat menggeretakkan giginya. Wajahnya tampak gelisah melihat keadaan saudara laki-laki satu-satunya itu.

Dengan cekatan dan hati-hati Ki Rangga kemudian segera memijat jalur-jalur urat nadi di beberapa bagian tubuh Ki Swandaru untuk mencegah racun itu menjalar sampai ke jantung.

“Kakang?” bertanya Sekar Mirah kemudian dengan sedikit terkejut, “Mengapa kakang menyentuh tubuh kakang Swandaru? Bukankah kakang tadi mengatakan bahwa tubuh kakang Swandaru terkena racun yang keras dan jahat?”

Ki Rangga menarik nafas dalam-dalam sambil memandang kedua perempuan itu ganti berganti. Sementara pandan Wangi pun ikut mengangkat kepalanya sambil memandang Ki Rangga dengan penuh kekhawatiran.

“Atas seijin Yang Maha Agung, aku telah dikaruniai kekebalan terhadap segala jenis racun,” jawab Ki Rangga dengan suara rendah.

Hampir bersamaan kedua perempuan itu menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-angguk. Kekaguman kedua perempuan itu kepada  Ki Rangga pun menjadi semakin bertambah-tambah.

"Bagaimana kalian berdua bisa sampai ke tempat ini?" bertanya Ki Rangga kemudian sambil tetap bekerja.

Untuk beberapa saat  kedua perempuan itu saling pandang. Pandan Wangilah yang menjawab, "Kami bertiga diantar Kanjeng Sunan."

"Bertiga?" bertanya Ki Rangga dengan kerut merut di dahi.

"Ya, kakang. kami bertiga bersama Anjani," giliran Sekar Mirah yang menjawab sambil mencoba melihat kesan di wajah suaminya. Namun Sekar Mirah menjadi kecewa. Wajah suaminya datar-datar saja bahkan terlihat sangat bersungguh-sungguh menelisik luka-luka di sekujur tubuh adik seperguruannya itu.

“Apakah ada yang bisa mencarikan aku air?” bertanya Ki Rangga kemudian untuk mengalihkan perhatian.

Kedua perempuan yang kini bersimpuh di sisi tubuh Ki Swandaru itu saling pandang sejenak. Bagaimana mungkin mereka  mendapatkan air di tengah padang rumput lemah cengkar itu?

“Aku akan mencarinya kakang?” akhirnya Sekar Mirah bangkit berdiri. Dengan tergesa-gesa dia kemudian berlari ke garis belakang pertempuran.

Adalah sangat kebetulan pada saat itu cantrik yang kembali dari mencari air tampak sedang berlari-lari ke arahnya sambil menjinjing sesuatu di tangan kanannya.

Sekar Mirah pun agaknya melihat cantrik itu. Dengan segera diayunkan langkahnya untuk menyongsongnya.

Agaknya cantrik itu mengenal Sekar Mirah sebagai istri Ki Rangga Agung Sedayu, murid utama perguruan orang bercambuk. Maka dengan tergopoh-gopoh dia segera berlari menyambut  kedatangan Sekar Mirah.

“Apa yang terjadi?” bertanya Sekar Mirah begitu sampai di hadapan cantrik itu.

“Ki Widura terluka Nyi,” jawab cantrik itu sambil menunjuk Ki Widura yang terbaring beberapa langkah di belakangnya.

“He?!” seru Sekar Mirah terkejut, “Paman Widura terluka?”

Cantrik itu belum sempat menjawab, ketika  dengan setengah berlari Sekar Mirah segera menuju  ke tempat Ki Widura terbaring.

Dengan hati-hati Sekar Mirah segera berlutut di sisi tubuh yang terlihat tertidur dengan tenang. Dengan perlahan Sekar Mirah pun mencoba mengguncang pundak Ki Widura.

“Paman?..Paman Widura..?” panggil Sekar Mirah sedikit keras sambil mengguncang-guncang bahu Ki Widura. Sementara cantrik itu hanya bisa berdiri termangu-mangu di belakangnya.

Namun agaknya Ki Widura terlalu lelap tidurnya sehingga sulit untuk dibangunkan. Sekar Mirah pun menjadi tidak sabar.

“Biarlah Paman Widura beristirahat di sini. Tungguilah. Aku akan mencari air,” berkata Sekar Mirah sambil bangkit berdiri.

“Air?” bertanya cantrik itu sedikit terkejut, “Aku sudah mendapatkan air, Nyi.”

Selesai berkata demikian cantrik itu segera mengangsurkan sebuah lodong bambu yang penuh berisi air.

“He?” seru Sekar Mirah heran sambil memutar tubuhnya, “Dari mana engkau dapatkan ini?”

“Seseorang telah memberi aku lodong ini Nyi,” berkata cantrik itu kemudian, “Sewaktu Ki Widura aku bawa ke garis belakang ini, aku telah meninggalkannya sejenak untuk mencari air. Sesampainya aku di pinggir  padang rumput di ujung sana, ada seorang kakek-kakek yang sedang duduk di bawah sebatang pohon. Dia memberikan aku lodong berisi air ini.”

Untuk sejenak Sekar Mirah mengerutkan keningnya. Tanyanya kemudian, “Apakah engkau mengenal kakek itu?”

Cantrik itu menggeleng. Jawabnya kemudian, “Ketika aku bertanya, dia hanya memperkenalkan diri sebagai  kakek Tanpa Aran.”

Kembali Sekar Mirah mengerutkan keningnya. Namun akhirnya dia menghela nafas panjang sambil berkata, “Ah, sudahlah. Kakang Agung Sedayu memerlukan air ini untuk mengobati kakang Swandaru,” Sekar Mirah berhenti sejenak.  Lanjutnya kemudian, “Kelihatannya Paman Widura sudah berangsur membaik. Nanti aku sampaikan Kakang Agung Sedayu setelah dia selesai mengobati kakang Swandaru.”

Cantrik itu justru tidak menanggapi kata-kata Sekar Mirah dan hanya mengangguk-angguk. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ki Widura sedang terluka sedangkan menurut penuturan Sekar Mirah,  Ki Swandaru  pun juga terluka.

“Aku pergi dulu,” berkata Sekar Mirah kemudian ketika dilihatnya cantrik itu hanya berdiri diam termangu-mangu.

Tanpa menunggu jawaban cantrik itu, Sekar Mirah pun segera berlari kembali ke tengah-tengah medan pertempuran.

Dalam pada itu pertempuran di padang rumput lemah Cengkar itu ternyata menjadi semakin kisruh demikian Pangeran Ranapati terjatuh. Para pengikutnya tidak tahu harus berbuat apa. Sekilas mereka masih melihat guru Pangeran Ranapati itu berlari ke tempat Pangeran Ranapati jatuh. Selanjutnya mereka tidak melihat lagi kedua orang itu di medan pertempuran.

“Menyerahlah..!” teriak Lurah prajurit yang mengambil alih pasukan sepeninggal Ki Tumenggung Purbarana, “Atas nama penguasa tertinggi Mataram, aku jamin kalian akan diperlakukan sesuai paugeran yang berlaku.”

“Omong kosong..!” teriak Kyai Dadap Ireng yang bertempur dengan sengitnya melawan Ki Lurah Adiwaswa, “Kalian tak ubahnya segerombolan serigala yang lapar. Kalian akan mencabik-cabik tubuh kami dan menggantung kepala kami masing masing di alun-alun sebagai contoh bagi orang-orang yang berani menentang Mataram.”

“Tentu saja tidak Kyai,” jawab Ki Lurah sambil menghindar sambaran senjata lawannya. Tanpa sadar pandangan matanya sekilas melihat bayangan seseorang mendekati mereka.


Ketika dengan sebuah loncatan panjang Ki Lurah Adiwaswa menghindari serangan membadai lawannya, begitu kedua kakinya menjejak tanah, pandangan matanya segera saja melihat seorang perempuan muda yang mempunyai kecantikan luar biasa sedang berdiri termangu-mangu di pinggir arena pertempuran.

43 komentar :

  1. @ para CanMen

    Nyuwun ngapunten Mohon maaf, mbah man beberpa hari ini sakit. Tensi naik 180/100. Kebanyakan ngopi kata mbah putri.
    Beberpa hari mbah man nggak ngator. Pagi tadi rasa-rasanya sudah sehat, maka mbah man menyempatkan wedaran.
    mohon maaf telah agak lama menunggu.
    matur suwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...Mbah_Mah sudah sehat kembali....dan kami senantiasa mendoakan, agar Mbah_Mah dan Keluarga senantiasa dikaruniai Rahmat , Hidayah dan Kesehatan oleh Allah SWT. Aamin.

      Mboten dados punopo mbah...niki pun dados ciri wancine nek para camen remen gegujengan....mboten usah dipun penggalih mbah....sing penting ana tamba kangene...

      Salam hormatuntuk para kadang sadaya...

      Hapus
    2. ehh...salah ketik...maksudnya Mbah_Man.....gugup mendengar mbah tersayangnya kesehatannya agak terganggu....

      Hapus
    3. Matur nuwun sanget Mbah Man walaupun kurang sehat masih sempat menghibur para canmen semoga Yang Maha Agung Allah SWT selalu memberi karunia kesehatan dan semoga cepat sembuh....Aamin🙏🙏

      Hapus
    4. Yang penting sehat dulu mbah, wedaran bisa menyusul

      Hapus
    5. Alhamdulillah kalau Mbah Man sudah membaik kesehatannya .... sehat dulu yang penting Mbah Man ... semoga Mbah Man sekeluarga selalu dalam lindungan Allah SWT ...

      Hapus
    6. Matur nuwun sanget wedarannya .....

      Hapus
    7. wis tak titeni (ngapunten Ki Jokowono, ngampil tagline nya #wistaktiteni), angger wedaran terlambat mesti Panembahan gerah atau sibuk dengan kebunnya.
      Semoga Panembahan semakin sehat dan tidak kambuh lagi penyakitnya. Aamiin.....

      Hapus
    8. Alhamdulillah... Mugi mugi mbah Man tansah paringi sehat...

      Hapus
  2. Matur nuwun mbah_man.....wah tensinya kok duwur yo...semoga cepet sehat lagi nggih mbah...

    BalasHapus
  3. Matur nuwun Mban Man, hidangan weekend !

    Mugi enggal pulih kados wingi uni, sehat wal afiat malih ..... aamiin !

    BalasHapus
  4. Matur nuwun mBah-Man, atas wedarannya ,semoga lekas sembuh seperti sediakala, bahkan lebih sehat, Aamiin.

    BalasHapus
  5. Syafakallohu...mBah mboten sah menggalih nasibe Anjani..ben dak rampungake
    ....

    BalasHapus
  6. Matur nuwun mbah. Semoga cepat pulih

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, semoga Mbah Man selalu diberiNYA sehat selalu, Amien YRA

    BalasHapus
  8. Waduh ketinggalan. Matur nuwun mbah wedaran hari ini. Ditambah lagi dong, double atau triple.

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Yang penting sehat dulu Mbah Man wedaran bisa menyusul"...lho koq jembule komentar lanjutan minta tambah double or triple Ki HRG ....hehehe...kulo nganggo helm Ki...😆😆

      Hapus
    2. Kan lagi nggogrok rontal biar wedaran lg ki adiwa. Kl udah wedaran kan sudah sehat hehehe . Ngapunten mbah, ampun suko.
      ☺☺

      Hapus
    3. Insya Allah Mbah Man segera sehat agar Ki Widura bisa cepat bangun dari tidur pulasnya....ternyata Kyai Tanpa Aran yang berjohgkok itu....Kyai Tanpa Aran dan Kanjrng Sunan apakah orang yang sama??

      Hapus
  9. Mbah Man dalam kondisi kurang sehat masih bisa bercanda dengan menghadirkan Gadis cantik ditengan pertempuran Ki Lurah dan Kyai Dadap Ireng sehingga membuat gerah hawa di lemah cengkar apalagi Aji Ki Singawana Sepuh yang mengeluarkan hawa dingin telah lenyap sehingga banyak yang merasa gerah dan situasi ini dimanfaatkan oleh pedagang asongan yang menjual kipas sate...kipas...kipas..sewu telu...sret mblayu nganggo montor ora lali nganggo helm....tuit...tuit

    BalasHapus
  10. Sippppp mbah....semoga lekas sembuh amin

    BalasHapus
  11. Sippppp mbah....semoga lekas sembuh amin

    BalasHapus
  12. Swandaru terluka cukup parah, meskipun RAS kebal racun belum tentu bisa mengobati. Mungkin hanya bisa menghentikan menjalarnya racun. Lalu siapa yg bisa mengobati ? Yg sdh berguru dg kanjeng Sunan adalah Anjani. Anjani lah yg bisa membuat Swandaru siuman spt ketika mengobati RAS.
    Itu sekedar prediksi saya. Ngapunten nggih mbah Man komowani ngramal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. SG tdk tertolong lgi
      Terbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam

      Hapus
    2. SG tdk tertolong lgi
      Terbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam

      Hapus
    3. Semangat 45 mas Aryo sampai komentarne selalu double...SG pralaya PW resmi Janda balik kecinta pertama yang membuat bahagia...hehe

      Ada kemungkinan ramalan Ki Sastrawan yang menyembuhkan SG itu Nyi Anjani dengan Aji Seribu Bunga pengusir racun tapi agak risih saratne harus bugil....wedi ono seng ingak inguk mbolongi pager....opo harus ngundang Kyai Bugil Kaliki...ben Anjani ora bugil bugilan meneh....

      Hapus
    4. SG tdk tertolong lgi
      Terbuka peluang utk PW menuntaskan rasa yg lama terpendam

      Hapus
    5. Hahaha...3 kali komentar yg sama silahkan ambil hadiah payungnya....Mas Aryo😆😆

      Hapus
  13. Ki TA kira kira KG yang diberi peran penting membimbing calon ......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weh pak tenan Ki Dik Har KG dpt tugas membimbing Sukra alias Gratra Bumi karena KS tahu silsilah anak itu....bapaknya lagi nyaru jadi Lurah saudara seperguruan Ki Lurah Wira Sembada yang awet muda karena rajin bekerja dan nyambi ngojek...

      Hapus
    2. Koq iso dadi 3 komen ya....
      Jgn2 sdh ketularan AS...kakang kawah adi ari2

      Hapus
    3. ...hihihi...GB sudah disiapkan untuk jadi OE Ki Adi......

      Hapus
    4. OE singkatan opo yo Ki Dik yo wis coba nebak mugo mugo ono hadiahne mulai...

      OE = menjadi U ejaan baru
      OE = oncom enak
      OE = orang edan
      OE = ogah emoh
      OE = onta elek

      Wah ora ono sing pas Ki Dik....kulo nyerah Ki...

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  14. jogging muter taman .... sapa tau ada wedaran lagi malem malem .... ngarep boleh kan .... gak kuat ngebayangke Ki Lurah Adiwaswa ketemu Anjani ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ojo dibayangke Ki DP dibalangae HPne...mau nguping omong omong Ki Lurah dgn Anjani seru pasti Ki DP klepek klepek...karena ada lirik lagu koes plus...pernah kucium remas tujuh belas...kumerasa terbang hatiku deg..deg..plas...kutaktau...kutaktau...ooooo...kulesu!!

      Hapus
    2. kulesu/ kujmu?...pingin tahu ini lagu judulnya nopo nggih.....? dah lama banget ternyata...hhhh.

      Hapus
    3. Judul lagune "Ku jemu" by Koes Plus lagu keluhane Ki P Satpam ....Ki Widi..penggalan lirikne sbb:

      Bekerja dimalam hari tidur disianh hari
      Kerja keras bagai kuda dicambuk dan didera
      Kutaktahu...kutaktahu....ooooo...kujemu!!

      Ngahaputen Ki P Satpam ....🙏

      Hapus
    4. tks ki Adiwa, jdi ingat masa kecil....

      Hapus
  15. Semoga Panembahan sehat-sehat saja. Aamiin...

    BalasHapus
  16. Geng injang, dah sampai Sangkal Putung/ Jatinom,......blm ketemu Swandaru.@Samsat Klaten.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.