Senin, 19 Desember 2016

TADBM 416_19

Sejenak Ki Lurah Adiwaswa tertegun. Pandangan matanya bagaikan lekat pada seraut wajah yang sangat cantik itu.

Kyai Dadap Ireng yang sudah siap melancarkan serangan susulan kepada Ki Lurah, sejenak langkahnya menjadi tertahan. Dengan sedikit ragu diikutinya arah pandang mata lawannya itu.
Betapa terkejutnya Kyai Dadap Ireng begitu menyadari ternyata di arena pertempuran mereka berdua telah hadir seorang perempuan yang sangat cantik.

“Ni Sanak,” Kyai Dadap Ireng lah yang pertama kali menyapa sambil melangkah mendekat, “Ada keperluan apakah Ni Sanak mendekati arena pertempuran kami?”

“O, tidak ada apa-apa Kyai,” jawab perempuan itu yang tak lain adalah Anjani, “Aku hanya tertarik untuk melihat  kalian bertempur. Apakah kalian sadar bahwa pertempuran ini sudah hampir selesai?”

Terkejut Kyai Dadap Ireng mendengar perkataan Anjani. Dengan cepat diedarkan pandangan matanya ke sekeliling. Ternyata pertempuran benar-benar hampir selesai. Sebagian pengikut Pangeran Ranapati telah melarikan diri, dan sebagian lagi telah menjadi korban. Ternyata tidak ada seorang pun yang menyerah. Mereka lebih senang melarikan diri atau sekalian terbunuh di pertempuran dari pada tertangkap atau menyerah dan akan menjadi pengewan-ewan.

“Bagaimana Kyai?’ bertanya Anjani kemudian dengan sebuah senyum yang dapat merontokkan  jantung hampir setiap laki-laki.

Kyai Dadap Ireng tidak segera menjawab. Dijelajahinya lekuk-lekuk sekujur tubuh Anjani dengan pandangan nanar. Ketika Anjani kemudian terbatuk-batuk kecil, barulah pemimpin perguruan Dadap Ireng itu bagaikan terbangun dari sebuah mimpi yang sangat  mengasyikkan.

“Maaf Ni Sanak,” berkata Kyai Dadap Ireng kemudian sambil mengatur gejolak di dalam dadanya, “Di pihak manakah Ni Sanak ini berdiri?”

Anjani tidak segera menjawab. Sebuah senyuman manis kembali tersungging di bibirnya yang ranum bak delima merekah. Dengan kerling sedikit manja dia menjawab, “Tentu saja aku berdiri di pihak Mataram, karena aku adalah sahabat baik Ki Rangga Agung Sedayu.”

“He? Ki Rangga Agung Sedayu?” hampir bersamaan Ki Lurah Adiwaswa dan Kyai Dadap Ireng mengulang nama itu. Bagi mereka berdua, nama itu adalah nama yang sangat ditakuti lawan dan disegani kawan.

“Ya,” jawab Anjani tetap dengan senyum yang menawan dan sepasang lesung pipit yang sangat indah untuk dipandang. 

Kemudian pandangan matanya diarahkan kepada Ki Lurah Adiwaswa yang sedari tadi termangu-mangu seperti orang kehilangan akal. Katanya kemudian, “Kalau Ki Sanak yang berpakaian prajurit ini tentu sangat mengenal Ki Rangga Agung Sedayu.”

“Ya,ya..tentu saja Ni Sanak. Aku sangat mengenalnya sebagai senapati pasukan khusus yang berkedudukan di Menoreh,” jawab Ki Lurah Adiwaswa dengan suara sedikit bergetar karena jantungnya yang mulai melonjak-lonjak.

“Nah sekarang, silahkan melanjutkan pertempuran kalian,” berkata Anjani kemudian sambil berjalan menepi, “Aku akan menjadi penonton yang baik.”

Namun ternyata kedua orang itu sudah tidak mempunyai selera untuk bertempur lagi. Mereka lebih senang memandangi perempuan cantik itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

“He?’ seru Anjani kemudian begitu menyadari kedua orang itu tidak segera meneruskan pertempuran mereka, “Mengapa kalian diam saja? Atau kehadiranku telah mengganggu kalian?” Anjani berhenti sejenak. Kemudian sambil melangkah pergi dia berkata, “Baiklah, kalau kehadiranku mengganggu, lebih baik aku pergi saja."

“Jangaan..!” hampir bersamaan kedua orang itu mencegah sambil tanpa sadar melangkah maju.

“He?” kembali Anjani terkejut sambil memutar tubuhnya kembali menghadap kedua orang itu. Gerakannya yang gemulai dan pinggulnya yang sedikit bergoyang lembut ketika berbalik telah membuat kedua orang itu menelan ludah berkali-kali. Berkata Anjani selanjutnya, “Jadi, aku harus bagaimana?”

Kyai Dadap Ireng segera melangkah semakin dekat. Katanya kemudian dengan nafas yang sedikit memburu, “Ikutlah denganku ke perguruan Dadap Ireng. Engkau akan kujadikan Ratu di sana. Apapun yang engkau inginkan, akan aku penuhi walaupun aku harus menyeberangi lautan api.”

“Ah,” Anjani tertawa pendek. Suara tertawanya yang renyah dan merdu itu telah membuat pemimpin perguruan Dadap Ireng itu semakin kehilangan nalar.

Sedangkan Ki Lurah yang lebih banyak termenung itu menjadi terkejut begitu mendengar permintaan Kyai Dadap Ireng. Katanya kemudian  sambil ikut melangkah mendekat, “Kyai Dadap Ireng, Ni Sanak ini tidak ada sangkut pautnya dengan engkau. Biarlah dia bertindak sesuai dengan kata hatinya. Tidak ada seorang pun yang boleh memaksanya.”

“Omong kosong!” bentak Kyai Dadap Ireng, “Setiap kata yang terucap dari mulutku adalah paugeran yang harus diikuti, senang atau tidak senang. Aku dapat memaksakan kehendak kepada siapapun yang aku kehendaki.”

“Tentu saja tidak,” tiba-tiba terdengar suara seseorang memotong, “Justru pemaksaan kehendak itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap paugeran itu sendiri.”

Serentak mereka bertiga segera berpaling ke arah suara itu berasal. Tampak dalam keremangan dini hari, seorang anak muda bersama seorang yang sudah sangat sepuh berjalan mendekati mereka.


Untuk beberapa saat Anjani mengerutkan keningnya dalam-dalam. Rasa-rasanya dia mengenal kedua orang itu. Sementara Ki Lurah Adiwaswa dan Kyai Dadap Ireng hanya dapat menduga-duga.

35 komentar :

  1. Sugeng enjang....matur nuwun mbah....Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah...KG dan calon PM datang....

      Selamat datang Ki...sudah banyak yang kangen...

      Hapus
    2. Kanjeng Sunan dan Gatra Bumi
      Anjani dijodohke ro Sukro ..... pada akhirnya keluarga Sedayu menjadi konglomerat nomor wahid di Nusantara : Agung Sedayu Group dan Kacang Sukro 2 Kelinci

      Hapus
    3. Agung Sedayu Group Podomoro Anjani....sedang melanjutkan proyek reklamasi hati yang berbunga bunga..karena lontaran ilmu Anjani dengan seribu bunganya termasuk bunga kumis kucing.....

      Hapus
    4. Calon PM itu singkatan Pemuda Malang Ki Dik...koq tahu Sukra memang orang Malang..kearah tretes...

      Hapus
    5. Pemuda Merana kok Ki...ditinggal Anjani....

      Hapus
  2. Alhamdulillah, berarti Panembahan sehat.
    Semoga tetap sehat dan berkarya.
    Matur suwun.

    BalasHapus
  3. Matur nuwun Mbah_Man, pas pasar temawon rontal wedar ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  4. Matur nuwun sanget Mbah Man.....

    Terasa copot dari tangkainya jantung ini begitu lengkap uraian Mbah Man atas kesenpurnaan dan kecantikan Anjani sehingga Kyai Dadap ireng saudaranya Sura Ireng hilang penalaran....hmm aku tak akan kalah dengan Sura Ireng yang katanya punya punya kekasih cantik bernama Niken Mita Ayu...dan aku harus bisa menyainginya dengan memboyong Anjani...yang tak kalah cantik....karena menurut wangsit yang bermarga "ireng" harus punya istri cantik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ki Adiwaswa...semangaatttt...hihi..

      Hapus
    2. Nggih Nyi Rien...semangat..hehe
      Tak kan kulupa alisnya Anjani bak semut beriring bedo karo alisne mbok Gumbrek bak kecoa kompoi.....😆

      Hapus
  5. ck ck ck... jan jane anjani ki ayune kaya apa ya... kq kabeh nganti do klepek klepek... :-D

    BalasHapus
  6. Matur nuwun sanget mbah man .... pagi pagi ada wedaran ... jadi makin semangat macul sawah siapa tau anjani nyasar ke sawah .....

    BalasHapus
  7. angger metu anjani jadi gagal fokus...matur nuwun mbahman

    BalasHapus
  8. Matur nuwun mbah Man wedarannya sdh membangunkan para canyrik. He he he

    BalasHapus
  9. Matur nuwun mbah Man ....

    Para canmen, lalu siapakah anak muda dan seseorang yg sepuh, apakah Putut Gatra Bumi dan Ki Ajar Mintaraga ...?

    BalasHapus
  10. Matur nuwun mbah Man ....

    Para canmen, lalu siapakah anak muda dan seseorang yg sepuh, apakah Putut Gatra Bumi dan Ki Ajar Mintaraga ...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul pertanyaan sudah terjawab tinggal tunggu hadiahnya kalau betul....😆

      Hapus
  11. matur nuwun mBah- Man atas rontalnya.

    BalasHapus
  12. Tentu saja tidak....pemaksaan itu justru pelanggaran bukan begitu Anjani...nggih Kyai sambil melirik kearah Ki Lurah yang sedang membetulkan letak jantungnya yang copot....hmm untung aku bawa serep jatung pisang...Kyai Gringsingpun sempat menoleh karena ada yang aneh dengan kelakuan Ki Lurah yang seenaknya buka copot jantung...hmm aneh aneh saja para oaskar dan prajurit dalam membawa bekal kemedan perang ada yang membawa nangka matang...kini Ki Lurah bawa jantung pisang mungkin buat campuran membuat gudeg.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ki, kalau di dunia nyata mirip artis siapakah Ni Anjani??

      Hapus
    2. Hehe ...Ki Aliyul Wafa penasaran njih...

      Gimana kalau "Raisa" karena kulo raiso menggapainya...mungkin Ki Aliyul kerso monggo.....😆

      Hapus
  13. Matur nuwun mbah_man, rodo telat mocone...hehe...nambah mbah..hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cukup..cukup...matur suwun Ki DurMon...Mbah Man takut kolesterol kalau kebanyakan.....😆

      Hapus
  14. Mana yang lebih cantik ya, PW,SM,RW atau AN. Mbah Man nyuwun tulung pun wedaraken kersanipun poro camen sami bingung ingkang badhe milih. Mugi Mbah Man tansah pinayungan dening Allah SWT. Amien YRA

    BalasHapus
  15. ...wonten padukuhan sebelah taksih wonten Niken Ayu Mitha...mitra lami saderengipun winisuda dados Lurah Prajurit....

    ...hihihi...ana sing rumangsa....

    BalasHapus
  16. Waduh telat lagi. Seharian baru sempat buka blog mbah man

    BalasHapus
  17. Sugeng ndalu can men semua .... mampir muter muter taman siapa tahu ada rontal baru siap baca ...

    Sugeng ndalu Mbah Man ... semoga mbah man sekeluarga terus sehat

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.