Sabtu, 31 Desember 2016

STSD 01_04

Demikianlah untuk beberapa saat mereka yang berada di ruang dalam Kepatihan itu masih membicarakan masalah seputar rencana keberangkatan mereka besuk pagi.

Ketika Ki Patih sudah merasa cukup memberikan pengarahan kepada kelima orang itu, Ki Patih pun segera menutup pertemuan itu dan mempersilahkan mereka untuk beristirahat di tempat yang telah disediakan.

Dalam pada itu malam hampir mencapai puncaknya ketika kelima orang itu keluar dari ruang dalam  Istana Kepatihan. Hampir tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara. Masing-masing sedang tenggelam dalam angan-angan mereka sehubungan dengan tugas yang telah diberikan oleh Ki Patih.

Ketika mereka telah tiba di halaman samping kanan Istana Kepatihan, tiba-tiba saja Ki Bango Lamatan telah menghentikan langkahnya. Ki Rangga dan kawan-kawannya pun segera saja ikut menghentikan langkah mereka.

“Ki Rangga,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian, “Aku bermalam di Ndalem Kapangeranan. Pangeran Pati telah berkenan menerima suwitaku untuk menjadi pengawal pribadinya.”

“Syukurlah,” berkata Ki Rangga, “Tenaga Ki Bango Lamatan sangat dibutuhkan untuk perkembangan Mataram di masa mendatang.”

“Aku hanya berusaha untuk  yang terbaik, Ki Rangga,” jawab Ki Bango Lamatan kemudian. Sementara orang-orang yang ada di sekitarnya hanya mengangguk-angguk tanpa menanggapi sepatah kata pun.

“Aku mohon diri,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian.

“Silahkan, silahkan..” hampir bersamaan orang-orang yang berada di tempat itu menjawab.

Demikianlah sejenak kemudian mereka segera berpisah menuju ke tempat masing-masing. Ki Bango Lamatan menuju ke Ndalem Kapangeranan sedangkan Ki Rangga dan kawan-kawannya menuju ke gandok sebelah kanan istana Kepatihan.

Namun baru saja Ki Rangga menutup pintu biliknya, pendengarannya yang tajam telah mendengar desir langkah yang menuju ke biliknya.

Sejenak Ki Rangga menunggu. Ketika kemudian terdengar ketukan perlahan di pintu biliknya, dengan tanpa meninggalkan kewaspadaan, Ki Rangga pun segera melangkah mendekati pintu sambil bertanya, “Siapa?”

“Aku Ki Rangga, prajurit jaga dari Ndalem Kapangeranan,” terdengar jawaban seseorang dari balik pintu bilik.

KI Rangga menarik nafas dalam-dalam sambil mengangkat pintu selarak. Sejenak kemudian dari pintu yang terbuka muncul seorang prajurit lengkap dengan tanda jaga Ndalem Kapangeranan.

“Ada apa?” bertanya Ki Rangga kemudian.

“Mohon maaf mengganggu istirahat Ki Rangga,” jawab prajurit itu sambil mengangguk dalam-dalam, “Aku diperintah Pangeran Pati untuk menjemput Ki Rangga. Pangeran Pati sedang menunggu kehadiran Ki Rangga di Ndalem Kapangeranan.”

Sebuah desir tajam segera saja menggores jantung Ki Rangga. Bukan masalah Pangeran Pati itu yang akan menjadi persoalan jika dia diperintah untuk menghadap, namun keberadaan seorang perempuan muda yang memiliki kecantikan luar biasa yang kini tinggal di Ndalem Kapangeranan itu yang akan membebani hatinya, Rara Anjani.

“Apakah Ki Rangga sudah siap?” pertanyaan prajurit jaga itu telah menyadarkan Ki Rangga.

Sejenak Ki Rangga tanpa sadar telah memandang tajam ke arah prajurit jaga itu. Dengan serta merta prajurit jaga itu pun segera menundukkan wajahnya.

“Baiklah, aku sudah siap,” jawab Ki Rangga kemudian sambil melangkah keluar dan menutup pintu bilik.

Demikianlah kedua orang itu segera turun ke halaman Istana Kepatihan yang luas. Setelah terlebih dahulu keluar dari regol penjagaan istana Kepatihan, untuk sejenak mereka harus menyusuri lorong yang menghubungkan istana Kepatihan itu dengan Ndalem Kapangeranan.

Setelah melewati beberapa penjagaan yang sangat ketat, tanpa kesulitan yang berarti Ki Rangga dan prajurit jaga itu pun telah sampai di depan Ndalem Kapangeranan.

“Silahkan Ki Rangga,” berkata prajurit jaga itu mempersilahkan Ki Rangga menaiki tlundak pendapa. Sementara seorang pelayan dalam telah berdiri menunggu di ujung tangga.

“Pangeran Pati berkenan menerima Ki Rangga di ruang dalam,” berkata pelayan dalam itu kemudian sambil mengiringi langkah Ki Rangga menyeberangi pendapa yang luas menuju ke pintu pringgitan.

Sejenak kemudian Ki Rangga pun telah duduk bersila di ruang dalam. Sementara pelayan dalam yang mengantarkannya itu dengan bergegas segera masuk ke ruang tengah untuk melaporkan kehadiran Ki Rangga kepada Pangeran Pati.


Sambil menunggu kehadiran Pangeran Pati, Ki Rangga Agung Sedayu harus berkali-kali menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan gejolak di dalam dadanya. Bayangan perempuan cantik yang kini telah menjadi selir Pangeran Pati itu benar-benar telah  meresahkan hatinya.

45 komentar :

  1. Wah... Banjir......
    Banjir rontal....
    Matur suwun Panembahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah...matur sanget nuwun Mbah....ora betah ndelik...mecungul malih...


      Salam hormat kagem sanak kadang sadaya....

      Hapus
  2. Hadiah Tahun Baru yang menarik. Maturnuwun Mbah Man . . . .

    BalasHapus
  3. Matur-nuwun mBah-Man, atas banjir rontalipun..

    BalasHapus
  4. Matur nuwun mbah man. Setuju kalo membungkam perguruan yang akan makar tersebut hanya berlima tidak perlu pasukan segelar sepapan supaya tidak jatuh korban yang tak terhitung jumlahnya.

    BalasHapus
  5. banjir rontal koyo kembang api taun enggal, maturnuwun kyai panembahan....

    BalasHapus
  6. Matur nuwun Kyai. Kayaknya masih akan ada wedaran lagi malam ini.

    BalasHapus
  7. kapan ki rangga agung sedayunya naik pangkat ya....???

    Jasanya kan sudah menggunung gunung....

    BalasHapus
  8. Mantap......kurang mbah....hadiah tahun baru.....6 rontal....Wkkwkwk...semoga..

    BalasHapus
  9. sugeng tahun baru,semoga lancar segala urusan,dan sehat selalu.

    BalasHapus
  10. Makasih Mbah Man .... , mantap

    BalasHapus
  11. Matur nuwun Mbah Man, Anjani ..... tetap semangat !

    BalasHapus
  12. Matur nuwun Mbah_man ..... Manteb tenan.... Tahun baru nambah rontal maning Mbah....😂😂

    BalasHapus
  13. Selamat Tahun Baru...para sanak kadang

    Matur nuwun sanget Mbah Man....banjir rontal diawal tahun...walau greget hati Agung Sedayu masih terasa karena hadiah pertempuran digondol Pangeran Pati...begitu juga dengan Ki Bango Lamatan...yang masih menyisakan kenangannya di Tegal kepanasan yang juga ikut merasakan getir dari getaran seorang wanita bernama Anjani karena selama hidupnya baru saja mengenal wanita tapi wanita itu digondol majikannya sekarang...hanya kumis dan brewoknya yang dibiarkan tumbuh untuk menutupi wajah yang gelisah dan resah....hanya kebo yang masih menerimanya disaat gelisah untuk selalu bertengger dipunggungnya dan ditemani oleh orang orangan sawah yang selalu pakai helm.......

    BalasHapus
  14. Matur nuwun hadiah th baru STSF

    BalasHapus
  15. tahun baru wedaran baru ,,, semangat baru ..... siaaap Mbah Man ... matur nuwun sanget ....

    BalasHapus
  16. suwun mbah Man... tahun baru semoga terus berkarya. amin

    BalasHapus
  17. Sugeng warsa enggal, Mbah Man dalah para kadang sadaya

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  19. Mantap......kurang mbah....hadiah tahun baru.....6 rontal....Wkkwkwk...semoga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabaaaar Mas Aryo .... sepertinya sebentar lagi banjir rontal ini .... sementara itu saya muter taman dulu sambil olah raga ... ingak inguk taman

      Hapus
    2. Tgl 3 besok mudah2han ada mas Aryo hehe...

      Hapus
    3. Saya ada terus ...sampai tgl 31

      Hapus
    4. Saya ada terus ...sampai tgl 31

      Hapus
    5. Mas Aryo ternyata gudeg di Singapura lebih enak karena nangkanya impor dari Yogyakarta ah Enaknya hehehe

      Hapus
    6. Sudah tanggal 3 mas Aryo .... sabaaar yaaa

      Hapus
  20. tanggal piro mas ana wdarane soko padepokan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau tanya mbah google tidak tahu juga ,biasanya simbah paling tahu tapi yang tahu cuma mBah-Man....

      Hapus
    2. Kalau Mbah Man juga tidak tahu gimana?? karena kalender 2017 belum ada Ki Widi....jadi tanggal piro wedaran belum bisa terjawab....jadi terserah Mbah Man....hehehe

      Hapus

    3. Sepertinya baru kemarin Wedaran, ternyata sudah satu tahun......sabaaaaarrrr.. Tetap-semangat.

      Hapus
    4. kiAdiwa, mBah-Man cuma bilang''sebentar lagi/besok/ kapan kapan''...nuwun sewu.

      Hapus
    5. Sabaaar semangaaat saja .... mudah2xan Mbah Man sehat sehat saja ...

      Hapus
  21. Saya kira sudah tamat stsd nya?

    BalasHapus
  22. Saya kira sudah tamat stsd nya?

    BalasHapus
  23. Nuwun sewu Mbah Man, mulai bulan ini dan seterusnya donasi kami kumpulkan di grup WA ADBMers lewat Mbak Sutji ..... demikian harap maklum !

    BalasHapus
    Balasan
    1. @ Ki Jokowo
      matur sembah nuwun Ki,
      mbah man nderek kemawon. sekali lagi matur nuwun atas partisipasi para CanMen.
      mbah man

      Hapus
    2. Nuwun sewu Ki Haji Panembahan Mandaraka, ini atas kesepakatan Pini Sepuh, saya juga nderek mawon !

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.