Demikianlah untuk beberapa
saat mereka yang berada di ruang dalam Kepatihan itu masih membicarakan masalah
seputar rencana keberangkatan mereka besuk pagi.
Ketika Ki Patih sudah merasa
cukup memberikan pengarahan kepada kelima orang itu, Ki Patih pun segera
menutup pertemuan itu dan mempersilahkan mereka untuk beristirahat di tempat
yang telah disediakan.
Dalam pada itu malam hampir
mencapai puncaknya ketika kelima orang itu keluar dari ruang dalam Istana Kepatihan.
Hampir tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara. Masing-masing sedang
tenggelam dalam angan-angan mereka sehubungan dengan tugas yang telah diberikan
oleh Ki Patih.
Ketika mereka telah tiba di halaman samping kanan Istana Kepatihan, tiba-tiba saja Ki Bango Lamatan telah menghentikan langkahnya. Ki Rangga dan kawan-kawannya pun segera saja ikut menghentikan langkah mereka.
“Ki Rangga,” berkata Ki
Bango Lamatan kemudian, “Aku bermalam di Ndalem Kapangeranan.
Pangeran Pati telah berkenan menerima suwitaku untuk menjadi pengawal
pribadinya.”
“Syukurlah,” berkata Ki
Rangga, “Tenaga Ki Bango Lamatan sangat dibutuhkan untuk perkembangan Mataram
di masa mendatang.”
“Aku hanya berusaha
untuk yang terbaik, Ki Rangga,” jawab Ki
Bango Lamatan kemudian. Sementara orang-orang yang ada di sekitarnya hanya
mengangguk-angguk tanpa menanggapi sepatah kata pun.
“Aku mohon diri,” berkata Ki
Bango Lamatan kemudian.
“Silahkan, silahkan..”
hampir bersamaan orang-orang yang berada di tempat itu menjawab.
Demikianlah sejenak kemudian
mereka segera berpisah menuju ke tempat masing-masing. Ki Bango Lamatan menuju
ke Ndalem Kapangeranan sedangkan Ki Rangga dan kawan-kawannya menuju ke gandok
sebelah kanan istana Kepatihan.
Namun baru saja Ki Rangga
menutup pintu biliknya, pendengarannya yang tajam telah mendengar desir langkah
yang menuju ke biliknya.
Sejenak Ki Rangga menunggu.
Ketika kemudian terdengar ketukan perlahan di pintu biliknya, dengan tanpa
meninggalkan kewaspadaan, Ki Rangga pun segera melangkah mendekati pintu sambil
bertanya, “Siapa?”
“Aku Ki Rangga, prajurit
jaga dari Ndalem Kapangeranan,” terdengar jawaban seseorang dari balik pintu bilik.
KI Rangga menarik nafas
dalam-dalam sambil mengangkat pintu selarak. Sejenak kemudian dari pintu yang
terbuka muncul seorang prajurit lengkap dengan tanda jaga Ndalem Kapangeranan.
“Ada apa?” bertanya Ki
Rangga kemudian.
“Mohon maaf mengganggu
istirahat Ki Rangga,” jawab prajurit itu sambil mengangguk dalam-dalam, “Aku
diperintah Pangeran Pati untuk menjemput Ki Rangga. Pangeran Pati sedang
menunggu kehadiran Ki Rangga di Ndalem Kapangeranan.”
Sebuah desir tajam segera
saja menggores jantung Ki Rangga. Bukan masalah Pangeran Pati itu yang akan
menjadi persoalan jika dia diperintah untuk menghadap, namun keberadaan seorang
perempuan muda yang memiliki kecantikan luar biasa yang kini tinggal di Ndalem
Kapangeranan itu yang akan membebani hatinya, Rara Anjani.
“Apakah Ki Rangga sudah
siap?” pertanyaan prajurit jaga itu telah menyadarkan Ki Rangga.
Sejenak Ki Rangga tanpa
sadar telah memandang tajam ke arah prajurit jaga itu. Dengan serta merta
prajurit jaga itu pun segera menundukkan wajahnya.
“Baiklah, aku sudah siap,”
jawab Ki Rangga kemudian sambil melangkah keluar dan menutup pintu bilik.
Demikianlah kedua orang itu
segera turun ke halaman Istana Kepatihan yang luas. Setelah terlebih dahulu keluar
dari regol penjagaan istana Kepatihan, untuk sejenak mereka harus menyusuri
lorong yang menghubungkan istana Kepatihan itu dengan Ndalem Kapangeranan.
Setelah melewati beberapa
penjagaan yang sangat ketat, tanpa kesulitan yang berarti Ki Rangga dan
prajurit jaga itu pun telah sampai di depan Ndalem Kapangeranan.
“Silahkan Ki Rangga,”
berkata prajurit jaga itu mempersilahkan Ki Rangga menaiki tlundak pendapa.
Sementara seorang pelayan dalam telah berdiri menunggu di ujung tangga.
“Pangeran Pati berkenan
menerima Ki Rangga di ruang dalam,” berkata pelayan dalam itu kemudian sambil
mengiringi langkah Ki Rangga menyeberangi pendapa yang luas menuju ke pintu
pringgitan.
Sejenak kemudian Ki Rangga
pun telah duduk bersila di ruang dalam. Sementara pelayan dalam yang
mengantarkannya itu dengan bergegas segera masuk ke ruang tengah untuk
melaporkan kehadiran Ki Rangga kepada Pangeran Pati.
Sambil menunggu kehadiran
Pangeran Pati, Ki Rangga Agung Sedayu harus berkali-kali menarik nafas
dalam-dalam untuk meredakan gejolak di dalam dadanya. Bayangan perempuan cantik
yang kini telah menjadi selir Pangeran Pati itu benar-benar telah meresahkan hatinya.
Wah... Banjir......
BalasHapusBanjir rontal....
Matur suwun Panembahan.
Wah...matur sanget nuwun Mbah....ora betah ndelik...mecungul malih...
HapusSalam hormat kagem sanak kadang sadaya....
Alhamdulillah
BalasHapusHadiah Tahun Baru yang menarik. Maturnuwun Mbah Man . . . .
BalasHapusMatur-nuwun mBah-Man, atas banjir rontalipun..
BalasHapusMatur nuwun mbah man. Setuju kalo membungkam perguruan yang akan makar tersebut hanya berlima tidak perlu pasukan segelar sepapan supaya tidak jatuh korban yang tak terhitung jumlahnya.
BalasHapusbanjir rontal koyo kembang api taun enggal, maturnuwun kyai panembahan....
BalasHapusMatur nuwun Kyai. Kayaknya masih akan ada wedaran lagi malam ini.
BalasHapuskapan ki rangga agung sedayunya naik pangkat ya....???
BalasHapusJasanya kan sudah menggunung gunung....
Mantap......kurang mbah....hadiah tahun baru.....6 rontal....Wkkwkwk...semoga..
BalasHapussugeng tahun baru,semoga lancar segala urusan,dan sehat selalu.
BalasHapusMakasih Mbah Man .... , mantap
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man, Anjani ..... tetap semangat !
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man ..... Manteb tenan.... Tahun baru nambah rontal maning Mbah....😂😂
BalasHapusSelamat Tahun Baru...para sanak kadang
BalasHapusMatur nuwun sanget Mbah Man....banjir rontal diawal tahun...walau greget hati Agung Sedayu masih terasa karena hadiah pertempuran digondol Pangeran Pati...begitu juga dengan Ki Bango Lamatan...yang masih menyisakan kenangannya di Tegal kepanasan yang juga ikut merasakan getir dari getaran seorang wanita bernama Anjani karena selama hidupnya baru saja mengenal wanita tapi wanita itu digondol majikannya sekarang...hanya kumis dan brewoknya yang dibiarkan tumbuh untuk menutupi wajah yang gelisah dan resah....hanya kebo yang masih menerimanya disaat gelisah untuk selalu bertengger dipunggungnya dan ditemani oleh orang orangan sawah yang selalu pakai helm.......
Matur nuwun hadiah th baru STSF
BalasHapustahun baru wedaran baru ,,, semangat baru ..... siaaap Mbah Man ... matur nuwun sanget ....
BalasHapussuwun mbah Man... tahun baru semoga terus berkarya. amin
BalasHapusAlhamdulillaah
BalasHapusSugeng warsa enggal, Mbah Man dalah para kadang sadaya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantap......kurang mbah....hadiah tahun baru.....6 rontal....Wkkwkwk...semoga..
BalasHapusTgl 2 durung ono wedaran
HapusSabaaaar Mas Aryo .... sepertinya sebentar lagi banjir rontal ini .... sementara itu saya muter taman dulu sambil olah raga ... ingak inguk taman
HapusTgl 2 durung ono wedaran
HapusTgl 3 besok mudah2han ada mas Aryo hehe...
HapusSaya ada terus ...sampai tgl 31
HapusSaya ada terus ...sampai tgl 31
HapusMas Aryo ternyata gudeg di Singapura lebih enak karena nangkanya impor dari Yogyakarta ah Enaknya hehehe
HapusSudah tanggal 3 mas Aryo .... sabaaar yaaa
Hapustanggal piro mas ana wdarane soko padepokan?
BalasHapuskalau tanya mbah google tidak tahu juga ,biasanya simbah paling tahu tapi yang tahu cuma mBah-Man....
HapusKalau Mbah Man juga tidak tahu gimana?? karena kalender 2017 belum ada Ki Widi....jadi tanggal piro wedaran belum bisa terjawab....jadi terserah Mbah Man....hehehe
Hapus
HapusSepertinya baru kemarin Wedaran, ternyata sudah satu tahun......sabaaaaarrrr.. Tetap-semangat.
kiAdiwa, mBah-Man cuma bilang''sebentar lagi/besok/ kapan kapan''...nuwun sewu.
HapusSabaaar semangaaat saja .... mudah2xan Mbah Man sehat sehat saja ...
Hapusha ha ha ha ha
HapusSaya kira sudah tamat stsd nya?
BalasHapusSaya kira sudah tamat stsd nya?
BalasHapusHadir ..... tetap semangat !
BalasHapusNuwun sewu Mbah Man, mulai bulan ini dan seterusnya donasi kami kumpulkan di grup WA ADBMers lewat Mbak Sutji ..... demikian harap maklum !
BalasHapus@ Ki Jokowo
Hapusmatur sembah nuwun Ki,
mbah man nderek kemawon. sekali lagi matur nuwun atas partisipasi para CanMen.
mbah man
Nuwun sewu Ki Haji Panembahan Mandaraka, ini atas kesepakatan Pini Sepuh, saya juga nderek mawon !
HapusMatur suwun Mbah Man
BalasHapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus