Semua orang yang berada di
dalam ruang dalam itu dengan jelas dapat mendengar desir langkah seseorang di
balik dinding sebelah utara yang bersebelahan dengan longkangan. Namun ternyata
Ki Rangga Agung Sedayu mendengar desir yang lain yang sangat lembut hampir
tidak tertangkap oleh pendengaran, walaupun dengan mengetrapkan aji sapta
pangrungru sekalipun.
Ki Rangga menjadi
berdebar-debar. Orang kedua yang datang kemudian ini benar-benar luar biasa. Ki
Rangga yakin, kemampuan orang ini tentu ngedab-edabi.
“Siapakah orang yang datang
kemudian ini?” berkata Ki Rangga dalam hati, “Apakah yang lain juga mendengar
desir yang kedua ini?”
Untuk meyakinkan, Ki Rangga
segera mengirim aji pameling kepada Ki Waskita yang berbaring di sebelahnya.
“Ki Waskita,” berkata Ki
Rangga dalam aji pamelingnya, “Apakah Ki Waskita mendengar desir langkah yang
lain selain orang yang pertama?”
“Aku tadi juga sempat mendengar
sekilas, ngger,” jawab Ki Waskita juga dalam aji pameling, “Namun sekarang
desir itu telah menghilang. Aku tidak mampu lagi untuk memantaunya.”
Berdesir tajam dada Ki
Rangga mendengar jawaban Ki Waskita. Ternyata dugaannya benar. Orang yang
datang kemudian ini mempunyai kemampuan yang ngedab-edabi.
Dalam pada itu, Ki Jayaraga
yang sekilas juga sempat mendengar desir langkah yang lain setelah orang yang
pertama ternyata juga telah kehilangan jejak.
“Gila!” geram Ki Jayaraga
dalam hati, “Aku tidak mampu memantaunya lagi. Semoga Ki Waskita atau Ki Rangga
mampu memantau kedatangan orang yang kedua ini. Kalau yang aku dengar tadi
adalah benar-benar desir langkah seseorang, alangkah dahsyatnya kemampuan orang
itu?”
Ketika Ki Jayaraga kemudian
mencoba mengetrapkan aji pameling kepada muridnya, ternyata Glagah Putih sama
sekali tidak mendengar desir langkah yang datang kemudian.
“Yang mana guru?” bertanya
Glagah Putih juga dengan aji pameling, “Aku tidak mendengar desir langkah
kecuali orang yang sedang bersembunyi di balik dinding itu.”
Ki Jayaraga menarik nafas
dalam-dalam. Kemampuan olah kanuragan muridnya itu memang sudah tinggi, namun
jiwanya masih sangat muda. Glagah Putih masih belum mampu menguasai gejolak
jiwa mudanya sehingga ketajaman mata hatinya memang masih perlu untuk diasah.
Untuk beberapa saat suasana
menjadi sunyi dan mencekam. Orang yang berada di balik dinding itu agaknya
sedang mengintip suasana di ruang dalam melalui lubang di sudut dinding itu. Dengan
jelas orang-orang yang berada di dalam ruangan itu mendengar sesuatu sedang
dimasukkan melalui lubang di sudut dinding itu.
“Orang itu agaknya sedang
memasukkan sumpit melalui lubang di sudut dinding itu,” semua orang di dalam ruangan
itu berkata dalam hati. Namun mereka tetap berusaha bersikap wajar, sebagaimana
sewajarnya orang yang sedang tidur nyenyak.
“Siapakah yang akan menjadi
sasaran yang pertama?” hampir setiap dada bertanya-tanya menunggu paser pertama yang akan meluncur ke arah salah
satu dari mereka.
Dalam pada itu Ki Rangga
yang sedang memantau keberadaan orang yang datang kemudian itu pada akhirnya ternyata
juga telah kehilangan jejak, walaupun Ki
Rangga telah mengetrapkan aji sapta pangrungu setinggi-tingginya.
“Luar biasa,” berkata Ki
Rangga dalam hati. Sepercik kegelisahan mulai merayapi jantungnya. Berbagai dugaan
telah muncul dalam benaknya.
“Siapakah orang kedua itu? Mungkinkah Eyang Guru itu telah mengetahui keberadaanku, atau mungkin Raden Wirasena sendiri, ataukah yang
lainnya?” menduga Ki Rangga dengan jantung yang berdebaran.
Tiba-tiba Ki Rangga teringat
akan Ki Bango Lamatan yang sedang mengantar Ki Gede pulang ke tanah Perdikan
Matesih.
“Mungkin Ki Bango Lamatan,”
berkata Ki Rangga dalam hati. Namun dugaan itu segera ditepisnya sendiri. Jika yang
datang itu Ki Bango Lamatan, tentu Ki Rangga tidak akan kehilangan jejak,
demikian juga dengan Ki Waskita dan Ki Jayaraga.
“Walaupun Ki Bango Lamatan
mengetrapkan aji halimunannya, pada dasarnya wadagnya masih ada dan tidak
menghilang sepenuhnya,” berkata Ki Rangga dalam hati, “Dia hanya bersembunyi
saja dan aku sudah tahu bagaimana cara memecahkan ilmu itu.”
Namun Ki Rangga tidak
berputus asa. Dengan mengetrapkan aji sapta panggraita, Ki Rangga pun mulai meraba
alam sekitarnya tidak dengan meningkatkan kemampuan panca inderanya, namun
dengan meningkatkan ketajaman mata hatinya.
Demikianlah akhirnya, lambat
laun Ki Rangga mulai mampu meraba keberadaan orang kedua itu kembali. Walaupun orang
yang datang kemudian itu berusaha mengaburkan keberadaannya dengan cara mengetrapkan
ilmu yang mampu menyerap segala bunyi yang berada di sekitarnya. Namun kemampuan
ilmu orang itu tidak mampu mengelabuhi ketajaman mata hati Ki Rangga.
Dengan semakin meningkatkan
getar-getar isyarat yang mengalir melalui detak jantungnya, Ki Rangga segera
mengetahui keberadaan orang kedua itu. Ternyata orang itu sudah berada hanya
beberapa langkah saja di belakang orang yang datang pertama kali. Sementara orang
yang sedang memasang sumpitnya itu agaknya tidak menyadari akan kehadiran orang
lain yang tepat berada di belakangnya. Dengan asyiknya dia telah memasang
sebuah paser beracun di sumpitnya dan siap untuk membidik sasaran yang pertama.
jejak langkah dedemitan, weweludan dan jejemblungan......
BalasHapusSiap-siap menerima rontal berikutnya (dg aji pameling). Yg ini semakin menegangkan.... lho. Matur nuwun... Mbah_Man.
BalasHapusSiap-siap menerima rontal berikutnya (dg aji pameling). Yg ini semakin menegangkan.... lho. Matur nuwun... Mbah_Man.
BalasHapusMatur nuwun tripelanipun Mbah
BalasHapusWah ternyata tidak hanya dobelan ternyata malah tripel.
BalasHapusMatur nuwum sanget Mbah Man
Nriple double njih kulo tampi koq mBah
HapusSuwun sanget saestu
Matur-nuwun mBah-Man, bener'' menurut kebiasan,tripel,
BalasHapusSetelah udal-udal rontal baru ingat belum absen.
BalasHapushi hi hi .... ngapunten njih.....
mantap....jadi ikut nahan nafas..
BalasHapusMatur nuwun Mbah_man, koyo mas satpam moco disik tripel terus komentar... hahaha.....Makin penasaran Mbah....
BalasHapusMatur nuwun Mbah Man, ternyata tripel to kemarin .....
BalasHapusWaw.....
BalasHapusWaw.....
BalasHapusWaw..
BalasHapuswaw...
ada rontal rangkaian panjang hati bahagia tidak terbilang, kaget rasanya...
Waw..
Waw..
Matur nuwun sanget Mbah Man ..
matur nuwun mbah man
BalasHapusAbsen pagi.
BalasHapusMatur nuwun mbah..
Iklan baris....
BalasHapusDi Jual "Aji Pameling" merk Samson, Dua kompi propesor, tutskrin,blutut,3mpo kamerun,sinyal kuat bisa konek dengan sinyal sepur kluthuk.....
Matur nuwun tripelannya mbah. Siapa gerangan orang yang ilmunya susah di telusuri keberadaannya oleh ki Rangga itu mbah?
BalasHapusSiapakah yang datang kemudian di belakang penyumpit?
BalasHapusTunggu tutuge.
Hi hi hi ....
Kayane KTA.
Biasane satpame ki kadang dadi buffer ...ojo2 wes ngoleksi STSD 02 dan 03 lengkap iki
HapusTambah degdegan, Mbah Man diiip
BalasHapusDeg deg an . . . siapa yang akan menerima tusuk jarum pentul ?
BalasHapusKluget kluget . . . badan bergoyang kiri kanan atas bawah kena jarum, apa lagi pentulnya . . . he he he sabar, sebentar lagi Rontal melesat dibantu aji Sapuan Angin. Tenang
BalasHapus“Gila!” geramku dalam hati, “Aku tidak mampu memantaunya lagi. Semoga Ki Satpam atau Ki Mas Aryo mampu memantau kedatangan rontal berikutnya. Kalau yang aku angan-angankan tadi adalah benar, alangkah dahsyatnya kelanjutan cerita ini?”
Untuk beberapa saat suasana padepokan sekar keluwih menjadi sunyi dan mencekam. Beberapa orang yang berada di balik dinding agaknya sedang mengintip dan menduga duga bagaimana suasana bilik Ki Rangga Agung Sedayu pada rontal STSD 02_17.
Benarkah paser beracun yang disumpitkan dari lubang di sudut dinding itu?.
Dan desir langkah kedua yang hampir tak terasa , apakah langkah milik Ki Tanpa Aran ataukah demit penjaga kuburan?
Para cantrik dan mentrik tak sabar menunggu jawabnya......
Wah iku koyone kiai Gringsing...Alias kiai Tanpa Aran Hehehe
BalasHapusKi KTA : makaryo neng leasing....Kredit Tanpo Angsuran
HapusPromosi Kredit Tanpa Angsuran,
Hapus- Dapat makan gratis,
- Dapat kamar tidur gratis berikut kamar mandi,
- Bisa leyeh leyeh, sambil nunggu serine atau pluit sepur...
Tambah Penasaran .....
BalasHapusHemm... Luar biasa, matur suwun rontalipun mbah man..
BalasHapusAlhamdulillah ... ternyata triple wedaran tho kemarin .... puilang macul baru mampir malem ini lagi ke taman bacaaan ... Matur nuwun sanget Mbah Man ...
BalasHapusLuar biasa, Mbah Man selalu membuat kita dheg-dhegan . . . .
BalasHapusHmmm siapa itu seseorang yg punya ilmu tinggi .... seseoran yang akhirnya terdengar juga nafasnya oleh Ki RAS atau sengaja memperdengarkan getar2x wadagnya sehingga Ki RAS bisa mendengar desah nafasnya ....
BalasHapusKiai Tanpa Aran, Kiai Dandang Wesi atau Kiai Gringsing ...atau Kiai Tanu Metir, atau Ki Truna Podang atau itu tokohnya sama semua yaaa ,,,,,
Semakin seru lahhh pokoknya ,,,, Mbah Man memang juara ...
Matur nuwun Mbah Man ... dipun tenggo kelanjutanipun ...
Untuk lebih meyakinan siapakah dia???...Ki RAS mencoba menghubungi dengan Aji Pameling..nomornya masih tersambung....cenut..cenut...cenut....tetapi yang menjawab suara mesin "nomor yang anda hubungi sedang sibuk cobalah sesaat lagi"...?.
HapusKi Rangga menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-angguk. Namun di dalam hati kecilnya, terasa ada suatu yang kurang pada tempatnya sehubungan dengan rencana yang disampaikan oleh Ki Waskita. Maka katanya kemudian, “Ki Waskita, Kita datang ke padukuhan Gununggambar ini berlima, maka kita berkunjung ke kediaman Ki Gede Matesih harus berlima juga, Tiji Tibeh ?”
BalasHapus“Padukuhan apa, ngger?,” tanya Ki Waskita, “Padukuhan Gununggambar", jawab Ki Rangga.
"Oo, selintas tadi terdengar seperti gunung.....", kata Ki Waskita sambil bibirnya menyungging senyuman.
Melihat ayah Rudita itu hanya tersenyum ke arahnya, Ki Rangga terdiam. Secara samar Ki Rangga dapat meraba maksud Ki Waskita.
Mungkin Ki Waskita akan melepaskan rontal semu , sebelum nanti wayah srengenge lingsir rontal yang sesungguhnya ditampakkan.
ngenteni wedaran dino minggu..koyo ngenteni tukuling jamur ning ndukur watu ing mongso ketigo
BalasHapusinguk'' daripada tidak inguk'' sopo ngerti dapat duren runtuh.
BalasHapusinguk'' daripada tidak inguk'' sopo ngerti dapat duren runtuh...eh jamur di atas batu.
BalasHapusDereng wonten tutuge
BalasHapusWayahe gojekan sembari ngenteni bab 17....
BalasHapus"Nyang nyangan rego becak"
Mbah putri pengin numpak becak
Mbah putri : mas 5.000 purun nggih?
Tkg becak : oh dereng saget, 10.000 mawon mbah..
Mbah putri : emoh ah, 5.000 wae to..mengko tak duduhi dalane, ben cepet tekan omahku yoo,,,
Tkg becak : mboten saget mbah..nek10.000 nggih kulo purun
Mbah putri mangkel, akhire ngalah karo munggah lungguh becak..nggih pun tak bayar 10.000!!!
Tkg becak : mandap pundhi mbah??
Mbah putri : (meneng wae)
Tkg becak : lha niki mandap pundhi mbah????
Mbah putri : kan wes tak kandani dek mau..nek 5.000 mengko tak duduhi dalane..ning nek 10.000 ya ora tak kandani omahku ngendi...GOLEKNO DEWE...!!!
Tukang becak : dak jegurke kali....sak becak2e
HapusTukang becak : dak jegurke kali....sak becak2e
HapusMbah putri : lho....lho ojo to mas, yoo wes tak duduhi dalane!!! ....tapi 5.000 purun nggih..??!!
HapusTukang becak : yoo wes....SEKAREPMU DEWE...!!!!
Nyang nyangan rego becak akhire Mbah putri seng menang ...hehehe
Hadir ..... tetap semangat !
BalasHapusTukang becak : dak jegurke kali....sak becak2e
BalasHapus(kurang 1 ...ben manteb)
SUgeng enjang can men sedanten .... mampir taman bacaan wuzzzz kesamber becak ...jiaaaannnn .... jarene arep nggolek kali sing jerooo
BalasHapusKesamber becak limangeuwan ora nganggo rem.....remne nggolek tembok.....
HapusSpurnya belum berhenti.....duiiiit.....tuiiit....tuiiit. Hadir di hari senin, salam 272.
BalasHapusmBah Man nembe Apel Kesiapan Pasukan Pengamanan Kunjungan Raja Arab Saudi
BalasHapusWeh mugi mugi barokah iso ento hadiah munggah haji meneh, menowo umroh....
HapusTerima Kasih Mbah Man
BalasHapus